TABUR BUNGA DAN SIRAM AIR DI KUBURAN
TABUR BUNGA DAN SIRAM AIR DI KUBURAN
Sebagian orang mentradisikan tabur bunga dan siram air di atas kuburan setiap kali ziarah kubur sebagai sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Amalan mereka berdasarkan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan fatwa ulama yang mereka pahami. Atau memaksakan dalil dan fatwa ulama untuk membenarkan amalannya.
Diantara dalil yang menjadi hujjah mereka berikut ini.
Hadits Pertama,
Dari Ibnu Abbas Radhiyallaahu anhuma beliau berkata,
مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah.” Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?” Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama keduanya belum kering.” Riwayat Bukhari dan Muslim.
Hadits Kedua,
Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
رُشَّ عَلَى قَبْرِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- الْمَاءُ رَشًّا. قَالَ : وَكَانَ الَّذِى رَشَّ الْمَاءَ عَلَى قَبْرِهِ بِلاَلُ بْنُ رَبَاحٍ بِقِرْبَةٍ بَدَأَ مِنْ قِبَلِ رَأْسَهِ مِنْ شِقِّهِ الأَيْمَنِ حَتَّى انْتَهَى إِلَى رِجْلَيْهِ
Kubur Nabi ﷺ disirami air. Jabir berkata: Yang menyiramkannya adalah Bilal bin Rabah dengan sebuah qirbah (wadah air dari kulit), dimulai dari bagian kepala sisi bagian kanan sampai ujung kakinya. (HR. Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 6990)
Hadits Ketiga,
Dari Ja’far bin Muhammad, dari ayahnya:
أن النبيّ صلى اللَّه عليه وسلم رَشَّ عَلَى قَبْرِ ابنه إبراهيمَ وَوَضَع عليه حَصْبَاءَ
Bahwa Nabi ﷺ menyiramkan air ke kubur puteranya, Ibrahim, dan meletakkan kerikil di atasnya. (HR. Musnad Asy Syafi’i No. 599, dengan susunana Syaikh As Sindiy).
Hadits Keempat,
Dari ‘Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya:
أن النبي قام على قبر عثمان بن مظعون بعدما دفنه وأمر برش الماء
Bahwa Nabi ﷺ berdiri di sisi kubur Utsman bin mash’un setelah dikuburnya dan memerintahkan untuk disiramkan air. (HR. Al Bazzar No. 3822).
Hadits Kelima,
Dari Aisyah radhiyallahu anha,
أن النبي صلى الله عليه وسلم رش على قبر ابنه إبراهيم. رواه الطبراني في الأوسط ورجاله رجال الصحيح خلا شيخ الطبراني.
Bahwasannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyiram atas kubur anaknya Ibrahim. (HR. Thabrani di Al-Ausat. Rijal shahih oleh Ath-Thobrani).
Diantara fatwa ulama yang menjadi hujjah siram air kekuburan adalah berikut ini,
Dijelaskan dalam kitab Musnad Asy Syafi’iy :
ومعلوم أن إبراهيم مات طفلاً لا وزر عليه وإنما يفعل ذلك الرسول تعليما لنا : أما الحكمة في رش الماء ووضع الحصى فلا نعرفها فما علينا إلا القبول والإمتثال لأن في الشرع أموراً تعبدية لا ندرك أسرارها
Telah diketahui bahwa Ibrahim wafat saat masih kecil dan tidak ada dosa padanya. Perbuatan Rasulullah ﷺ itu merupakan pendidikan buat kita, ada pun apa hikmahnya dalam menyirami air dan meletakkan kerikil itu kita tidak mengetahuinya, yang wajib bagi kita adalah menerimanya dan menjalankannya, karena pada syariat ada perkara peribadatan yang akal kita tidak mencapai apa rahasia-rahasianya. (Musnad Asy Syafi’i, Ibid).
Al-Imam ar-Rafi’i menulis dalam al-Aziz Syarh al-Wajiz:
ويستحب أن يرش الماء علي القبر ويوضع عليه الحصي روى ذلك عن فعل النبي صلي الله عليه وسلم بقبر ابنه ابراهيم ورش بلال رضى الله عنه علي قبر النبي صلي الله عليه وسلم
“Dan disunahkan menyiramkan air pada kuburan dan meletakkan kerikil di atasnya. Hal ini sesuai riwayat yang dilakukan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. (dengan menyiramkan air) pada kuburan putra beliau, Ibrahim. Juga sesuai riwayat bahwa Sahabat Bilal menyirmkan air kepada kuburan Nabi Nabi shallallahu alaihi wa sallam.”
Syekh Nawawi al-Bantani, dalam kitabnya Nihayah az-Zain:
ويندب رش القبر بماء بارد تفاؤلا ببرودة المضجع ولا بأس بقليل من ماء الورد لأن الملائكة تحب الرائحة الطيبة
“Dan disunahkan menyirami kuburan dengan air yang dingin dengan harapan kuburan ikut dingin. Dan tidak apa-apa menyirami kuburan dengan sedikit air mawar, karena malaikat menyukai bau yang harum.”
Itulah dalil dan fatwa ulama yang menjadi sandaran sunnahnya menabur bunga dan siram air di kuburan.
> Untuk hadits yang pertama,
ini hadits yang shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Namun ini merupakan kekhususan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan kasuistik sifatnya Kenapa demikian?
Pertama, siapa yang bisa mengetahui bahwa orang dalam kubur dalam keadaan disiksa, sehingga harus diletakkan pelepah kurma atau bunga? Itu masalah ghoib. Tidak ada yang mengetahui yang ghoib seorang pun, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya.
Allah Ta'ala berfirman,
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (٢٦)إِلا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا (٢٧)
“(Dia adalah Rabb) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya.” (Q.s. Al Jinn: 26-27).
Kedua, apakah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya diriwayatkan setiap kali ke kuburan meletakkan pelepah kurma? Tidak ada riwayat yang menerangkan seperti itu. Itu menunjukkan bahwasanya itu hanya kasuistik sifatnya. Hanya dalam kasus itu saja, tidak setiap kubur diletakkan pelepah kurma, apalagi bunga.
Ketiga, itu merupakan syafaat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bukan karena pelepah kurmanya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إني مررت بقبرين يعذبان فأحببت بشفاعتي أن يرفه عنهما ما دام الغصنان رطبين
“Saya melewati dua buah kubur yang penghuninya tengah diadzab. Saya berharap adzab keduanya dapat diringankan dengan SYAFA'ATKU selama kedua belahan pelepah tersebut masih basah.” (HR. Muslim: 3012).
> Untuk hadits kedua dan keempat, mengenai menyiramkan air ke kuburan haditsnya tidak shahih. Haditsnya dhoif. Silahkan buka link ini. (https://www.islamink.com/2021/06/blog-post_15.html).
> Sedangkan hadits kelima, ada ulama yang mengatakan sanadnya kuat.
Berkata Syekh Al Albani rahimahullah,
" في رش القبر أحاديث كثيرة ، ولكنها معلولة - كما بينت ذلك في "الإرواء" (3/205 - 206) . ثم وجدت في "أوسط الطبراني" حديثاً بإسناد قوي في رشه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لقبر ابنه إبراهيم ، فخرجته في "الصحيحة" (3045) " انتهى من " سلسلة الأحاديث الضعيفة " (13/994) .
“Dalam memercikkan air di kuburan banyak hadits, akan tetapi ada cacatnya –sebagaimana saya telah jelaskan hal itu dalam kitab Irwa’ul Ghalil (3/205 – 206) kemudian saya dapatkan di Mu'jam Al-Ausat, oleh Ath-Thabrani hadits dengan sanad kuat bahwa Nabi sallallahu alaihi wa sallam memercikan air di kuburan anaknya Ibrahim, maka saya kutip riwayat tersebut dalam Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah (Kumpulan Hadits Shahih, no. 3045)." (Silsilah Al-Ahadits Ad-Dhaifah, 13/994). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 156512.
> Kemudian perkataan perkataan-perkataan ulama tidak bertentangan dengan hadits yang kelima. Namun yang dimaksud menyiram air ke kuburan, itu ketika baru dikuburkan mayat supaya tanah menjadi kuat, bukan setiap ziarah kubur menyiramkan air ke kuburan.
Berkata Syekh Muhammad Sholeh Al Munajjed hafizhahullah,
يستحب رش قبر الميت بعد دفنه بالماء ليحفظ التراب من الانتشار .
Dianjurkan menyiram kuburan setelah mayat dikuburkan untuk menjaga tanah agar tidak berterbangan. Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 156512.
Terdapat dalam ‘Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah, 32/250:
" صرح الحنفية والشافعية والحنابلة ؛ بأنه يسن أن يرش على القبر بعد الدفن ماء؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم فعل ذلك بقبر سعد بن معاذ , وأمر به في قبر عثمان بن مظعون. وزاد الشافعية والحنابلة: أن يوضع عليه حصى صغار؛ لما روى جعفر بن محمد عن أبيه ( أن النبي صلى الله عليه وسلم رش على قبر ابنه إبراهيم ووضع عليه حصباء ) , ولأن ذلك أثبت له ، وأبعد لدروسه [يعني : انطماس القبر] , وأمنع لترابه من أن تذهبه الرياح " انتهى.
وينظر : "تبيين الحقائق" (1/246) "أسنى المطالب" (1/328)، "كشاف القناع" (2/138) .
Kalangan mazhab Hanafi, Syafii dan Hanbali dengan tegas mengatakan, disunnahkan memercikkan air di atas kuburan (mayat) setelah dikuburkan. Karena Nabi sallallahu alaihi wa sallam melakukan hal itu terhadap kuburan Saad bin Muaz. Dan beliau memerintahkan hal itu kepada kuburan Utsman bin Maz’un. Ulama dalam mazhab Syafii dan Hanbali menambahkan agar meletakkan kerikil kecil di atasnya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ja’far bin Muhammad dari ayahnya, “Sesungguhnya Nabi sallallahu alaihi wa sallam memercikkan (air) di atas kuburan anaknya Ibrahim dan menaruh kerikil (di atasnya). Karena hal itu lebih menguatkan dan tidak cepat menyusut serta lebih menahan tanah dari sapuan angin.” (Silakan lihat Tabyinul Haqaiq, 1/246. Asna Al-Mathalib, 1/328. Kasyful Qana, 2/138). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 156512.
Sedangkan keyakinan bahwa air tersebut bermanfaat bagi si mayat, maka ini tidak benar. Karena air itu hanya untuk menguatkan tanah dan disiram ketika mayat baru dikuburkan, bukan jadi rutinitas.
Berkata Syekh Muhammad Sholeh Al Munajjed hafizhahullah,
أما ما يعتقده بعض الناس من أن رش الماء على القبر ينفع الميت ، فهذا اعتقاد باطل لا أصل له ، بل شرع ذلك لأجل تماسك التراب .
Adapun keyakinan sebagian orang bahwa memercikkan air di atas kuburan itu bermanfaat bagi mayat. Maka keyakinan seperti ini adalah batil tidak ada asalnya. Anjurkan tentang hal tersebut semata agar dapat menguatkan tanah. Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 156512.
Berkata Syekh Utsaimin rahimahulloh,
" أما رش الماء على القبر فالغرض منه تلبيد التراب وليس كما يظن العامة أن الغرض أن نبرد على الميت ، فإن الميت لا يبرده الماء ، وإنما يبرده ثوابه ، لكن من أجل أن يتلبد التراب " انتهى من "الشرح الكافي".
“Adapun memercikkan air di atas kuburan, maksudnya adalah menguatkan tanah. Bukan seperti persangkaan orang awam bahwa maksudnya adalah mendinginkan mayat. Karena mayat tidak dingin dengan air. Akan tetapi dapat didinginkan dengan pahalanya. Akan tetapi karena untuk menguatkan tanah.” (As-Syarh Al-Kafi). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 156512.
وسئل أيضاً رحمه الله :
هل وضع الماء على القبور ينفع الميت؟
Beliau rahimahullah juga ditanya, “Apakah memercikkan air di atas kuburan dapat bermanfaat untuk mayat?"
Beliau menjawab,
"لا ينفع الميت ، ومن فعل ذلك معتقداً هذا فعقيدته هذه غير صحيحة ، إنما يرش القبر عند الدفن لئلا تتفرق أجزاء التراب بالريح أو غيرها ، هذا هو المقصود من رش القبر عند الدفن ، وأما أن الميت ينتفع به فالميت لا ينتفع به ، والماء أيضا لا يصل إليه ، وجسمه ليس بحاجة إلى الماء " انتهى من "نور على الدرب" .
“Tidak bermanfaat untuk mayat, barangsiapa yang melakukan hal itu dengan berkeyakinan seperti itu, maka keyakinannya tidak benar. Sesungguhnya memercikkan air di kuburan ketika menguburkan agar komponen tanah tidak berterbangan karena angin atau lainnya. Ini adalah maksud dari memercikkan air di kuburan ketika mengubur. Sementara apakah mayat dapat mengambil manfaat, maka mayat tidak dapat mengambil manfaat darinya. Air juga tidak sampai kepadanya. Dan jasadnya juga tidak membutuhkan air.” (Nurun Ala Ad-Darbi). Sumber : Al Islam Sual Wa Jawab No 156512.
Artikel ini merupakan jawaban atas sebagian tulisan untuk pembenaran atas amalan tabur bunga dan siram air di kuburan setiap kali ziarah kubur.
AFM
Copas dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar