WANITA MENJADI IMAM BAGI PRIA

WANITA MENJADI IMAM SHALAT BAGI PRIA


Orang-orang sekuler liberal, pengusung emansipasi manusia dan persamaan gender menjadikan sebuah hadits dan pendapat ulama yang membolehkan wanita menjadi imam shalat bagi laki-laki. Hadits yang dimaksud berikut ini, 

Berkata Ummu Waraqah rahimahullah, 

 أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَهَا أَنْ تَؤُمَّ أَهْلَ دَارِهَا 

Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan (ummu waraqah) untuk menjadi imam bagi penghuni rumahnya (HR Abu Dawud, ad-Daruquthni, al hakim, dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah. Syeikh Al Albani menghasankan). 

Mengenai hadits ini, dijelaskan dalam Almausu'ah Alhaditsah, 

واختُلِفَ في المقصودِ بأهلِ دارها، والأقربُ أنَّ المرادَ أهلُ دارها مِن النِّساءِ والإماءِ، ودلَّ هذا الحديث على أنَّ إمامةَ النِّساءِ وجماعتَهنَّ صَحيحةٌ . 

Diperselisihkan maksud dari penghuni rumahnya. Dan yang paling dekat bahwa yang dimaksud penghuni rumahnya adalah diantara wanita dan budak-budak. Hadits ini menunjukkan bahwasanya wanita itu imam untuk jamaah wanita, ini yang benar. (Sumber : https://www.dorar.net/hadith/sharh/71291). 

Pendapat ulama yang membolehkan seorang wanita menjadi imam bagi laki-laki menyelisihi dalil yang lain dan ijma para ulama. 

Disebutkan dalam Al Mausu’ah Alfiqhiyyah 6/205

" يُشْتَرَطُ لإِمَامَةِ الرِّجَالِ أَنْ يَكُونَ الإِمَامُ ذَكَرًا , فَلا تَصِحُّ إمَامَةُ الْمَرْأَةِ لِلرِّجَالِ , وَهَذَا مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ بَيْنَ الْفُقَهَاءِ " انتهى .

Disyaratkan untuk imam para laki-laki  adalah imam dari laki-laki, maka imam seorang wanita untuk laki-laki itu tidak sah. Dan ini sepakat antara para ahli Fiqh. (Al Mausu’ah Alfiqhiyyah 6/205). 

Berkata Ibnu Hazm rahimahullah, 

" واتفقوا على أن المرأة لا تؤم الرجال وهم يعلمون أنها امرأة ، فإن فعلوا فصلاتهم باطلة بإجماع " انتهى .
Mereka sepakat, bahwa wanita tidak boleh menjadi imam untuk laki-laki, sedangkan mereka mengetahui bahwasannya itu wanita. Jika mereka melakukan, maka shalat mereka batil, menurut ijma. (Murotib Al Ijma' 27). 

Dan berkata Ibnu Hazm rahimahullah, 

" وَلا يَجُوزُ أَنْ تَؤُمَّ الْمَرْأَةُ الرَّجُلَ وَلا الرِّجَالَ , وَهَذَا مَا لا خِلَافَ فِيهِ , وَأَيْضًا فَإِنَّ النَّصَّ قَدْ جَاءَ بِأَنَّ الْمَرْأَةَ تَقْطَعُ صَلاةَ الرَّجُلِ إذَا فَاتَتْ أَمَامَهُ . . . 

Tidak boleh wanita mengimami seorang laki-laki atau para laki-laki, dan ini tidak ada khilaf (para ulama). Dan juga, karena sesungguhnya nash telah datang, bahwa wanita memutus shalat laki-laki, apabila dia lewat didepannya (di depan laki-laki)... (Al Muhalla 2/167). 

Berkata Imam asy Syafi’I rahimahullahu, 

 وإذا صلت المرأة برجال ونساء وصبيان ذكور فصلاة النساء مجزأة وصلاة الرجال والصبيان الذكور غير مجزأة لأن الله عز وجل جعل الرجال قوامين على النساء ، وقصرهن عن أن يكن أولياء، ولا يجوز أن تكون امرأة إمام رجل في صلاة بحال أبدا

Jika seorang perempuan mengimami laki-laki, wanita, dan anak-anak laki-laki, maka sholat perempuan (makmumah) sah, sedangkan sholat laki-laki, dan anak laki-laki (belum baligh) tidak sah. Alasannya karena Allah ‘azza wa jalla menjadikan laki-laki sebagai pemimpin para wanita meskipun mereka lebih mulia, tidak boleh (haram) hukumnya menjadikan perempuan sebagai imam bagi laki-laki dalam sholat dalam kondisi apapun. (Al Umm 1/145). 

Berkata Imam Nawawi rahimahullah, 

واتفق أصحابنا –أي الشافعية- على أنه لا يجوز صلاة رجل بالغ ولا صبي خلف امرأة ، وسواء في منع إمامة المرأة للرجال صلاة الفرض والتراويح وسائر النوافل ، هذا مذهبنا ومذهب جماهير العلماء من السلف والخلف رحمهم الله ، وحكاه البيهقي عن الفقهاء السبعة فقهاء المدينة والتابعين وهومذهب مالك وأبي حنيفة وسفيان وأحمد وداود.

Sahabat-sahabat kami (Ulama Mazdhab Syafi’i) telah sepakat bahwa tidak boleh laki yang baligh dan anak-anak sholat dibelakang (bermakmum) pada perempuan. Larangan perempuan memjadi imam bagi laki-laki berlaku baik untuk sholat wajib, tarawih, dan seluruh sholat sunat. Ini adalah mazdhab (pendapat) kami dan pendapat mayoritas ulama baik salaf maupun khalaf -semoga Allah mengasihi mereka-. Imam Baihaqi menceritakan dari ahli fikih yang tujuh yakni ahli fikih Madinah, tabi’in, demikian pula ini merupakan pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Sufyan ats Tsauri, Imam Ahmad, dan Dawud. 

ثُمَّ إذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ بِالرَّجُلِ أَوْ الرِّجَالِ فَإِنَّمَا تَبْطُلُ صَلاةُ الرِّجَالِ , وَأَمَّا صَلاتُهَا وَصَلاةُ مَنْ وَرَاءَهَا مِنْ النِّسَاءِ فَصَحِيحَةٌ فِي جَمِيعِ الصَّلَوَاتِ... 

Kemudian apabila seorang wanita shalat (mengimami) seorang laki-laki atau para lelaki, maka sesungguhnya shalat para lelaki tersebut batal. Adapun shalatnya (shalat si wanita) dan shalat orang yang dibelakangnya dari kalangan wanita, sah dari seluruh macam shalat.. (Majmu' 4/152). 

Syaikh Bin Baaz rahimahullah ditanya,

عن رجل صلى صلاة العصر مأموماً خلف امرأته

Tentang seorang laki-laki shalat ashar menjadi makmum dibelakang isterinya?

Beliau menjawab, 

" لا يجوز أن تؤم المرأة الرجل ولا تصح صلاته خلفها لأدلة كثيرة وعلى المذكور أن يعيد صلاته " "مجموع فتاوى ابن باز" (12/130) . 

Tidak boleh seorang wanita menjadi imam untuk laki-laki dan shalatnya tidak sah dibelakangnya (dibelakang isteri) karena dalil yang banyak yang telah dikatakan diatas, dia harus mengulang shalatnya. (Majmu Fatawa Ibnu Baaz 12/130).

AFM 

Copas dari berbagai sumber 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?