Menumpahkan Darah
MENUMPAHKAN DARAH
Menumpahkan darah tanpa hak, adalah haram bagi kaum muslimin. Baik yang ditumpahkan itu orang kafir, maupun kaum muslimin.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah dan harta kalian, haram atas kalian. Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini di negeri kalian ini“ (Riwayat Muslim).
Seorang mukmin senantiasa berada dalam kelapangan agamanya selama dia tidak menumpahkan darah orang lain. Dan sebaliknya dia berada dalam kesempitan agamanya jika menumpahkan darah orang lain
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لَنْ يَزَالَ المُؤْمِنُ في فُسْحَةٍ مِن دِينِهِ، ما لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا
“Seorang Mukmin senantiasa berada dalam kelapangan dalam agamanya, selama ia tidak menumpahkan darah yang haram” (Riwayat Bukhari).
Di akhirat kelak, yang pertama kali dihisab adalah urusan tentang menumpahkan darah. Dan orang yang menumpahkan darah orang lain tanpa hak, akan menjadi orang yang bangkrut di akhirat, kalau dia tidak meminta maaf kepada orang yang ditumpahkan darahnya.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أوَّلُ ما يُقْضَى بيْنَ النَّاسِ يَومَ القِيامَةِ في الدِّماءِ
“Perkara pertama yang akan dihisab antara sesama manusia di hari Kiamat adalah urusan darah” (Riwayat Muslim).
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ (رواه مسلم).
"Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab: "Orang bangkrut di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak memiliki dirham atau sesuatu kekanyaan apapun." Beliau Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: "Orang yang bangkrut dari kalangan ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi dahulunya ketika di dunia pernah mencaci maki si pulan, memfitnah si pulan, makan harta si pulan, MENUMPAHKAN DARAH si pulan - tanpa dasar kebenaran, pernah memukul si pulan. Maka orang yang dianiaya itu diberikan kebaikan orang tadi dan yang lain pun diberi kebaikannya pula, Jikalau kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum terlunasi tanggungan penganiayaannya, maka diambillah dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang dianiayanya itu lalu dibebankan kepada orang tersebut, selanjutnya orang itu dilemparkanlah ke dalam neraka." (Riwayat Muslim).
Mengenai yang menimpa Syekh Ali Jabir, terlepas beliau ini manhaj dan pemahamannya apa, yang jelas perkara menumpahkan darah kaum muslimin adalah perkara yang bukan sepele dalam syariat islam.
Pelakunya harus diusut tuntas dan masyarakat harap tenang, terutama orang-orang yang ditokohkan, harus yang terdepan menenangkan masyarakat, bukan justru yang memanas manasi situasi, serahkan kepada petugas yang berwenang. Jangan membuat situasi semakin tidak menentu.
Jangan mudah menuduh dan memfitnah siapa saja, apalagi menuduh para penguasa. Kalau mereka adil dalam menangani kasus, ya alhamdulillah, kalau mereka zalim, ya bersabar, dosanya untuk mereka, dan kita tidak berdosa, karena hanyalah atas mereka apa yang mereka perbuat, dan atas kita apa yang kita perbuat.
Al-Imam an-Nawawy rahimahullahu berkata:
ينبغي للعالم والرجل العظيم المُطاع وذي الشّهرة أن يُسكّن الناس عند الفتن ويعظهُم ويوضّح لهم الدلائل.
“Seorang ulama, orang yang besar dan banyak pengikutnya, dan orang yang terkenal, seharusnyalah melakukan upaya-upaya yang menimbulkan ketenangan bagi manusia di masa fitnah, menasehati mereka dan menjelaskan kepada mereka bimbingan-bimbingan yang terbaik.” [Al-Minhaj fi Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, jilid 2 hlm. 107].
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
يا نبي الله أرأيت إن قامت علينا أمراء يسألونا حقهم ويمنعونا حقنا فما تأمرنا فأعرض عنه ثم سأله فأعرض عنه ثم سأله في الثانية أو في الثالثة فجذبه الأشعث بن قيس وقال اسمعوا وأطيعوا فإنما عليهم ما حملوا وعليكم ما حملتم
“Wahai Nabiyullah, bagaimana pendapatmu jika kami punya amir (dimana mereka) meminta haknya dari kami akan tetapi mereka menahan hak kami?”. Maka beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam berpaling darinya, dan kemudian ia (Salamah) bertanya kembali dan beliau berpaling, sampai hal tersebut terulang dua kali atau tiga kali. Asy’ats bin Qais pun kemudian menarik Salamah. Maka beliaupun menjawab : “(Hendaklah kalian) dengar dan taati mereka, karena hanyalah atas mereka apa yang mereka perbuat, dan atas kalian apa yang kalian perbuat” (HR. Muslim).
AFM
Komentar
Posting Komentar