Bukan Menasehati, Tetapi Mempermalukan
BUKAN MENASEHATI, TETAPI MEMPERMALUKAN
Ada seseorang menasehati temannya, saudaranya, orang tuanya atau pemimpinnya dihadapkan orang banyak, maka hakikatnya dia bukan sedang menasehati, namun dia lagi menghinakan dan mempermainkannya.
Berkata Imam Syafii rahimahullah :
من وعظ أخاه سرا فقد نصحه وزانه ومن وعظه علانية فقد فضحه وشانه
“Barang siapa yang menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi maka ia telah benar-benar menasehatinya dengan baik, adapun yang menasehatinya secara terang-terangan hakikatnya ia hanya mempermalukannya”. (Hilyatul Aulia 9/140).
Kalau orang dinasehati di khalayak ramai, dia tidak akan terima, dia akan marah dan tersinggung. Berhadapan berdua saja kadang tidak menerima, apalagi terang-terangan di depan sekumpulan manusia.
Berkata Imam Asy-Syafi’i rahimahullah :
تعمدني بنصحك في انفرادي** وجنبْني النصيحة في الجماعهْ فإن النصح بين الناس نوع** من التوبيخ لا أرضى استماعهْ وإن خالفتني وعصيت قولي** فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ
Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri, jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian
Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya
Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku, maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti. (Diwan Imam Syafii).
Berkata Yahya bin Main rahimahullah :
” ما رأيتُ على رجلٍ خطأً إلا سترته ، وأحببتُ أن أزين أمره ، وما استقبلتُ رجلاً في وجهه بأمر يكرهه،ولكن أبين له خطأه فيما بيني وبينه، فإن قبل ذلك وإلاَّ تركته “.
Tidaklah diriku melihat seseorang bersalah kecuali ku tutupi kesalahannya, dan aku berharap dapat memperbaiki kesalahannya, aku tak pernah mendatangi seseorang untuk menasehatinya secara terang-teranagan yang membuat ia marah, tetapi aku menerangkan kesalahannya ketika berdua dengannya, jika ia terima maka itulah seharusnya,namun jika ia menolak akupun meninggalkannya. (Siyar A’lamin Nubala’ 11/83).
Khalifah Ali radhiyallahu anhu saja yang seorang sahabat pilihan, tidak terima diperlakukan seperti itu, apalagi orang selainnya.
Seorang laki-laki berkata kepada Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu di depan orang banyak:
يا أمير المؤمنين : إنك أخطأت في كذاوكذا ، وأنصحك بكذا وبكذا ، فقال له علي رضي الله عنه :" إذا نصحتنيفانصحني بيني وبينك، فإني لا آمنعليكم ولا على نفسي حين تنصحنيعلناً بين الناس "
“Wahai amirul mu’minin sesungguhnya engkau telah melakukan kesalahan dalam hal-hal ini, dan aku menasehatimu sepatutnya engkau melakukan hal-hal seperti ini dan itu”,
Maka beliau menjawab:
“Bila engkau menasehatiku maka hendaknya menasehatiku ketika sedang berduaan denganmu, aku khawatir tak sanggup sabar mendengarkan nasehatmu dan menerimanya ketika kau lakukan terang-terangan di hadapan manusia”. (Jami'ul 'Ulum Hal 77).
AFM
Ada seseorang menasehati temannya, saudaranya, orang tuanya atau pemimpinnya dihadapkan orang banyak, maka hakikatnya dia bukan sedang menasehati, namun dia lagi menghinakan dan mempermainkannya.
Berkata Imam Syafii rahimahullah :
من وعظ أخاه سرا فقد نصحه وزانه ومن وعظه علانية فقد فضحه وشانه
“Barang siapa yang menasehati saudaranya dengan sembunyi-sembunyi maka ia telah benar-benar menasehatinya dengan baik, adapun yang menasehatinya secara terang-terangan hakikatnya ia hanya mempermalukannya”. (Hilyatul Aulia 9/140).
Kalau orang dinasehati di khalayak ramai, dia tidak akan terima, dia akan marah dan tersinggung. Berhadapan berdua saja kadang tidak menerima, apalagi terang-terangan di depan sekumpulan manusia.
Berkata Imam Asy-Syafi’i rahimahullah :
تعمدني بنصحك في انفرادي** وجنبْني النصيحة في الجماعهْ فإن النصح بين الناس نوع** من التوبيخ لا أرضى استماعهْ وإن خالفتني وعصيت قولي** فلا تجزعْ إذا لم تُعْطَ طاعهْ
Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri, jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian
Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya
Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku, maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti. (Diwan Imam Syafii).
Berkata Yahya bin Main rahimahullah :
” ما رأيتُ على رجلٍ خطأً إلا سترته ، وأحببتُ أن أزين أمره ، وما استقبلتُ رجلاً في وجهه بأمر يكرهه،ولكن أبين له خطأه فيما بيني وبينه، فإن قبل ذلك وإلاَّ تركته “.
Tidaklah diriku melihat seseorang bersalah kecuali ku tutupi kesalahannya, dan aku berharap dapat memperbaiki kesalahannya, aku tak pernah mendatangi seseorang untuk menasehatinya secara terang-teranagan yang membuat ia marah, tetapi aku menerangkan kesalahannya ketika berdua dengannya, jika ia terima maka itulah seharusnya,namun jika ia menolak akupun meninggalkannya. (Siyar A’lamin Nubala’ 11/83).
Khalifah Ali radhiyallahu anhu saja yang seorang sahabat pilihan, tidak terima diperlakukan seperti itu, apalagi orang selainnya.
Seorang laki-laki berkata kepada Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu anhu di depan orang banyak:
يا أمير المؤمنين : إنك أخطأت في كذاوكذا ، وأنصحك بكذا وبكذا ، فقال له علي رضي الله عنه :" إذا نصحتنيفانصحني بيني وبينك، فإني لا آمنعليكم ولا على نفسي حين تنصحنيعلناً بين الناس "
“Wahai amirul mu’minin sesungguhnya engkau telah melakukan kesalahan dalam hal-hal ini, dan aku menasehatimu sepatutnya engkau melakukan hal-hal seperti ini dan itu”,
Maka beliau menjawab:
“Bila engkau menasehatiku maka hendaknya menasehatiku ketika sedang berduaan denganmu, aku khawatir tak sanggup sabar mendengarkan nasehatmu dan menerimanya ketika kau lakukan terang-terangan di hadapan manusia”. (Jami'ul 'Ulum Hal 77).
AFM
Komentar
Posting Komentar