Seperti Api Yang Melalap Ranting

SEPERTI API YANG MELALAP RANTING

Jika ada ranting-ranting dilalap api, maka ranting-ranting itu akan cepat dimakan api. Begitu pula amal-amal kebaikan akan cepat lenyap dan hangus akibat ghibah. Untuk itu hati-hatilah dan jauhilah ghibah.

Berkata Imam  Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah :

إياكم والغيبة والذي نفسي بيده، لهي أسرع في الحسنات من النار في الحطب”

“Jauhilah oleh kalian perbuatan ghibah!, demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya!, perbuatan ghibah itu lebih cepat memakan kebaikan-kebaikan daripada api yang melalap ranting-ranting!”. (Al Ghibah Wan Namimah 163).

Ghibah itu membicarakan keburukan yang ada pada seseorang, dimana seseorang itu tidak suka kalau keburukannya diketahui orang.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ

“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang paling tahu. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan kebohongan)” [HR Muslim : 4690].

Seperti jika ada seseorang lewat di depan kita, mungkin orangnya pendek, gendut atau hitam, lantas kita bicarakan dia dengan keadaan fisiknya tersebut, maka ini termasuk ghibah.

Ada seorang lewat dihadapannya Aisyah radhiyallahu anha, lantas beliau berkata :

إِنَّهَا قَصِيْرَةٌ….فَقَالَ النَّبِيُّ : اِغْتَبْتِها

”Sesungguhnya dia (wanita itu) pendek”….maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :”Engkau telah mengghibahi wanita tersebut” (Riwayat Abu Daud Isnadnya Shahih).

Berkata Ibnu Sirin rahimahullah :

ذَاكَ الرَّجُلُ الأَسْوَدُ. ثُمَّ قَالَ : أَسْتَغْفِرُ اللهَ, إِنِّيْ أَرَانِيْ قَدِ اغْتَبْتُهُ

“Dia lelaki yang hitam itu”. Kemudian dia berkata :”Aku mohon ampunan dari Allah”, sesungguhnya aku melihat bahwa diriku telah mengghibahi laki-laki itu”  (Kitab As-Shamt no 213,753).

Orang yang suka menghibah keburukannya orang lain, di akhirat kelak mereka akan mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku tembaga yang mereka miliki.

Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di mi’rajkan, beliau melewati sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga. Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku tembaga tersebut. Lalu beliau bertanya kepada Jibril :

مَنْ هَؤُلآء يَا جِبْرِيْلُِ؟ قَالَ : هَؤُلآء الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لُحُوْمَ النَّاسَ وَيَقَعُوْنَ فِيْ أعراضهم. رواه الإمام أحمد وأبو داود بإسناد صحيح

Wahai Jibril siapa mereka itu?. Jibril menjawab : "Mereka adalah orang-orang yang sering makan daging manusia, dan mereka yang suka membicarakan kejelekan orang lai." (HR Ahmad dan Abu Dawud Isnad Shahih).

Mereka juga, para pengghibah seorang mukmin, pada perkara yang tidak ada pada diri sesorang mukmin tersebut, kelak mereka akan ditempatkan di sebuah lembah di neraka Jahannam yang lumpurnya darah bercampur nanah dari penghuni neraka.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَالَ فِي مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدْغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ

“Barangsiapa yang berbicara tentang seorang mukmin pada perkara kejelekan yang tidak ada pada diri mukmin tersebut, maka Allah akan menempatkan dirinya di sebuah lembah di neraka Jahannam yang lumpurnya darah bercampur nanah dari penghuni neraka, dia dikeluarkan dari sana hingga dimaafkan atau diberi syafaat dari mukmin tersebut”. (HR. Abu Dawud. Berkata Syeikh Al Albani : Hadist Shahih).

AFM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?