DOKRIN TAFWIDH
DOKRIN TAFWIDH
Sebagian orang gencar menyebarkan aqidah tafwidh (menyerahkan makna nama dan sifat Allah hanya kepada Allah) bahwa itu aqidah ahlussunnah.
Padahal aqidah ahlussunnah menetapkan lafaz dan makna yang terkandung di dalamnya, kemudian menyerahkan ilmu tentang kaifiyat (tata caranya) kepada Allah Ta'ala. Kita menetapkan nama-nama yang mulia bagi Allah Ta'ala serta sifat-sifat-Nya yang agung dan kita mengetahui maknanya serta mengimaninya. Hanya saja kita tidak mengetahui tata caranya.
Disebutkan dalam majmu' fatawa Ibnu Taimiyah,
فنؤمن بأن الله تعالى قد استوى على العرش ، استواء حقيقيا يليق بجلاله سبحانه ، ليس كاستواء البشر ، ولكن كيفية الاستواء مجهولة بالنسبة لنا ؛ ولذا ، فإننا نفوض كيفيته إلى الله ، كما قال الإمام مالك وغيره لما سئل عن الاستواء : "الاستواء معلوم ، والكيف مجهول" .
انظر : "مجموع الفتاوى" لشيخ الإسلام (3/25) .
Kita beriman bahwa Allah Ta'ala istiwa di atas Arasy, yaitu istiwa secara hakiki yang sesuai dengan kebesaran dan kemuliaan-Nya yang maha suci, bukan seperti istiwanya manusia. Akan tetapi bagaimana Dia beristiwa, adalah perkara yang tidak kita diketahui. Karenanya, maka sesungguhnya kita menyerahkan (maknanya) tentang tata caranya) kepada Allah. Sebagaimana ucapan Imam Malik dan selainnya ketika ditanya tentang istiwa, "Istiwa itu telah diketahui (maknanya secara bahasa) sedangkan tata caranya tidak diketahui." (Majmu Fatawa Syekh Islam Ibnu Taimiah, 3/25)
Ibnu Abdul Barr rahimahullah berkata,
أهل السنة مجمعون على الإقرار بالصفات الواردة في الكتاب والسنة وحملها على الحقيقة لا على المجاز ، إلا أنهم لم يكيفوا شيئا من ذلك. "العلو للعلي الغفار" (ص 250)
Ahlussunnah sepakat untuk menetapkan sifat-sifat yang tertera dalam Al-Quran dan Sunah serta membawanya (memahaminya) secara hakikat, bukan secara kiasan. Hanya saja mereka tidak (menetapkan) sedikitpun tata caranya dari yang demikian itu. (Al-Uluw Lil Aliyyil Ghaffar, hal. 250)
Sedangkan menetapkan lafaz tanpa mengetahui maknanya, maka ini pemahaman yang batil.
Seperti mereka hanya menetapkan lafadz,
(الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى)
Arrahman (Allah) beristiwa di atas Arsy.
Setelah itu mereka berkata, "Kami tidak mengetahui maknanya dan tidak mengetahui apa yang Allah maksud dari kalimat ini."
Orang-orang yang mengatakan bahwa ahlussunnah mempromosikan tafwidh dalam arti mengatakan bahwa hanya Allah yang mengetahui maknanya, maka ia berdusta tentang mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata,
وأما التفويض : فإن من المعلوم أن الله تعالى أمرنا أن نتدبر القرآن وحضّنا على عقله وفهمه ، فكيف يجوز مع ذلك أن يراد منا الإعراض عن فهمه ومعرفته وعقله ؟
درء التعارض" (1/115)
"Adapun tafwidh, telah diketahui bahwa Allah Ta'ala telah memerintahkan kita untuk tadabbur (merenungi) Al-Quran dan memerintahkan kita untuk mengerti dan memahaminya. Bagaimana bisa diterima jika bersamaan dengan itu kita terhalang untuk memahaminya dan mengetahui serta mengerti maknanya? (Dar'ut-Ta'arudh, 1/115).
Syekh Ibn Baaz rahimahullah berkata,
المفوضة قال أحمد فيهم : إنهم شر من الجهمية ، والتفويض أن يقول القائل : الله أعلم بمعناها فقط ، وهذا لا يجوز ; لأن معانيها معلومة عند العلماء . قال مالك رحمه الله : الاستواء معلوم والكيف مجهول ، وهكذا جاء عن الإمام ربيعة بن أبي عبد الرحمن وعن غيره من أهل العلم ، فمعاني الصفات معلومة ، يعلمها أهل السنة والجماعة ; كالرضا والغضب والمحبة والاستواء والضحك وغيرها ، وأنها معاني غير المعاني الأخرى ، فالضحك غير الرضا ، والرضا غير الغضب ، والغضب غير المحبة ، والسمع غير البصر ، كلها معلومة لله سبحانه ، لكنها لا تشابه صفات المخلوقين" انتهى . "فتاوى نور على الدرب لابن باز" (ص 65) .
Orang-orang yang berpaham tafwidh dikatakan oleh Imam Ahmad sebagai lebih buruk dari kaum Jahmiyah. Tafwidh adalah perkataan seseorang; Hanya Allah yang tahu maknanya. Pendapat seperti ini tidak dibolehkan. Karena makna dari nama dan sifat tersebut telah diketahui oleh para ulama. Imam Malik rahimahullah berkata, 'Istiwa telah diketahui (maknanya) dan tidak diketahui (tata caranya). Demikian pula disampaikan oleh Imam Rabiah bin Abdurrahman dan para ulama lainnya. Maka makna sifat telah diketahui dan diketahui pula oleh kalangan Ahlussunah wal jamaah, seperti ridha, murka, cinta, beristiwa, tertawa, dan sebagainya. Semua itu memiliki makna yang tidak sama dengan makna-makna yang lain. 'Tertawa' tidak sama maknanya dengan 'ridha' sedangkan 'ridha' tidak sama maknanya dengan 'marah' dan 'marah' tidak sama dengan 'cinta'. Semuanya telah diketahui milik Allah Ta'ala. Akan tetapi jangan menyerupakannya dengan sifat-sifat makhluk." (Fatawa Nurun Alad-Darb, Ibn Baz, hal. 65)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
التفويض نوعان : تفويض المعنى ، وتفويض الكيفية . فأهل السنة والجماعة يفوضون الكيفية ، ولا يفوضون المعنى ، بل يقرُّون به ، ويثبتونه ، ويشرحونه ، ويقسمونه ، فمن ادعى أن أهل السنة هم الذين يقولون بالتفويض - ويعني به تفويض المعنى - فقد كذب عليهم" انتهى ."لقاء الباب المفتوح" (67/24) .
Tafwid ada dua macam, yang pertama berkaitan dengan makna dan yang kedua berkaitan dengan bagaimana.
Ahl as-Sunnah wa'l-Jamaa'ah tidak membahas bagaimana, tetapi mereka tidak menolak maknanya; malah mereka menegaskannya dan menjelaskannya. Siapa pun yang mengklaim bahwa ahlussunnah adalah orang-orang yang mempromosikan tafwid dalam arti mengatakan bahwa hanya Allah yang mengetahui maknanya, maka ia berdusta tentang mereka. (Liqa' al-Baab al-Maftuh. 67/24).
Syekh Shaleh Al-Fauzan hafizhahullah berkata,
السلف لم يكن مذهبهم التفويض ، وإنما مذهبهم الإيمان بهذه النصوص كما جاءت ، وإثبات معانيها التي تدلُّ عليها على حقيقتها ووضعها اللغوي ، مع نفي التَّشبيه عنها ؛ كما قال تعالى : (لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ) الشورى/ 11" انتهى . "المنتقى من فتاوى الفوزان" (25/1) .
"As Salaf itu madzhab mereka bukan tafwidh. Akan tetapi mazhab mereka adalah beriman dengan nash sebagaimana adanya serta menetapkan makna yang terkandung di dalamnya secara hakiki sebagaimana ditetapkan secara bahasa dengan menafikan keserupaan dengan makhluk. Sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar dan Melihat." (QS. Asy-Syura: 11).
Sebagian mereka menuduh juga bahwa Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab berpemahaman tafwidh. Padahal tafwidz beliau dalam masalah nama dan sifat Allah adalah tafwidh kaifiyat (bagaimana dan tata caranya) bukan tafwidh lafadz dan makna.
Disebutkan dalam usulan iman li Muhammad bin Abdul Wahhab,
"كانت عقيدة الشيخ محمد بن عبدالوهاب في الأسماء والصفات هي عقيدة أهل السنة والجماعة ، وهي عقيدة السلف الصالح، وهي ما كان عليه رسول الله صَلَّى الله عليه وسَلَّم وأصحابه والتابعون والأئمة المهتدون؛ كأبي حنيفة ومالك والشافعي وأحمد وسفيان الثوري وسفيان بن عيَيْنة وابن المبارك والبخاريِّ ومسلم وأَبي داود وسائر أهل "السنَنِ" وأمثالهم ممن تبعهم من أهل الفقه والأثر." "أصول الإيمان" لمحمد بن عبد الوهاب - ت الجوابرة (ص: 11 - 12)."
Aqidah Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab di dalam asma wa sifat adalah aqidah ahlussunnah wal jamaah, aqidah assalafushsholeh dan berada di atas jalannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para sahabat, para tabiin dan para imam yang mendapat petunjuk, seperti Abu Hanifah, Malik, Asy Syafii, Ahmad, Sufyan Ats Tsauri, Sufyan bin Uyaynah, Ibnul Mubarak, Al Bukhari, Muslim, Abu Daud dan seluruh ahlussunnah dan semisal mereka dari orang yang mengikuti mereka dari ahli fiqh dan atsar.
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar