Dakwah Salaf Menyinari Balikpapan
DAKWAH SALAF MENYINARI KOTA BALIKPAPAN
Menjelang shalat dhuhur, penulis tiba di terminal DAM Balikpapan. Sesaat kemudian terdengar suara adzan di masjid seberang terminal yang posisinya di atas bukit. Penulis bersegera menuju masjid tersebut untuk shalat dhuhur berjamaah.
Ba'da shalat dhuhur, penulis pun melaksanakan shalat sunnah ba'da dhuhur di belakang tiang masjid. Selesai salam, penulis lihat disamping penulis ada seorang bapak-bapak pakai baju pakistan dengan celana dipertengahan betis, jenggot panjang dan sorban melilit seperti model orang-orang Yaman.
Penulis mendatangi orang tersebut dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, namun telapak tangan penulis ditusuk pakai jari telunjuknya, lantas beliau berkata, "BID'AH jabat tangan selesai shalat". Lantas penulis katakan padanya, "Kitakan baru ketemu, disunnahkan untuk jabat tangan."
Akhirnya beliau mengajak ke rumahnya yang ada dibelakang masjid, turun ke bawah sekitar 50 meter dari masjid.
Di rumahnya, beliau keluarkan majalah SALAFY dan meminjamkan majalah tersebut. Akhirnya, hampir tiap minggu penulis berkunjung ke rumahnya untuk pinjam dan mengembalikan majalah salafy. Itu berlangsung dari tahun 1997 - 1999, sampai penulis tinggalkan Balikpapan tahun 1999. Inilah awal perkenalan penulis dengan manhaj salaf.
Perkembangan dakwah salaf di Balikpapan luar biasa. Mah'ad Ibnu Qoyyim di KM 5 Balikpapan, ketika tahun 1998 penulis berkunjung kesana, hanya ada mushollah keciil dari kayu dan beberapa gubuk ustadz dan warga. Ketika shalat dhuhur hanya ada dua shaff yang jumlah jamaahnya tidak lebih dari 20 orang. Terakhir penulis berkunjung kesana tahun 2014, sudah berdiri masjid yang besar dan megah, asrama santri representatif, dan ratusan rumah warga jamaah serta ratusan santri. Sehingga masjid yang besar itu nyaris penuh, apalagi kalau ada daurah, hampir-hampir tidak muat menampung jamaah. Mahad ini dibina oleh Ustadz Askari murid Syeikh Muqbil rahimahullah.
Belum lagi dakwah salaf yang dipelopori olah Ustadz Abdurrahman Al Atsari, Ustadz Muhammad Rofi'i Al Maidani, Ustadz Nurul Azmi dan lain-lain yang jamaahnya juga tidak sedikit. Ribuan orang memenuhi masjid Istiqomah Pertamina atau masjid Imam An Nasai, kalau ada daurah yang dibawakan oleh ustadz-ustadz dari jawa.
Namun harap diingat, berkembangnya dakwah salaf di Balikpapan, beriringan dengan pesatnya pertumbuhan Syiah, disamping itu pula pergerakan Shufi dan Hizzbiyyah yang lebih duluan mengakar disana. Mudah-mudahan para ustadz salaf disana dan para ikhwan untuk terus semangat dalam mendakwahkan yang haq ini.
Abu Fadhel Majalengka
Menjelang shalat dhuhur, penulis tiba di terminal DAM Balikpapan. Sesaat kemudian terdengar suara adzan di masjid seberang terminal yang posisinya di atas bukit. Penulis bersegera menuju masjid tersebut untuk shalat dhuhur berjamaah.
Ba'da shalat dhuhur, penulis pun melaksanakan shalat sunnah ba'da dhuhur di belakang tiang masjid. Selesai salam, penulis lihat disamping penulis ada seorang bapak-bapak pakai baju pakistan dengan celana dipertengahan betis, jenggot panjang dan sorban melilit seperti model orang-orang Yaman.
Penulis mendatangi orang tersebut dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, namun telapak tangan penulis ditusuk pakai jari telunjuknya, lantas beliau berkata, "BID'AH jabat tangan selesai shalat". Lantas penulis katakan padanya, "Kitakan baru ketemu, disunnahkan untuk jabat tangan."
Akhirnya beliau mengajak ke rumahnya yang ada dibelakang masjid, turun ke bawah sekitar 50 meter dari masjid.
Di rumahnya, beliau keluarkan majalah SALAFY dan meminjamkan majalah tersebut. Akhirnya, hampir tiap minggu penulis berkunjung ke rumahnya untuk pinjam dan mengembalikan majalah salafy. Itu berlangsung dari tahun 1997 - 1999, sampai penulis tinggalkan Balikpapan tahun 1999. Inilah awal perkenalan penulis dengan manhaj salaf.
Perkembangan dakwah salaf di Balikpapan luar biasa. Mah'ad Ibnu Qoyyim di KM 5 Balikpapan, ketika tahun 1998 penulis berkunjung kesana, hanya ada mushollah keciil dari kayu dan beberapa gubuk ustadz dan warga. Ketika shalat dhuhur hanya ada dua shaff yang jumlah jamaahnya tidak lebih dari 20 orang. Terakhir penulis berkunjung kesana tahun 2014, sudah berdiri masjid yang besar dan megah, asrama santri representatif, dan ratusan rumah warga jamaah serta ratusan santri. Sehingga masjid yang besar itu nyaris penuh, apalagi kalau ada daurah, hampir-hampir tidak muat menampung jamaah. Mahad ini dibina oleh Ustadz Askari murid Syeikh Muqbil rahimahullah.
Belum lagi dakwah salaf yang dipelopori olah Ustadz Abdurrahman Al Atsari, Ustadz Muhammad Rofi'i Al Maidani, Ustadz Nurul Azmi dan lain-lain yang jamaahnya juga tidak sedikit. Ribuan orang memenuhi masjid Istiqomah Pertamina atau masjid Imam An Nasai, kalau ada daurah yang dibawakan oleh ustadz-ustadz dari jawa.
Namun harap diingat, berkembangnya dakwah salaf di Balikpapan, beriringan dengan pesatnya pertumbuhan Syiah, disamping itu pula pergerakan Shufi dan Hizzbiyyah yang lebih duluan mengakar disana. Mudah-mudahan para ustadz salaf disana dan para ikhwan untuk terus semangat dalam mendakwahkan yang haq ini.
Abu Fadhel Majalengka
Komentar
Posting Komentar