Terbebas Dari Api Neraka Dan Kemunafikan

-

TERBEBAS DARI API NERAKA DAN KEMUNAFIKAN


Jika seseorang, senantiasa shalat berjamaah dan tidak pernah tertinggal takbiratul ihram bersama imam, selama 40 hari, maka dia mendapatkan dua kebebasan. Terbebas dari api neraka dan terbebas dari kemunafikan.


Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,


مَن صلى لله أربعين يومًا في جماعة يدرك التكبيرة الأولى كُتبت له براءتان : براءة من النار ، وبراءة من النفاق


“Barangsiapa shalat berjama'ah selama empat puluh hari dengan mendapatkan takbir pertama, dicatat baginya dua keterbebasan; keterbebasan dari api neraka dan keterbebasan dari kemunafikan.” (Hadis ini diriwayatkan oleh at-Turmudzi dan dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah).


Mungkin yang tidak pernah tertinggal takbiratul ihram bersama imam selama 40 hari berturut-turut, termasuk manusia langka di zaman sekarang ini. Saya yakin, masih banyak kaum muslimin yang masih suka terlambat. Termasuk yang sudah ngaji berpuluh tahun, bahkan ustadznya sekalipun. Termasuk yang membuat tulisan ini.


Tidak sebagaimana para salaf, bukan hanya 40 hari tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram, bahkan ada yang 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun, bahkan 70 tahun tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram.


Berkata Waki' rahimahullah :


كان الأعمش قريباً من سبعين سنة لم تفته التكبيرة الأولى ، واختلفت إليه قريباً من سنتين فما رأيته يقضي ركعة . تـاريـخ بـغـداد (٥/١٠ )


" Dahulu al A'masy tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram selama hampir tujuh puluh tahun. Demikian pula aku tidak pernah melihatnya menambah rakaat selama hampir enam puluh tahun." (Tarikh baghdad juz 10, hal 5).


Berkata Rabi'ah bin Zaid rahimahullah:


ما أذن المؤذن لصلاة الظهر منذ أربعين سنة إلا وأنا في المسجد إلا أن أكون مريضًا أو مسافرًا. سير أعلام النبلاء ( ٢٤٠/٥ )


"Tidaklah muadzin mengumandangkan adzan untuk shalat zhuhur sejak empat puluh tahun lalu kecuali saya dalam keadaan sudah di masjid, kecuali kalau aku sakit atau safar. (Siyar A'lam An-Nubala 5/240).


Yahya bin Ma'in rahimahullah memuji Yahya bin said rahimahullah :


إنه لم يفته الزوال في المسجد أربعين سنة . سير أعلام النبلاء ( ١٨١/٩) 


" Dia tidak pernah ketinggalan shalat dzuhur (berjama'ah) di masjid selama empat puluh tahun." Siyar a'lam an nubala' juz 9, hal 181


Berkata Sa'id bin al Musayyib rahimahullah :


ما فاتتني التكبيرة الأولى منذ خمسين سنة وما نظرت في قفا رجل في الصلاة منذ خمسين سنة. وفيات الأعيان ( ٣٧٥/٢) 


" Aku tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram selama lima puluh tahun. Dan aku juga tidak pernah melihat pundak seseorang dalam shalat selama lima puluh tahun (Selalu shaf pertama ). (Wafayat al a'yan juz 2, hal 375).


Ibnu Sa'ad rahimahullah menukilkan ucapan Sa'id bin Musayyib rahimahullah, bahwa dia mengatakan,


ما سمعت تأذيناً في أهلي منذ ثلاثين سنة . الطبقات الكبرى ( ١٣١/٥) 


" Aku tidak pernah mendengarkan adzan di (rumah) bersama keluargaku, selama tiga puluh tahun. (Sudah di masjid sebelum adzan). (Ath thabaqat al kubra jilid 5, hal 131).


Berkata Ibnu Sama'ah rahimahullah ;


مكثت أربعين سنة لم تفتني التكبيرة الأولى إلا يوم ماتت أمي . سير أعلام النبلاء ( ٦٤٦/١٠ ) 


" Selama empat puluh tahun aku menetap, tidak pernah aku ketinggalan takbiratul ihram, kecuali hanya satu hari di mana ketika itu ibuku wafat." (Siyar a'lam an nubala' jilid 10, hal 246).


Lihatlah para salaf terdahulu, yang sangat menjaga shalat berjamaah di masjid, nah bagaimana dengan diri-diri kita, dimana saat imam takbiratul ihram ?


Berkata Syekh Abdul Rozzak hafidzahullah dalam sebuah kitabnya :


عن سعيد بن المسيب قال: « ما فاتتني التكبيرة الأولى منذ خمسين سنة وما نظرت في قفا رجل في الصلاة منذ خمسين سنة» حلية الأولياء لأبي نعيم (2/163).

هذا شأن السلف مع تكبيرة الإحرام، ولم ينظر في قفا رجل في صلاته طيلة هذه المدة لمحافظته على الصف الأول، فكيف شأنك أنت مع هذه التكبيرة.


Said bin almusayyab berkata,  saya tidak pernah tertinggal takbir yang pertama sejak 50 tahun yang lalu, dan saya tidak pernah melihat pundak orang lain dalam sholat sejak 50 tahun yang lalu


Inilah keadaan ulama shalih terdahulu yang tidak pernah tertinggal takbiratul ihram dalam sholat berjama'ah, dan tidak pernah  melihat pundak orang lain dalam sholat berjam'ah yang menunjukkan beliau senantiasa menjaga sholat berjama'ah berada di shaf yang pertama


Maka dimanakah anda saat takbiratul ihram dalam sholat berjama'ah. (Sumber : http://al-badr.net/muqolat/2682).


AFM


Copas dari berbagai sumber.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

-
IBADAH DIMALAM NISFU SYA'BAN Tidak ada dalil yang Shahih mengkhususkan ibadah di malam pertengahan Sya'ban, baik shalat malam, dzikir dan yang lainnya. Tidak juga mengkhususkan puasa di pertengahan Sya'ban. Berkata Syekh Muhammad Sholeh hafidzahullah : ما ورد في فضل الصلاة والصيام والعبادة في النصف من شعبان ليس من قسم الضعيف، بل هو من قسم الموضوع والباطل، وهذا لا يحل الأخذ به ولا العمل بمقتضاه لا في فضائل الأعمال ولا في غيرها . وقد حكم ببطلان الروايات الواردة في ذلك جمعٌ من أهل العلم، منهم ابن الجوزي في كتابه”الموضوعات” (2 / 440 - 445)، وابن قيم الجوزية في ”المنار المنيف” رقم 174 – 177)، وأبو شامة الشافعي في ”الباعث على إنكار البدع والحوادث” (124- 137)، والعراقي في ”تخريج إحياء علوم الدين” (رقم 582)، وقد نقل شيخُ الإسلام الاتفاق على بطلانها في”مجموع الفتاوى”(28 / 138) Riwayat tentang keutamaan shalat dan puasa serta beribadah di pertengahan Sya’ban bukan hanya sekedar hadits lemah, bahkan ia termasuk (hadits) palsu dan batil. Maka tidak dibolehkan mengambil dan mengamalkan ...
Baca selengkapnya

Royalti Di Akhirat

-
ROYALTI DI AKHIRAT Oleh : Abu Fadhel Majalengka Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nawawi, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim, Ibnu Hajar, Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dan para ulama penulis kitab lainya, kitab-kitab mereka terus dicetak ulang dari zaman ke zaman, dari berbagai penerbit diberbagai negara dengan berbagai bahasa di dunia, ini menunjukkan keikhlasan para penulisnya yang hanya mengharapkan balasan dari Allah semata, sehingga kitabnya sampai sekarang ini masih eksis. Mereka tidak mendapatkan Royalti keuntungan dunia dari hasil karya tulisnya, tetapi menjadi investasi kekayaan akhirat yang terus mengalir. Menyebarkan ilmu yang bermanfaat, baik dengan lisan maupun tulisan, merupakan amalan yang berpahala besar yang terus bertambah pahalanya seiring dengan semakin banyaknya orang yang tersadarkan dengan ilmu yang disebarkan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ ...
Baca selengkapnya

KENAPA KAMU DIAM?

-
KENAPA KAMU DIAM TERUS MEMERUS?  Banyak orang yang cari aman, tidak mau ribut, tidak mau cari masalah, akhirnya diam terus menerus dan tidak memihak, tidak membenarkan dan tidak mensalahkan. Pokoknya tidak mau mengambil resiko dan tidak mau ada orang yang memusuhinya.  Berkata Syekh Robi Hafizhohulloh,  " و السكوت الدائم والحياد الدائم هذا خذلان للحق "  «  بهجة القاريء77-78 ». Dan diam yang terus menerus dan tidak memihak yang terus menerus, ini menelantarkan bagi kebenaran. 《Bahjatul Qori : 77-78》. Jika seseorang yang memilki ilmu, kemudian diam saja, tidak menyampaikan yang haq, lantas bagaimana manusia bisa mengetahui yang haq?  Berkata Syekh Robi' hafizhahullah,  كيف يعرف الناس الحق وأنت ساكت ؟ مجموع الفتاوى (211-212/14).  Bagaimana manusia mengetahui yang benar, sedangkan kamu diam saja. (Majmu Fatawa 14/211-212). Sumber : http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?p=85300 Kalau ahlul haq diam saja, tidak menjelaskan kepada manusia bahwa i...
Baca selengkapnya