Jika Diizinkan, Saya Akan Membunuhnya
JIKA DIIZINKAN, SAYA AKAN MEMBUNUHNYA
Ketika tokoh orang munafik di Madinah Abdullah Bin Ubay Bin Salul berkhianat, memfitnah, mencela dan menghina Nabi shalallahu alaihi wasallam, Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu, menyiapkan diri untuk membunuh Abdullah Bin Ubay Bin Salul, namun Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyuruhnya untuk bersabar, karena mudharatnya lebih besar.
Allah Ta'ala berfirman :
يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الأعَزُّ مِنْهَا الأذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Mereka berkata, "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Surah Al Munafiqun 8).
Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan dalam tafsirnya :
Berkata Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul :
و الله لئن رجعنا إلى المدينة ليخرجن الأعز منها الأذل قال مالك بن الدخشن وكان من المنافقين ألم أقل لكم لا تنفقوا على من عند رسول الله حتى ينفضوا؟ فسمع بذلك عمر بن الخطاب فأقبل يمشي حتى أتي رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله ائذن لي في هذا الرجل الذي قد أفتن الناس أضرب عنقه يريد عمر عبدالله بن أبي فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمر: "أو قاتله أنت إن أمرتك بقتله؟" فقال عمر نعم والله لئن أمرتني بقتله لأضربن عنقه فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم "اجلس" فأقبل أسيد بن
"Demi Allah, sesungguhnya jika kita kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya." Kemudian Malik ibnud Dukhsyun mengatakan (dia adalah salah seorang munafik), "Bukankah telah kukatakan bahwa janganlah kalian membelanjakan harta kepada orang-orang yang ada di sisi Rasulullah, supaya mereka bubar meninggalkannya."
Umar ibnul Khattab mendengar perkataan tersebut, lalu ia datang dengan jalan kaki menghadap kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, izinkanlah kepadaku terhadap lelaki yang telah menghasut banyak orang ini, aku akan memenggal batang lehernya." Yang Umar maksud, Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul. Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bertanya, "Apakah engkau benar akan membunuhnya jika kuperintahkan kepadamu untuk membunuhnya?" Umar menjawab, "Ya, jika engkau perintahkan kepadaku untuk membunuhnya, niscaya kupenggal kepalanya." Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Sekarang duduklah kamu (bersabarlah)." (Tafsir Ibnu Katsir).
Bahkan anaknya Abdullah Bin Ubay Bin Salul, yakni Abdullah Bin Abdullah Bin Ubay Bin Salul radhiyallahu anhu menawarkan diri untuk membunuh bapaknya sendiri, namun Nabi shalallahu alaihi wasallam melarangnya.
Dan Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan dalam tafsirnya :
محمد بن إسحاق بن يسار حدثني عاصم بن عمر بن قتادة أن عبدالله بن عبدالله بن أبي لما بلغه ما كان من أمر أبيه أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال يا رسول الله إنه بلغني أنك تريد قتل عبدالله بن أبي فيما بلغك عنه فإن كنت فاعلا فمرني به فأنا أحمل إليك رأسه فوالله لقد علمت الخزرج ما كان لها من رجل أبر بوالده مني إني أخشى أن تأمر به غيري فيقتله فلا تدعني نفسي أنظر إلى قاتل عبدالله بن أبي يمسي في الناس فأقتله فأقتل مؤمنا بكافر فأدخل النار فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم "بل نترفق به ونحسن صحبته ما بقي معنا"
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan, telah menceritakan kepadaku Asim ibnu Umar ibnu Qatadah, bahwa anak Abdullah Ibnu Ubay ibnu Salul (yaitu Abdullah) ketika mendengar berita tentang ayahnya, lalu ia datang menghadap kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya telah sampai suatu berita kepadaku bahwa engkau hendak membunuh Abdullah ibnu Ubay karena ucapannya terhadap dirimu. Jika engkau hendak melaksanakannya, maka perintahkanlah kepadaku untuk mengeksekusinya, dan akulah yang akan membawakan kepalanya ke hadapanmu. Demi Allah, semua orang Khazraj telah mengetahui bahwa tiada seorang pun yang lebih berbakti kepada orang tuanya selain aku. Sesungguhnya aku merasa khawatir jika engkau perintahkan orang lain untuk mengeksekusinya, maka aku tidak dapat menahan diri melihat pembunuh ayahku berjalan bebas di tengah orang banyak, dan aku membunuhnya, sehingga kesimpulannya berarti aku membunuh seorang mukmin karena dia membunuh seorang yang kafir, dan akhirnya akan menjerumuskan diriku ke dalam neraka." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab: Tidak, bahkan kami berbelaskasihan terhadapnya dan tetap berhubungan baik dengannya selama dia tetap bersama kami. (Tafsir Ibnu Katsir).
Kisah di atas menjadi pelajaran bagi kita. Semangat boleh semangat dalam membela kehormatan Nabi shallallahu'alaihi wasallam, namun dalam bertindak tidak boleh sembrono dan mengikuti hawa nafsu. Ikutilah petunjuk Nabi shalallahu alaihi wasallam dan bimbingan para ulama salaf.
AFM
Komentar
Posting Komentar