Agama Asli Leluhur
AGAMA ASLI LELUHUR
Kepercayaan dan keyakinan nenek moyang di negeri manapun pastilah ada. Sejak zaman dulu sampai zaman kiwari. Termasuk ketika Islam belum datang, orang-orang dijazirah arab mempunyai keyakinan dan kepercayaan sendiri. Mereka menyembah dan mengagungkan berhala, arca atau benda-benda lainnya.
Berkata Jafar bin Abu Thalib radhiyallahu anhu kepada Raja Habasyah an Najasyi :
أَيُّهَا الْمَلِكُ كُنَّا قَوْمًا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ نَعْبُدُ الْأَصْنَامَ وَنَأْكُلُ الْمَيْتَةَ وَنَأْتِي الْفَوَاحِشَ وَنَقْطَعُ الْأَرْحَامَ وَنُسِيءُ الْجِوَارَ يَأْكُلُ الْقَوِيُّ مِنَّا الضَّعِيفَ فَكُنَّا عَلَى ذَلِكَ حَتَّى بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولًا مِنَّا نَعْرِفُ نَسَبَهُ وَصِدْقَهُ وَأَمَانَتَهُ وَعَفَافَهُ فَدَعَانَا إِلَى اللَّهِ لِنُوَحِّدَهُ وَنَعْبُدَهُ وَنَخْلَعَ مَا كُنَّا نَعْبُدُ نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ الْحِجَارَةِ وَالْأَوْثَانِ وَأَمَرَنَا بِصِدْقِ الْحَدِيثِ وَأَدَاءِ الْأَمَانَةِ وَصِلَةِ الرَّحِمِ وَحُسْنِ الْجِوَارِ وَالْكَفِّ عَنْ الْمَحَارِمِ وَالدِّمَاءِ وَنَهَانَا عَنْ الْفَوَاحِشِ وَقَوْلِ الزُّورِ وَأَكْلِ مَالَ الْيَتِيمِ وَقَذْفِ الْمُحْصَنَةِ وَأَمَرَنَا أَنْ نَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَأَمَرَنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّيَامِ - قَالَ : فَعَدَّدَ عَلَيْهِ أُمُورَ الْإِسْلَامِ - فَصَدَّقْنَاهُ وَآمَنَّا بِهِ وَاتَّبَعْنَاهُ عَلَى مَا جَاءَ بِهِ فَعَبَدْنَا اللَّهَ وَحْدَهُ فَلَمْ نُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا وَحَرَّمْنَا مَا حَرَّمَ عَلَيْنَا وَأَحْلَلْنَا مَا أَحَلَّ لَنَا فَعَدَا عَلَيْنَا قَوْمُنَا فَعَذَّبُونَا وَفَتَنُونَا عَنْ دِينِنَا لِيَرُدُّونَا إِلَى عِبَادَةِ الْأَوْثَانِ مِنْ عِبَادَةِ اللَّهِ وَأَنْ نَسْتَحِلَّ مَا كُنَّا نَسْتَحِلُّ مِنْ الْخَبَائِثِ ... " رواه أحمد / 1740
“Wahai raja Habasyah, kami dahulu adalah orang-orang jahiliyah, kami menyembah berhala, kami makan bangkai, kami melakukan perbuatan keji, memutuskan tali silaturrahim, mengganggu kenyamanan bertetangga, yang kuat menindas yang lemah, kami dahulu tetap seperti itu sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kami sendiri, kami mengetahui nasabnya, kejujurannya, amanahnya, konsisten menjaga kesucian dirinya, seraya ia mengajak kami untuk mengesakan Allah dan mengabdi kepada-Nya, melepaskan apa yang kami dan nenek moyang kami sembah dahulu dari bebatuan, dan berhala, ia menyuruh kami agar jujur dalam berucap, menunaikan amanah, menyambung tali silaturrahim, berbuat baik pada tetangga, menjauhi yang diharamkan, darah, melarang kami untuk melakukan perbuatan keji, berkata bohong, memakan harta anak yatim, menuduh sembarangan seseorang berzina –naudzubillah-, ia menyuruh kami untuk mengabdi kepada Allah semata, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, ia juga menyuruh kami shalat, zakat dan puasa. Lalu kami membenarkannya, kami beriman kepadanya, mengikuti ajarannya, kami mengabdi kepada Allah semata, dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, kami mengharamkan yang haram, dan menghalalkan yang halal, lalu kaum kami memusuhi kami, dan menyiksa kami, memfitnah kami, agar kami kembali menyembah berhala, dan menghalalkan kembali apa yang dahulu kami halalkan…. (HR. Ahmad).
Begitu pula para dai Islam datang ke Nusantara ini untuk mengajak orang-orang di Nusantara yang masih animisme dan dinamisme untuk memeluk islam dan meninggalkan agama, keyakinan atau kepercayaan nenek moyang.
Awalnya sebagian mereka menerima dan sebagian menentang. Semakin lama Islam semakin berkembang dan menjadi agama mayoritas di Nusantara ini sampai sekarang. Walhamdulillah.
Akhir-akhir ini ada sebagian orang yang antipati dengan apa-apa yang datang dari Arab (baca Islam) yang mereka gelari sebagai agama import. Padahal orang yang bicara ini sudah lama menikmati agama import ini.
Waktu dia kecil, orang tuanya yang sudah memeluk agama import (islam), tidak nyuapin dia dengan berbagai makanan yang diharamkan dalam islam. Baik daging babi, anjing, kelelawar, ular dan binatang lainnya atau bangkai, yang merupakan konsumsi orang-orang yang belum memeluk islam.
Dia pun dipakaikan dengan pakaian yang menutup aurat, tidak bugil atau minimal pakaian favorit tarjan, karena kebetulan orang tuanya sudah islam.
Selagi kecil, dia pun di sunnat, kalau ajaran agama leluhurnya tentulah dia masih belum disunat sampai sekarang.
Dan masih banyak nikmat agama import yang dia rasakan. Namun dia kurang berterimakasih dengan ajaran islam. Justru bangga dengan agama leluhur dan menyerang apa-apa yang datang dari islam. Bahkan menuduh ajaran islam sebagai radikal dan pemecah belah.
Perkataan dia ini, nyaris sama dengan perkataan orang-orang arab jahiliyah yang memeluk agama nenek moyang kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam.
Berkata Utbah radhiyallahu anhu ;
يا ابن أخي ، إنك منا حيث قد علمت من السطة في العشيرة ، والمكان في النسب ، وإنك قد أتيت قومك بأمر عظيم ، فرقت به جماعتهم ، وسفهت به أحلامهم ، وعبت به آلهتهم ودينهم ، وكفرت به من مضى من آبائهم ، فاسمع مني أعرض عليك أمورا تنظر فيها لعلك تقبل منا بعضها .
"Hai anak saudaraku, sesungguhnya engkau berasal dari golongan kami, dimana aku tahu keluarga dan kedudukan keturunanmu, yang dengannya engkau 'MEMECAH BELAH KESATUAN MEREKA, engkau bodohkan akal pikiran mereka, engkau cela sembahan dan agama mereka serta engkau kafirkan nenek moyang mereka yang telah pergi. Dengarkanlah aku, aku hendak mengajukan beberapa hal yang perlu engkau tinjau kembali. Mudah-mudahan engkau menerima sebagiannya." ....dst. (Tafsir Ibnu Katsir QS; Surah Fushshilat :3-4).
Berkata Raja Habasyah an Najasyi :
مَا هَذَا الدِّينُ الَّذِي فَارَقْتُمْ فِيهِ قَوْمَكُمْ وَلَمْ تَدْخُلُوا فِي دِينِي وَلَا فِي دِينِ أَحَدٍ مِنْ هَذِهِ الْأُمَمِ ؟ قَالَتْ : فَكَانَ الَّذِي كَلَّمَهُ جَعْفَرُ بْنُ أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ لَهُ :
Agama apa ini yang menjadikan kalian terpecah belah kaumnya, sedang kalian juga tidak memasuki agama saya, agama kalian juga bukan agama yang ada pada generasi umat ini ? (HR. Ahmad).
Semoga Allah Ta'ala mengistiqamahkan kita semua di atas islam dan sunnah. Dan memberikan hidayah islam dan sunnah kepada para penentangnya.
AFM
Komentar
Posting Komentar