Kenikmatan Yang Tiada Bandingnya
NIKMAT KEAMANAN, KENIKMATAN TERBESAR SETELAH NIKMAT ISLAM
Hidup aman itu kenikmatan yang tidak ada tandingannya setelah nikmat agama. Melebihi kenikmatan kesehatan dan kenikmatan melimpahnya rezeki.
Berkata As-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah:
نعمة الامن لا يشابهها نعمة غير نعمة الاسلام والعقل (شرح رياض الصالحين ٢٦٨).
Kenikmatan keamanan tidak ada yang menyerupai kenikmatannya selain kenikmatan Islam dan akal. » Syarah Riyadh As-Shalihin (268).
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah :
Nikmat keamanan dan ketenteraman tidak bisa ditandingi oleh nikmat apa pun setelah kenikmatan agama.
Maka dari itu, kita wajib menjauhi segala sesuatu yang akan membuat gejolak di masyarakat*.
Kita tidak menganggap para penguasa itu bebas dari kesalahan. Para waliyyul amr dari kalangan ulama dan umara punya banyak kesalahan.
Tetapi, sebuah riwayat menyebutkan, ‘Sebagaimana kondisi kalian maka akan seperti itulah pimpinan kalian.’ Lihatlah keadaan manusia. Di antara hikmah Allah Subhanahu wata’ala bahwa penguasa dan rakyat itu sama,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu sebagai penguasa terhadap sebagian orang lalim yang lain karena apa yang mereka usahakan. (QS. al-An’am: 129)
Yang wajib kita lakukan adalah mendoakan para penguasa secara diam diam ataupun terang-terangan. Kita doakan mereka agar mendapat taufik, kebaikan, dan dapat memperbaiki.
Disebutkan bahwa al-Imam Ahmad rahimahullah dahulu mengatakan, “Kalau aku tahu bahwa aku punya doa yang pasti terkabul, pasti akan aku gunakan untuk mendoakan penguasa.” Sebab, apabila penguasa itu baik, akan baik pula bagi umat. Dan ini benar. (al-Imam az-Zahid hlm. 118—119.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ مُعَافُى فِي جَسَدِهِ عِندَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَ نَمَا حِيزَتْ لَهُ الدُ نْيَا
“Barangsiapa merasa aman di tempat tinggalnya, tubuhnya sehat dan mempunyai bekal makan hari itu, seolah-olah dunia telah ia kuasai dengan keseluruhannya”. (HR Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Sebagai seorang muslim yang baik, hendaklah bersyukur dengan para pemimpin dan para penegak keamanan, polisi dan tentara yang telah menjaga keamanan negeri, maka hendaklah senantiasa mendoakan para pemimpin dan para penegak keamanan, agar mereka bertugas dengan adil dan amanah.
Dan mendoakan pula agar negeri kita ini menjadi negeri yang aman, negeri yang penuh keberkahan dan rizki yang melimpah, sebagaimana doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis sallam.
Allah Ta'ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri aman sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.(QS. al-Baqarah : 126].
Abu Fadhel Majalengka
Hidup aman itu kenikmatan yang tidak ada tandingannya setelah nikmat agama. Melebihi kenikmatan kesehatan dan kenikmatan melimpahnya rezeki.
Berkata As-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah:
نعمة الامن لا يشابهها نعمة غير نعمة الاسلام والعقل (شرح رياض الصالحين ٢٦٨).
Kenikmatan keamanan tidak ada yang menyerupai kenikmatannya selain kenikmatan Islam dan akal. » Syarah Riyadh As-Shalihin (268).
Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah :
Nikmat keamanan dan ketenteraman tidak bisa ditandingi oleh nikmat apa pun setelah kenikmatan agama.
Maka dari itu, kita wajib menjauhi segala sesuatu yang akan membuat gejolak di masyarakat*.
Kita tidak menganggap para penguasa itu bebas dari kesalahan. Para waliyyul amr dari kalangan ulama dan umara punya banyak kesalahan.
Tetapi, sebuah riwayat menyebutkan, ‘Sebagaimana kondisi kalian maka akan seperti itulah pimpinan kalian.’ Lihatlah keadaan manusia. Di antara hikmah Allah Subhanahu wata’ala bahwa penguasa dan rakyat itu sama,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu sebagai penguasa terhadap sebagian orang lalim yang lain karena apa yang mereka usahakan. (QS. al-An’am: 129)
Yang wajib kita lakukan adalah mendoakan para penguasa secara diam diam ataupun terang-terangan. Kita doakan mereka agar mendapat taufik, kebaikan, dan dapat memperbaiki.
Disebutkan bahwa al-Imam Ahmad rahimahullah dahulu mengatakan, “Kalau aku tahu bahwa aku punya doa yang pasti terkabul, pasti akan aku gunakan untuk mendoakan penguasa.” Sebab, apabila penguasa itu baik, akan baik pula bagi umat. Dan ini benar. (al-Imam az-Zahid hlm. 118—119.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ مُعَافُى فِي جَسَدِهِ عِندَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَ نَمَا حِيزَتْ لَهُ الدُ نْيَا
“Barangsiapa merasa aman di tempat tinggalnya, tubuhnya sehat dan mempunyai bekal makan hari itu, seolah-olah dunia telah ia kuasai dengan keseluruhannya”. (HR Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Sebagai seorang muslim yang baik, hendaklah bersyukur dengan para pemimpin dan para penegak keamanan, polisi dan tentara yang telah menjaga keamanan negeri, maka hendaklah senantiasa mendoakan para pemimpin dan para penegak keamanan, agar mereka bertugas dengan adil dan amanah.
Dan mendoakan pula agar negeri kita ini menjadi negeri yang aman, negeri yang penuh keberkahan dan rizki yang melimpah, sebagaimana doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis sallam.
Allah Ta'ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri aman sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.(QS. al-Baqarah : 126].
Abu Fadhel Majalengka
Komentar
Posting Komentar