Tenang Berbuat Maksiat
TENANG BERBUAT MAKSIAT
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Seorang mukmin, dia beramal ibadah dan beramal kebaikan, karena takut kepada Allah, takut akan azab dan siksaNya dan khawatir kalau amalnya tidak diterima. Lain halnya dengan si pendosa, dia berbuat berbagai macam maksiat dan dosa, dia merasa aman-aman saja dari azab dan siksa Allah.
Berkata Al Hasan Al Bashri rahimahullah :
ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻭﻫﻮ ﻣُﺸْﻔِﻖ ﻭَﺟِﻞ ﺧﺎﺋﻒ، ﻭﺍﻟﻔﺎﺟﺮ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﻭﻫﻮ ﺁﻣﻦ
Orang mukmin mengerjakan amal-amal ketaatan, sedangkan hatinya dalam keadaan takut, bergetar, dan khawatir, sementara orang yang durhaka mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat dengan penuh rasa aman. (Tafsir Ibnu Katsir surat Al A’raf ayat 99).
Orang yang seperti ini, yang merasa aman dari azab dan siksanya Allah Ta'ala merupakan orang yang sangat merugi dan pelaku dosa besar.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang datang dengan tiba-tiba)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99).
Berkata Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu :
أكبر الكبائر الإشراك بالله والأمن من مكر الله والقنوط من رحمة الله واليأس من روح الله
“Di antara dosa besar yang terbesar adalah berbuat syirik pada Allah, merasa aman dari murka Allah, merasa putus asa dari rahmat Allah (ampunan) dan putus asa dari pertolongan Allah.” (HR. Ath Thobroni. Berkata Al Haitsami. Isnad Shahih).
Mungkin orang beranggapan selama ini berbuat dosa terus menerus namun nikmat Allah terus menghampirinya dan azab tidak kunjung datang, ketahuilah, itu adalah istidraj, kesenangan-kesenangan yang menipu, tunggu saja azab dan siksa Allah yang datangnya secara tiba-tiba.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj dari Allah.” (HR. Ahmad. Berkata Syaikh Syu’aib Al Arnauth : Hadist Hasan Shahih).
Allah Ta’ala berfirman :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)
Takutlah dengan siksa dan azab Allah, yang datangnya tiba-tiba dan tidak disangka-sangka. Bertaubatlah dan memperbanyak istighfar, karena merekalah yang akan mendapatkan dan terhindari dari siksa dan azab Allah yang berupa musibah, bencana dan malapetaka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أنزل الله علي أمانين لأمتي {وما كان الله ليعذبهم وأنت فيهم وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون} فإذا مضيت تركت فيهم الاستغفار إلى يوم القيامة
“Allah menurunkan dua keamanan bagi umatku, yaitu disebutkan dalam firmanNya: ‘Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.’ (QS. AlAnfal:33). Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila aku telah tiada, maka aku tinggalkan istighfar (permohonan ampun kepada Allah) di kalangan mereka sampai hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Dhaif).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
العَبْدُ آمِنٌ مِنْ عَذَابِ اللهِ مَا اسْتَغْفَرَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ
“Seorang hamba dalam keadaan aman dari azab Allah selagi ia masih memohon ampun kepada Allah azza wa jalla.” (HR. Ahmad. Hadits Hasan).
Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata:
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa, dan tidaklah bisa musibah tersebut terangkat kecuali dengan taubat.” (Al-Jawabul Kaafi, h. 87)
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
أخبر الله سبحانه أنه لا يعذب مستغفراً، لأن الاستغفار يمحو الذنب الذي هو سبب العذاب، فيندفع العذاب)) اهـ.
“Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia tidak akan menyiksa orang yang beristighfar, karena Istighfar dapat menghapuskan dosa yang mana dosa adalah penyebab siksaan, maka tercegahlah siksaan (dengan sebab Istighfar).” [Majmu’ al-Fatawa (8/163)].
Berkata Al Hasan Al Bashri rahimahullah :
ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻭﻫﻮ ﻣُﺸْﻔِﻖ ﻭَﺟِﻞ ﺧﺎﺋﻒ، ﻭﺍﻟﻔﺎﺟﺮ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﺎﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﻭﻫﻮ ﺁﻣﻦ
Orang mukmin mengerjakan amal-amal ketaatan, sedangkan hatinya dalam keadaan takut, bergetar, dan khawatir, sementara orang yang durhaka mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat dengan penuh rasa aman. (Tafsir Ibnu Katsir surat Al A’raf ayat 99).
Orang yang seperti ini, yang merasa aman dari azab dan siksanya Allah Ta'ala merupakan orang yang sangat merugi dan pelaku dosa besar.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang datang dengan tiba-tiba)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99).
Berkata Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu :
أكبر الكبائر الإشراك بالله والأمن من مكر الله والقنوط من رحمة الله واليأس من روح الله
“Di antara dosa besar yang terbesar adalah berbuat syirik pada Allah, merasa aman dari murka Allah, merasa putus asa dari rahmat Allah (ampunan) dan putus asa dari pertolongan Allah.” (HR. Ath Thobroni. Berkata Al Haitsami. Isnad Shahih).
Mungkin orang beranggapan selama ini berbuat dosa terus menerus namun nikmat Allah terus menghampirinya dan azab tidak kunjung datang, ketahuilah, itu adalah istidraj, kesenangan-kesenangan yang menipu, tunggu saja azab dan siksa Allah yang datangnya secara tiba-tiba.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj dari Allah.” (HR. Ahmad. Berkata Syaikh Syu’aib Al Arnauth : Hadist Hasan Shahih).
Allah Ta’ala berfirman :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)
Takutlah dengan siksa dan azab Allah, yang datangnya tiba-tiba dan tidak disangka-sangka. Bertaubatlah dan memperbanyak istighfar, karena merekalah yang akan mendapatkan dan terhindari dari siksa dan azab Allah yang berupa musibah, bencana dan malapetaka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أنزل الله علي أمانين لأمتي {وما كان الله ليعذبهم وأنت فيهم وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون} فإذا مضيت تركت فيهم الاستغفار إلى يوم القيامة
“Allah menurunkan dua keamanan bagi umatku, yaitu disebutkan dalam firmanNya: ‘Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.’ (QS. AlAnfal:33). Selanjutnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila aku telah tiada, maka aku tinggalkan istighfar (permohonan ampun kepada Allah) di kalangan mereka sampai hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi. Berkata Syeikh Al Albani : Hadits Dhaif).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
العَبْدُ آمِنٌ مِنْ عَذَابِ اللهِ مَا اسْتَغْفَرَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ
“Seorang hamba dalam keadaan aman dari azab Allah selagi ia masih memohon ampun kepada Allah azza wa jalla.” (HR. Ahmad. Hadits Hasan).
Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu berkata:
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
“Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa, dan tidaklah bisa musibah tersebut terangkat kecuali dengan taubat.” (Al-Jawabul Kaafi, h. 87)
Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
أخبر الله سبحانه أنه لا يعذب مستغفراً، لأن الاستغفار يمحو الذنب الذي هو سبب العذاب، فيندفع العذاب)) اهـ.
“Allah subhanahu wa ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia tidak akan menyiksa orang yang beristighfar, karena Istighfar dapat menghapuskan dosa yang mana dosa adalah penyebab siksaan, maka tercegahlah siksaan (dengan sebab Istighfar).” [Majmu’ al-Fatawa (8/163)].
Komentar
Posting Komentar