Para Pegiat Bid'ah Mengajak Debat

PARA PEGIAT BID'AH MENGAJAK DEBAT

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Para pegiat bid'ah dengan nada pongah dan congkak mengatakan bahwa salafi gurunya mbah google, ilmu alat tidak becus, tidak ngaji kitab dan lain sebagainya. Bahkan diantara mereka menantang berdebat dengan penulis, mereka mengatakan, "Kalau berani, kami tunggu di pesantren kami."

Ucapannya seakan-akan yang mempunyai guru hanya mereka sendiri, seakan-akan yang menguasai ilmu alat (nahwu sharaf) hanya golongan mereka sendiri, seakan-akan yang ngaji kitab hanya kelompoknya sendiri dan seakan-akan yang pernah mondok di pesantren hanya kalangannya sendiri.

Seandainya agama kita tidak melarang untuk bermajlis atau duduk-duduk bersama mereka, tentu para salaf terdahulu telah memberi contoh untuk duduk bersama ahlul bid'ah dan membantah mereka, akan tetapi syariat melarangnya.

Allah Ta'ala berfirman :

وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain dan jika syaithan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (Qs. al-An’ām : 68)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

والمراد بهذا كل فرد ، فرد من آحاد الأمة ، ألا يجلس مع المكذبين الذين يحرفون آيات الله ويضعونها على غير مواضعها

Makna yang dimaksud ialah tiap-tiap orang dari kalangan umat ini dilarang duduk dengan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, yaitu mereka yang mengubah ayat-ayat Allah dan menakwiIkannya bukan dengan takwil yang semestinya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Berkata Al-Imam Syaukani  Rahimahullah:

وفي هذه الآية موعظة عظيمة لمن يتسمح بمجالسة المبتدعة، الذين يحرّفون كلام الله، ويتلاعبون بكتابه وسنة رسوله، ويردّون ذلك إلى أهوائهم المضلة وبدعهم الفاسدة، فإن إذا لم ينكرعليهم ويغير ما هم فيه فأقلّ الأحوال أن يترك مجالستهم ،وذلك يسيرعليه غير عسير . وقد يجعلون حضوره معهم مع تنزّهه عما يتلبسون به شبهة يشبهون بها على العامة، فيكون في حضوره مفسدة زائدة على مجرد سماع المنكر

“Di dalam ayat ini terdapat nasehat yang agung bagi orang ramah (membuka diri)  dengan duduk-duduk bersama ahlu bid’ah,  yang mana mereka menyelewengkan kalamullah (alquran), bermain-main dengan Kitab-Nya, sunnah Rasul-Nya yang mana  mereka inginkan dengan hal itu untuk mengajak kepada hawa nafsu mereka yang sesat, dan kebid’ahan mereka yang rusak, maka apabila tidak bisa mengingkari mereka dan merubah apa yang ada pada mereka, maka keadaan yang paling ringan adalah dengan meninggalkan duduk-duduk bersama mereka, yang demikian itu mudah dan tidaklah sulit. Dan sungguh dengan hadirnya seseorang bersama mereka (ahlu bid’ah) bersamaan dengan bersihnya orang tersebut dari apa yang mereka samarkan (rancukan dari kebenaran) dengan syubhat, yang menjadi syubhat atas kebanyakan orang, maka menjadikan hadirnya (bersama ahlu bid’ah) sebuah kerusakan yang lebih dibandingkan sekedar mendengarkan kemungkaran.” (Fathul Qadiir, Pada Ayat ini).

Ayat dan penjelasan ulama di atas sungguh sangat jelas, untuk meninggalkan majlis ketika  alquran diselewengkan dan di takwil. Bagaimana lagi dengan mendatangi orangnya, majlisnya atau pondoknya untuk bermajlis atau  mengajak berdebat. Tentulah lebih terlarang lagi.

Apalagi kalau di zaman kita sekarang ini, bukan dalil yang kuat yang mereka paparkan, tetapi otot yang kuat dan suara yang ricuh mengacaukan suasana.

Imam Syafii rahimahullah menasehati untuk tidak berdebat dengan ahlul hawa, ahlul bid'ah, ahlul kalam, ahlul mantiq atau ahlul filsafat.

Berkata Imam Ahmad rahimahullah;

وَكَتَبَ إلَيْهِ رَجُلٌ يَسْأَلهُ عَنْ مُنَاظَرَة أَهْلِ الْكَلَامِ ، وَالْجُلُوس مَعَهُمْ، قَالَ: وَاَلَّذِي كُنَّا نَسْمَع وَأَدْرَكْنَا عَلَيْهِ مَنْ أَدْرَكْنَا مِنْ سَلَفِنَا مِنْ أَهْل الْعِلْم أَنَّهُمْ كَانُوا يَكْرَهُونَ الْكَلَامَ وَالْخَوْضَ مَعَ أَهْل الزَّيْغ وَإِنَّمَا الْأَمْر فِي التَّسْلِيم وَالِانْتِهَاء إلَى مَا فِي كِتَابِ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ وَسُنَّةِ رَسُوله لَا تَعَدَّى ذَلِكَ .

Seseorang menulis surat kepada Imam Asy-Syafii menanyainya tentang berdebat dengan ahli kalam dan duduk-duduk bersama mereka. Imam Syafii berkata: “Yang kami dengar dan kami dapati dari salaf (pendahulu) kami dari para ulama, bahwa mereka membenci ilmu kalam dan berdebat dengan orang-orang menyimpang. Agama itu hanyalah dalam tunduk dan berhenti kepada apa yang ada di Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak melampuinya.” (Riwayat Ahmad. Sumber: library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=43&ID=86).

Bermajlis dan berdebat dengan ahlul bid'ah atau ahlul hawa hanya membuat dada sesak dan hati sakit. Karena ahlul bid'ah, berdebat bukan dengan dalil alquran dan as sunnah dengan pemahaman salaf, tapi hanya mengandalkan hawa nafsu, akal dan perasaannya. Serta menghalalkan segala cara, baik dengan memfitnah, berbohong, sumpah palsu maupun sumpah serapah.

Berkata Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma :

لاَ تُجَالِسْ أَهْلَ اْلأَهْوَاءِ فَإِنَّ مُجَالَسَتَهُمْ مُمْرِضَةٌ لِلْقُلُوْبِ.

“Janganlah engkau bermajlis bersama ahlul hawa, karena akan menyebabkan hatimu sakit.”  (Al-Ibaanah libni Baththah).

Berkata Imam Hasan al-Bashri rahimahullah:

لاَ تُجَالِسُوْا أَهْلَ اْلأَهْوَاءِ وَلاَ تُجَادِلُوْهُمْ وَلاَ تَسْمَعُوْا مِنْهُمْ.

“Janganlah kalian bermajlis dengan ahlul hawa, janganlah berdebat dengan mereka dan janganlah mendengar perkataan mereka.” (Al-Ibaanah libni Baththah).

Berkata Imam Ahmad rahimahullah:

أُصُولُ السُّنَّةِ عِنْدَنَا التَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالِاقْتِدَاءُ بِهِمْ ، وَتَرْكُ الْبِدَعِ ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلَالَةٌ ، وَتَرْكُ الْخُصُومَاتِ، وَالْجُلُوسِ مَعَ أَصْحَابِ الْأَهْوَاءِ ، وَتَرْكُ الْمِرَاءِ وَالْجِدَالِ.وَالْخُصُومَاتِ فِي الدِّينِ ...

“Pokok-pokok aqidah menurut kami adalah berpegang teguh dengan yang dipegang oleh para shahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan meneladani mereka, serta meninggalkan bid’ah. Karena semua bid’ah itu sesat. Dan juga untuk meninggalkan perdebatan dan duduk-duduk bersama ahlul ahwa, serta meninggalkan perdebatan, jidal, dan pertengkaran dalam agama. (I'tiqad Ahmad Bin Hambal. Sumber: library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=110&ID=32).

Dengan duduknya bermajlis dan berdebat dengan ahlul bid'ah, ini sangat mengkhawatirkan goyahnya terhadap keyakinan kebenaran alquran dan as sunnah serta pemahaman salaf. Maka yang paling aman, menghindari bermajlis dan berdebat dengan mereka ahlul bid'ah.

Berkata Abu Qilabah Rahimahullah :

لا تجالسوا أهل الأهواء، ولا تجادلوهم، فإني لا آمن أن يغمسوكم في الضلالة، أو يلبسوا عليكم في الدين بعض ما لبس عليهم

“Janganlah kalian bermajlis bersama ahlu ahwa’  dan janganlah mendebat mereka dikarenakan sesungguhnya aku  tidak merasa aman mereka menanamkan kesesatan kepada kalian  atau menyamarkan kepada kalian perkara agama, sebagian perkara agama yang mereka samarkan.” ( Al Ibanah Ibnu Bathah).

Muhammad Ibnu Sirin rahimahullah di datangi oleh ahlul hawa (ahlul bid'ah) untuk membacakan satu ayat atau satu hadits, namun beliau menolak dan menghindar dari ahlul bid'ah, padahal beliau seorang ulama besar yang keilmuannya tidak ada yang melampaui di zamannya.

Berkata Ismail bin Khorijah rahimahullah:

دخل رجلان على محمد بن سيرين من أهل الأهواء، فقالا : يا أبا بكر نحدثك بحديث؟ قال : لا  قالا : فنقرأ عليك آية من كتاب الله عزوجل؟ قال : لا، لتقومن عني أو لأقومن

“Dua orang dari ahlu ahwa’  masuk menemui Muhammad bin Siiriin, mereka berdua berkata : “Wahai Abu Bakar (nama panggilan beliau), kami akan menyampaikan satu hadits kepadamu? Beliau berkata : “Tidak.” Berkata lagi dua orang tersebut : “Kami akan membacakan satu ayat kepadamu dari Kitabullah  Azza wa Jalla?” Beliau berkata: “Tidak. Kalian pergi dariku atau aku yang pergi.” ( Al Ibanah Ibnu Bathah).

Mungkin diantara kita berniat baik bermajlis dan berdebat dengan mereka ahlul bid'ah, untuk mendakwahi mereka, untuk mengingkari dan menjawab syubhat-syubhat mereka, untuk mewarnai mereka, tapi apa yang terjadi, justru dia yang terwarnai oleh mereka.

Berkata Ibnu Baththah rahimahullah :

ولقد رأيت جماعة من الناس كانو ايلعنونهم، ويسبونهم، فجالسوهم على سبيل الإنكار، والرد عليهم، فمازالت بهم المباسطة وخفي المكر، ودقيق الكفرحتى صبو إليهم

“Saya pernah melihat sekelompok manusia yang dahulunya melaknat ahlu bid’ah, lalu mereka duduk bersama ahlu bid’ah untuk mengingkari dan membantah mereka dan terus menerus orang-orang itu bermudah-mudahan, sedangkan tipu daya itu sangat halus dan kekafiran sangat lembut dan akhirnya terkena kepada mereka.” (Al-Ibanah Ibnu Baththah).

Untuk itu jauhi dari majlis ahlul bid'ah dan menghindari perdebatan dengan mereka. Apalagi ilmu kita pun dibandingkan dengan ulama semacam Ibnu Sirin rahimahullah seperti dasar sumur dengan tingginya langit. Mereka para ulama menghindar, apalagi kita yang bukan ulama, lebih pantas lagi untuk menghindarinya.

Berkata Abu Qilabah al-Raqasyi rahimahullah:

لاَ تُجَالِسُوْهُمْ، وَلاَ تُخَالِطُوْهُمْ، فَإِنَّهُ لاَ آمَنُ أَنْ يَغْمِسُوْكُمْ فِي ضَلاَلَتِهِمْ، وَيُلَبِّسُوْا عَلَيْكُمْ كَثِيْراً مِمَّا تَعْرِفُوْنَ.

“Janganlah bermajlis bersama mereka dan janganlah bergaul dengan mereka. Sebab aku khawatir mereka menjerumuskanmu ke dalam kesesatan mereka dan mengaburkan kepada-mu banyak hal dari apa-apa yang telah kalian ketahui.” Al-Ibaanah libni Baththah).

Para ulama dalam mengungkap keburukan dan kejelekan ahlul bid'ah atau membantah syubhat-syubhat mereka yakni di majlis-majlis ilmu mereka atau melalui tulisan-tulisan mereka. Sehingga kita banyak menemukan kitab-kitab para ulama yang isinya membantah syubhat-syubhat ahlul bid'ah, ahlul hawa dan kelompok-kelompok menyimpang lainnya.

Nasihat untuk saya pribadi dan untuk para ikhwan salafy, media yang ada ini kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk terus menyampaikan kebenaran, menyampaikan alquran dan as sunnah dengan pemahaman yang benar, pemahaman para salaf. Tidak pedulikan rongrongan, cacian, makian, sumpah serapah mulut-mulut mereka, karena demikianlah para pembawa kebenaran dari zaman ke zaman mengalaminya. Bersabarlah atas apa yang mereka katakan.

Allah Ta'ala berfirman:

وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا.

Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik (QS. Al-Muzzammil : 10).

Dan kelincahan dan kelihaian para ahlul bid'ah berdebat janganlah membuat kita condong kepadanya, tetaplah kita berpegang teguh dengan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di zaman penuh fitnah yang bagai gelombang sekarang ini.

Berkata Imam Malik rahimahullah:

"أكلّما جاءنا رجلٌ أجدلُ من رجل تركنا ما نزل به جبريل على محمد صلى الله عليه وسلم لجدلِه".

“Apakah setiap datang seseorang yang lebih pandai berdebat dari orang lain, kami akan meninggalkan wahyu yang diturunkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam karena perdebatannya. Padahal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: ‘Wajib kalian memegang teguh sunnahku’.” (Riwayat Ishak Bin 'Isa. Sumber : shamela.ws/browse.php/book-8712/page-12).

Berkata Syekh Shaleh Fauzan hafidzahullah:

الفتن مثل الطوفان ولا بنجي منها الا التمسك بالسنة ولا يمكن ان تتمسك بالسنة الا اذا عرفتها

Fitnah itu seperti taufan dan tidak ada yang selamat darinya kecuali berpegang teguh dengan sunnah, dan tidak mungkin kamu berpegang teguh dengan sunnah kecuali apabila kamu mengenal sunnah tersebut. Syarh Ubudiyyah hal 90.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?