JANGAN LIHAT STRATA SOSIALNYA
JANGAN LIHAT STRATA SOSIALNYA
Siapa yang tidak kenal dengan khalifah Umar Bin Abdul Aziz rahimahullah, seorang khalifah yang sangat terkenal dengan keshalihan, keadilan dan kejujurannya.
Beliau adalah cicit dari sahabat Umar Bin Khattab radhiyallahu. Dimana Umar Bin Khattab punya anak yang bernama Ashim rahimahullah, yang dinikahkan dengan gadis penjual susu. Keduanya punya anak yang bernama Ummu Ashim. Ummu Ashim, nikah dengan khalifah Abdul Azis Bin Marwan, darinya lahirlah Umar Bin Abdul Aziz.
Inilah kisah gadis penjual susu yang dinikahi oleh Ashim Bin Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu.
Berkata Al Hafidz Ibnu ‘Asakir rahimahullah,
“Seperti biasa, malam itu Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra berkeliling kota mengontrol keadaan rakyatnya. Sebuah pekerjaan rutin dalam kapasitasnya sebagai kepala negara.
Tiba-tiba beliau menangkap percakapan menarik dari rumah seorang wanita penjual susu: “Ayo, bangunlah! Campurkan susu itu dengan air!”, perintah sang ibu. “Apakah ibu belum mendengar larangan dari Amirul Mukminin?”, sergah sang anak gadis. “Apa larangannya?” “Beliau melarang menjual susu yang dicampur air” “Ah, ayo bangunlah. Cepat campur susu itu dengan air. Jangan takut pada Umar, sungguh ia tidak melihatnya!”. “Memang Umar tidak melihat, namun Tuhannya Umar melihat kita…” timpal sang gadis.
Umar tertegun. Dialog ibu dan anak ini begitu menyentuhnya. Sang Khalifah tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
Pagi harinya beliau memerintahkan salah seorang putranya, Ashim untuk meminang gadis miskin yang jujur itu. “Pergilah kau ke sebuah tempat, terletak di daerah itu. Di sana ada seorang gadis penjual susu. Kalau ia masih sendiri, pinanglah dia. Mudah-mudahan Allah mengaruniakanmu seorang anak yang shalih yang penuh berkah”. (Ibnu Asakir, Tarikh Dimasq, 70/252).
Kisah ini mengandung pelajaran, bahwasanya mencari jodoh untuk anak-anak kita, mesti melihat agamanya, akhlaknya dan keshalihannya. Agar anak keturunannya menjadi anak-anak yang shaleh. Jangan menjadikan kekayaan, jabatan dan strata sosialnya sebagai ukuran kelayakan menjadi mantu. Sekalipun hanya tukang bakso misalkan, kalau dia baik agamanya, akhlaknya dan shaleh, kenapa tidak?
AFM
Komentar
Posting Komentar