Kematian Sebagai Peringatan
KEMATIAN SEBAGAI PERINGATAN
Waktu saya pulang kampung, orang tua saya, saudara, tetangga dan teman-teman lama bercerita, si pulan telah meninggal, teman kita sudah mendahului dan saudara kita telah tiada. Saya pun merasa sedih dan merasa kehilangan, ingat akan mereka semua.
Kematian silih berganti, yang akhirnya kita pun dapat gilirannya. Seharusnya hal ini menjadi peringatan dan pemberi nasihat bagi kita semua.
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا وَكَفَى بِالدَّهْرِ مُفَرِّقًا، الْيَوْمَ فِي الدُّوْرِ وَغَدًا فِي الْقُبُوْرِ
“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat dan cukuplah masa sebagai pemisah. Hari ini masih di rumah dan besok bisa jadi di kuburan”. (lathaiful ma'arif).
Ad daqqaq rahimahullah berkata:
من أكثر ذكر الموت أكرم بثلاثة أشياء : تعجيل التوبة, وقناعة القلب, ونشاط العبادة. ومن نسي الموت عوقب بثلاثة أشياء : تسويف التوبة, وترك الرضا بالكفاف, والتكاسل في العبادة
“Barang siapa yang banyak mengingat kematian maka dimuliakan dengan tiga (3) hal: Bersegera taubat, merasa puas hatinya, dan semangat dalam beribadah. Barang siapa yang lupa kematian dihukum dengan tiga (3) hal: menunda taubat, tidak ridha dengan keadaan dan malas beribadah.” ( Lihat at-tadzkirah fi ahwal al mauta wa umur al akhirah, lil qurtuby 1/27).
AFM
Komentar
Posting Komentar