IBNU TAIMIYYAH SEORANG MUJASSIMAH ATAU MUSYABBIHAH ?

IBNU TAIMIYYAH SEORANG MUJASSIMAH ATAU MUSYABBIHAH ? 


Kelompok-kelompok menyimpang menuduh dan memfitnah bahwa Ibnu Taimiyyah rahimahullah mujassimah (keyakinan bahwa Allah memilki jasad seperti makhluk) atau musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). 


Tuduhan ini berdasarkan cerita dari Ibnu Bathuthah, bahwa Ibnu Taimiyyah rahimahullah mencontohkan turunnya Allah ke langit bumi, sebagaimana turunnya beliau dari mimbar. 


Berkata Ibnu Bathuthah, 


وكان بدمشق من كبار الفقهاء الحنابلة تقي الدين ابن تيمية، كبير الشأن، يتكلم في الفنون، إلا أن في عقله شيئا! وكان أهل دمشق يعظمونه أشدَّ التعظيم، ويعِظهم على المنبر، وكنت إذ ذاك بدمشق، فحضرته يوم الجمعة وهو يعِظ الناس على منبر الجامع ويذكِّرهم، فكان من جملة كلامه أن قال: (إنَّ الله ينزل إلى سماء الدنيا كنزولي هذا" ونزل درجة من درج المنبر


"Di Damaskus, di antara ulama besar Hanbali adalah Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah, kedudukannya besar, ia berbicara dalam banyak ilmu, hanya saja pada akalnya ada "sesuatu". Penduduk Damaskus sangat memuliakannya. Ia menasihati mereka di atas mimbar. Aku saat itu ada di Damaskus. Aku hadir pada hari Jum'at dan dia sedang menasihati mereka, di antara perkataannya ia berkata, "Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia seperti turunku ini" dan ia pun TURUN dari satu tangga MIMBAR." (Rihlah Ibnu Bathuthah, 1/316-317).


Dan berkata Ibnu Bathuthah,


وكان دخولي لبعلبك عشية النهار، وخرجت منها بالغدو لفرط اشتياقي إلى دمشق، ووصلت يوم الخميس التاسع من شهر رمضان المعظم عام ستة وعشرين


"Masukku ke Ba'labek pada sore hari. Lalu aku keluar darinya pada waktu pagi karena kerinduanku yang sangat ke Damaskus, dan aku sampai pada hari Kamis tanggal 9 dari bulan RAMADHAN yang dimuliakan tahun 26 (9 Ramadhan 726 H). (Rihlah Ibnu Bathuthah, 1/297). 


Cerita ini penuh dengan kedustaan, karena pada bulan Ramadhan 726 H, Ibnu Taimiyyah rahimahullah sudah dipenjara sejak bulan Sya'ban 726 H sampai ia wafat di penjara tahun 728 H. Maka kisah ini hal yang tidak mungkin, bagaimana bisa beliau berceramah sedangkan beliau di dalam penjara dan dilarang berfatwa . 


Berkata Ibnu Hajar rahimahullah, 


ثم قاموا عليه في شهر رمضان سنة 719 بسبب مسألة الطلاق وأكد عليه المنع من الفتيا ثم عقد له مجلس آخر في رجب سنة عشرين ثم حبس بالقلعة ثم أخرج في عاشوراء سنة 721 ثم قاموا عليه مرة أخرى في شعبان سنة 726 بسبب مسألة الزيارة واعتقل بالقلعة فلم يزل بها إلى أن مات في ليلة الاثنين العشرين من ذي القعدة سنة 728


Kemudian mereka mengadilinya pada bulan Ramadhan tahun 719 Hijriah disebabkan fatwanya terkait thalaq dan dilarang untuk berfatwa. Kemudian diadakan persidangan lagi di Pengadilan lain pada bulan rajab tahun 720 dan ia ditahan dibenteng, kemudian dikeluarkan pada bulan Asyura tahun 721. kemudian mereka mengadili lagi untuk kesekian kali lagi pada bulan sya’ban tahun 726 H disebabkan Fatwanya tentang Ziyarah kemudian iapun dipenjara di dalam benteng hingga ia Wafat pada malam senin tanggal 20 Dzulqa’dah tahun 728 H. (Durarul Kaminah). 


Banyak ulama memberikan kesaksian, bahwa beliau bukan mujassimah atau musyabbihah sebagaimana tuduhan orang-orang yang benci dengan dakwah beliau yang penuh berkah. Diantaranya murid beliau sendiri Ibnu Hajar rahimahullah. 


Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (W. 852 H) rahimahullah ta'ala mengatakan, 


وَهَذِهِ تَصَانِيْفُهُ طَافِحَةٌ بِالرَّدِّ عَلَى مَنْ يَقُوْلُ بِالتَّجْسِيْمِ وَالتَّبَرُّؤِ مِنْهُ


“Dan inilah karya-karyanya (Ibnu Taimiyyah) penuh dengan bantahan terhadap orang yang berpemahaman tajsim. Dan beliau (Ibnu Taimiyah) berlepas diri darinya.” (Taqridz Ibn Hajar terhadap kitab al-Radd al-Wafir Maktabah Ibnu Taimiyyah  : 14). 


Coba cek dan baca kitab beliau Aqidah Wasithiyyah yang membahas tentang asma wa sifat. Kitab ini telah diuji oleh beberapa ulama dan qadhi kerajaan di zamannya. Dan para penguji mengatakan, Ibnu Taimiyyah rahimahullah beraqidah salaf. 


Berkata Ibnu Rajab Al-Hanbali rahimahullah, 


ثُمَّ امْتُحِنَ سَنَةَ خَمْسٍ وَسَبْعِمَائَةٍ بِالسُّؤَالِ عَنْ مُعْتَقَدِهِ بِأَمْرِ السُّلْطَانِ، فَجَمَعَ نَائِبُهُ القُضَاةَ والعُلَمَاءَ بِالقَصْرِ، وَأُحْضِرَ الشَّيْخُ، وَسَأَلَهُ عَنْ ذلِكَ، فَبَعَثَ الشَّيْخُ مَنْ أَحْضَرَ منْ دَارِهِ "العَقِيْدَةَ الوَاسِطِيَّةَ" فَقَرَءُوْهَا فِي ثَلَاثِ مَجَالِسَ، وَحَاقَقُوْهُ، وَبَحَثُوا مَعَهُ، وَوَقَعَ الاتِّفَاقُ بَعْدَ ذلِكَ عَلَى أَنَّ هَذِهِ عَقِيْدَةٌ، سُنِّيَّةٌ، سَلَفِيَّةٌ، فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ ذلِكَ طَوْعًا، وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَهُ كَرْهًا. وَوَرَدَ بَعْدَ ذلِكَ كِتَابٌ مِنَ السُّلْطَانِ فِيْهِ: إِنَّمَا قَصَدْنَا بَراءَةَ سَاحَةِ الشَّيْخِ، وَتَبَيَّنَ لَنَا أَنَّهُ عَلَى عَقِيْدَةِ السَّلَفِ


"Kemudian beliau (Ibnu Taimiyyah) diuji pada tahun 705 H dengan pertanyaan tentang aqidahnya melalui perintah dari Sultan. Lalu wakilnya mengumpulkan para qadhi dan para ulama di istana dan syekh (Ibnu Taimiyyah) dihadirkan dan bertanya kepadanya tentang hal tersebut. Lalu syakh mengutus orang yang mengambil dari rumahnya "AQIDAH WASITHIYYAH", lalu mereka membacanya dalam tiga majelis, mereka memperdebatkannya dan mengkaji bersamanya, dan terjadilah kesepakatan setelah itu bahwa "ini adalah AQIDAH SUNNI SALAFI", di antara mereka ada yang mengatakannya secara suka rela, dan adapula yang dengan terpaksa. Setelah itu ada surat dari sultan yang di dalamnya ia mengatakan, "Kami hanya bermaksud menunjukkan terbebasnya syekh yang mulia (dari tuduhan), dan menjadi jelaslah bagi kita bahwa ia berada di atas AQIDAH SALAF". (Ibnu Rojab Al-Hanbali, Dzail Thabaqat Al-Hanabilah, 4/501). 


AFM 


Copas dari berbagai sumber


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?