MEMECAH BELAH PERSATUAN

MEMECAH BELAH PERSATUAN 


Jika seseorang atau sekelompok orang, mendakwahkan tauhid dan sunnah dan memperingatkan dari kesyirikan dan bid’ah, lantas dikatakan PEMECAH BELAS PERSATUAN, maka tidak mengapa, karena jauh sebelumnya, Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga dikatakan pemecah belah persatuan ketika mendakwahkan tauhid dan sunnah. 

Pada suatu hari Utbah bin Rabi'ah, seorang pembesar kaum Quraisy, datang kemasjid berjumpa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang pada saat itu sedang duduk sendirian.

Utbah pun berkata; 

يا ابن أخي ، إنك منا حيث قد علمت من السطة في العشيرة ، والمكان في النسب ، وإنك قد أتيت قومك بأمر عظيم ، فرقت به جماعتهم ، وسفهت به أحلامهم ، وعبت به آلهتهم ودينهم ، وكفرت به من مضى من آبائهم ، فاسمع مني أعرض عليك أمورا تنظر فيها لعلك تقبل منا بعضها .
"Hai anak saudaraku, sesungguhnya engkau berasal dari golongan kami, dimana aku tahu keluarga dan kedudukan keturunanmu, yang dengannya engkau 'MEMECAH BELAH KESATUAN MEREKA, engkau bodohkan akal pikiran mereka, engkau cela sesembahan dan agama mereka dan engkau kafirkan nenek moyang mereka yang telah pergi. Dengarkanlah aku, aku hendak mengajukan beberapa hal yang perlu engkau tinjau kembali. Mudah-mudahan engkau menerima sebagiannya." ....dst. (Tafsir Ibnu Katsir QS; Surah Fushshilat :3-4).

Oleh karena itu, bersabarlah dengan apa-apa yang mereka lakukan dan mereka katakan. 

Allah Ta'ala berfirman :

وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَٱهۡجُرۡهُمۡ هَجۡرٗا جَمِيلٗا

Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik. (Surat Al-Muzzammil, Ayat 10). 

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :

يقول تعالى آمرا رسوله صلى الله عليه وسلم بالصبر على ما يقوله من كذبه من سفهاء قومه ، وأن يهجرهم هجرا جميلا ؛ وهو الذي لا عتاب معه . 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk bersabar terhadap ucapan orang-orang yang mendustakannya dari kalangan orang-orang yang kurang akalnya dari kaumnya, dan hendaklah dia menjauhi mereka dengan cara yang baik, yaitu dengan cara yang tidak tercela. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di rahimahullah,

ومن الأمور النافعة أن تعرف أن أذية الناس لك
وخصوصاً في الأقوال السيئة، لا تضرك بل تضرهم،

"Di antara perkara yang bermanfaat yang mesti kamu ketahui, bahwasanya gangguan manusia kepadamu, khususnya berupa ucapan jelek, tidak memudaratkanmu, bahkan justru memudaratkan mereka.

إلا إن أشغلت نفسك في الاهتمام بها، وسوغت لها أن تملك مشاعرك، فعند ذلك تضرك كما ضرتهم، فإن أنت لم تضع لها بالاً لم تضرك شيئاً.

Kecuali jika kamu sibukkan dirimu dengan memperhatikannya dan kamu biarkan ucapan itu mengendalikan kemarahanmu. Maka saat itulah (ucapan itu) akan memudaratkanmu sebagaimana memudaratkan mereka. Jika kamu tidak memperdulikannya, ucapan jelek itu tidak akan memudaratkanmu sama sekali." (Al Wasailul Mufidah lil Hayatis Sa'idah hlm. 30). 

AFM 

Copas dari berbagai sumber 
 
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?