PENDAPAT WAHABI KIRIM PAHALA KE MAYIT TIDAK SAMPAI?
PENDAPAT WAHABI KIRIM PAHALA KE MAYIT TIDAK SAMPAI?
Ketika ada ahlussunnah (yang mereka gelari wahabi) mengatakan bahwa kirim pahala ke mayit itu tidak sampai. Langsung saja dikatakan, "Itu ajaran wahabi!"
Padahal yang berpendapat seperti itu adalah para ulama ahlussunnah, seperti Imam Syafii, Imam Nawawi, Imam Ibnu Katsir dan yang lainnya rahimahumullah.
Mereka berpendapat berdasarkan ayat Alquran dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm: 39).
Berkata Imam Ibnu Katsir rahimahullah :
ومن هذه الآية استنبط الشافعي ومن تبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى الموتى ؛ لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم ، ولهذا لم يندب إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته ولا حثهم عليه، ولا أرشدهم إليه بنص ولا إيماء ، ولم ينقل عن أحد من الصحابة رضي الله عنهم ، ولو كان خيراً لسبقونا إليه وباب القربات يقتصر فيه على النصوص ، ولا يتصرف فيه بأنواع الأقيسة والآراء ، فأما الدعاء والصدقة ، فذاك مجمع على وصولها ومنصوصٌ من الشارع عليها
Dari ayat ini Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa bacaan Al-Qur’an TIDAK SAMPAI PAHALANYA PADA MAYIT karena bacaan tersebut bukan amalan si mayit dan bukan usahanya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menganjurkan umatnya dan tidak memotivasi mereka untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada nash (dalil) dan tidak ada bukti otentik yang memuat anjuran tersebut. Begitu pula tidak ada seorang sahabat Nabi –radhiyallahu ‘anhum– pun yang menukilkan ajaran tersebut pada kita. Law kaana khoiron la-sabaquna ilaih (Jika amalan tersebut baik, tentu para sahabat lebih dahulu melakukannya). Dalam masalah ibadah (qurobat) hanya terbatas pada dalil, tidak bisa dipakai analogi dan qiyas. Adapun amalan do’a dan sedekah, maka para ulama sepakat akan sampainya (bermanfaatnya) amalan tersebut dan didukung pula dengan dalil (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, 7: 76).
Berkata An-Nawawi rahimahullah :
وأما قراءة القرآن فالمشهور من مذهب الشافعي أنه لا يصل ثوابها إلى الميت... ودليل الشافعي وموافقيه قول اللهِ تعالى : وَأَن لّيْسَ لِلإِنسَانِ إِلاّ مَا سَعَى. وقول النبي صلى الله عليه وسلم : إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له
”Adapun bacaan Al-Qur’an (yang pahalanya dikirmkan kepada si mayit), maka yang masyhur dalam madzhab Syafi’i adalah bahwa perbuatan tersebut TIDAK SAMPAI PAHALANYA PADA MAYIT yang dikirimi.
Adapun dalil Imam Syafi’i dan para pengikutnya adalah firman Allah :
”Dan tidaklah seseorang itu memperoleh balasan kecuali dari yang ia usahakan” (QS. An-Najm : 39).
Dan juga sabda Nabi shallallaahu ’alaihi wasallam :
”Apabila anak Adam telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali atas tiga hal : shadaqah jaariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakannya.” [Syarh Shahih Muslim oleh An-Nawawi 1/90].
Berkata Al-Imam An-Nawawi rahimahullah :
وأما قراءة القرآن وجعل ثوابها للميت والصلاة عنه ونحوهما فمذهب الشافعي والجمهور أنها لا تلحق الميت
"Adapun membaca Al-Qur'an dan menjadikan pahalanya untuk mayat, sholat atas mayat dan juga yang semisal keduanya maka madzhab Asy-Syafi'i dan mayoritas ulama berpendapat bahwasanya hal-hal tersebut mayit TIDAK MENDAPATKAN (tidak sampai pahalanya pada mayit). (Al-Minhaaj syarh Shahih Muslim 11/58).
Apakah mereka akan menuduh juga bahwa Imam Syafii, Imam Nawawi, Imam Ibnu Katsir dan yang lainnya adalah WAHABI, karena berpendapat kirim pahala ke mayit tidak sampai?
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar