PENDAPAT SYEKH AL ALBANI TENTANG ONANI TIDAK MEMBATALKAN PUASA

PENDAPAT SYEKH AL ALBANI TENTANG ONANI TIDAK MEMBATALKAN PUASA


Ketika Ibnu Hazm rahimahullah berpendapat musik itu boleh kalau syarat-syaratnya terpenuhi, ahlul hawa langsung ikut pendapatnya (sekalipun syarat-syaratnya tidak terpenuhi). Dan pendapat beliau menyelisihi dalil dan pendapat jumhur ulama. 


Nah ketika Syekh Al Albani rahimahullah berpendapat bahwa onani tidak membatalkan puasa baik keluar mani maupun tidak, berdasarkan dalil dan beberapa pendapat ulama, namun menyelisihi pendapat kebanyakan ulama, langsung dikatakan fatwa ngaco ulama Wahabi. 


Perhatikan dalil yang menjadi sandaran ulama tentang tidak batalnya puasa dengan onani baik keluar mani atau tidak. 


Berkata Amru bin Harim rahimahullah, 


سُئِلَ جَابِرُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ رَجُلٍ نَظَرَ إلَى امْرَأَتِهِ فِي رَمَضَانَ فَأَمْنَى مِنْ شَهْوَتِهَا هَلْ يُفْطِرُ؟ قَالَ: لَا وَيُتِمُّ صَوْمَهُ


Jaabir bin Zaid pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang memandang istrinya di bulan Ramadhaan, lalu ia keluar mani akibat syahwatnya tersebut, apakah batal puasanya ?" Ia berkata : "Tidak, hendaknya ia sempurnakan puasanya" (Riwayat Ibnu Abi Syaibah. Sanad Hasan). 


Madzhab Adz Dzohiriyah berpendapat, 


لا فطر بالاستمناء ولو أمنى ، لعدم الدليل من القرآن والسنة على أنه يفطر بذلك ، ولا يمكن أن نفسد عبادة عباد الله إلا بدليل من الله ورسوله صلّى الله عليه وسلّم .


“Masturbasi itu tidak membatalkan puasa, meskipun sampai keluar mani; karena tidak ada dalil dari al Qur’an dan Sunnah, dan tidak mungkin kami merusak ibadah hamba-hamba Allah kecuali dengan dalil dari Allah dan Rasul-Nya”. 


Berkata Ibnu Hazm rahimahullah :


ولا ينقض الصوم حجامة ولا احتلام، ولا استمناء، ولا مباشرة الرجل امرأته أو أمته المباحة له فيما دون الفرج، تعمد الإمناء أم لم يمن، أمذى أم لم يمذ ولا قبلة كذلك فيهما


Tidak membatalkan puasa berbekam, bermimpi basah, ONANI, menggauli istri atau budak wanita pada selain kemaluan, baik keluar mani ataupun tidak atau keluar madzi atau tidak, dan begitu juga (tidak membatalkan puasa) berciuman. (Al-Muhalla bil Atsar). 


Berkata Syekh Al Albani rahimahullah ketika mengomentari perkataan Syekh Sayyid Sabiq rahimahullah, 


قوله: "الاستمناء إخراج المني سواء أكان سببه تقبيل الرجل لزوجته أو ضمها إليه أو كان باليد فهذا يبطل الصوم ويوجب القضاء".


"Perkataannya (Syekh Sayyid Sabiq rahimahullah) : Onani itu mengeluarkan mani, sama saja apakah sebabnya dikarenakan seorang lelaki mencium istrinya atau memuluknya ataupun dengan tangan, maka ini membatalkan puasa dan wajib baginya untuk mengqadha puasa".


قلت: لا دليل على الإبطال بذلك وإلحاقه بالجماع غير ظاهر ولذلك قال الصنعاني "الأظهر أنه لا قضاء ولا كفارة إلا على من جامع وإلحاق غير المجامع به بعيد".


Aku berkata (Syaikh Al Albany) : tidak ada dalil atas batalnya (puasa karena onani) dan menyamakan dengan jima' tidaklah tampak. Maka dari itu, berkata ASH SHAN'ANI rahimahullah: Yang lebih tampak adalah bahwasanya (onani) tidak perlu qadha dan kaffarah kecuali orang yang berjima’ dan menyamakan orang yang tidak jima’ dengan orang yang jima’ adalah sesuatu yang sangat jauh untuk disamakan”


وإليه مال الشوكاني وهو مذهب ابن حزم فانظر "المحلى" 6 / 175 - 177 و205


Dan olehnya Asy Syaukani condong kepada pendapat ini dan inilah pendapat madzhab Ibnu Hazm, lihat Al Muhalla 6/175-177 dan 205” Tamam Al Minnah 408.


Syekh Al Albani rahimahullah berpendapat bukan dengan hawa nafsunya, pendapat beliau berdasarkan dalil dan pendapat ulama yang jauh sebelum beliau. Tidak sebagaimana ahlul bid'ah, berpendapat berdasarkan hawa nafsu, perasaan dan akalnya semata.

Yang pasti, Syekh Al Albani rahimahullah berfatwa ONANI hukumnya HARAM baik sedang berpuasa maupun tidak berpuasa, walaupun beliau mengikuti pendapat ulama yang mengatakan onani tidak membatalkan puasa. 

AFM 


Copas dari berbagai sumber 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?