Suka Dipuji

SUKA DIPUJI


Ada diantara manusia, yang suka sekali dipuji. Kalau pujian datang kepadanya, dia pun senang dan seakan-akan dia berada di awang-awang. Bahkan dia pun tidak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk diberikan kepada yang memujinya.


Padahal kalau dia tahu hakikat dirinya disisi Allah, kalau dibandingkan dengan sayap seekor nyamuk tidak ada harga dan nilainya, tentulah dia tidak suka dipuji.


Al-Auza’i rahimahullah berkata :


إنّ مِن الناس مَن يُحب الثناء عليه ؛ وما يساوي عند الله جناح بعوضة


“Sesungguhnya ada diantara manusia, ada yang senang dipuji, padahal disisi Allah, dia tidak sebanding dengan sayap seekor nyamuk.” (Hilyah, 8/255).


Seorang salaf, ketika ada yang memujinya dirinya secara berlebih, dia lemparkan pasir ke orang yang memujinya.


Ma'mar rahimahullah berkata :


قام رجل يثني على أمير من الأمراء فجعل المقداد يحثي عليه التراب وقال أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نحثي في وجوه المداحين التراب


Seorang laki-laki berdiri memuji salah seorang gubernur. Miqdad [ibnul Aswad] lalu menyiramkan pasir ke wajahnya dan berkata, “Kami diperintahkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk menyiramkan pasir ke wajah orang-orang yang memuji.” (Riwayat Muslim).


Imam Nawawi rahimahullah berkata,


هذا الحديث قد حمله على ظاهره المقداد الذي هو راويه ، ووافقه طائفة ، وكانوا يحثون التراب في وجهه حقيقة . وقال آخرون : معناه خيبوهم ، فلا تعطوهم شيئا لمدحهم . وقيل : إذا مدحتم فاذكروا أنكم من تراب فتواضعوا ولا تعجبوا ، وهذا ضعيف .


Hadits ini diamalkan secara tekstual. Sebagian ulama ada yang mengamalkan demikian. Jika ada yang memuji di depan wajahnya, maka mereka melemparkan debu di wajahnya sesuai hakekat hadits tersebut. Sedangkan ulama lainnya memaknakan hadits ‘menyiramkan pasir’ bahwa pujian mereka itu ditolak mentah-mentah dan tidak kita terima. Ada pula pandapat lain yang mengatakan bahwa jika kalian dipuji, maka ingatlah bahwa kalian itu berasal dari tanah, maka bersikaplah tawadhu’ (rendah diri) dan janganlah merasa ujub (bangga diri). Namun tafsiran terakhir ini lemah. (Syarh Shahih Muslim, 18/418). Sumber : https://islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&flag=1&bk_no=53&ID=8587


Memuji seseorang tidak mutlak terlarang, kalau memang layak dipuji, maka tidak mengapa memujinya. Pujian yang terlarang adalah pujian yang berlebih dan pujian tersebut yang tidak ada dalam diri yang dipuji, sebagaimana yang dikatakan Ibnu Baththol rahimahullah (lihat Fathul Bari, 10/477).


AFM


Copas dari berbagai sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?