HAJI MABRUR

HAJI MABRUR


Yang berhaji tahun ini, baru saja menyelesaikan rangkaian manasik haji. Semoga menjadi haji mabrur. Dan tidak ada balasan bagi yang hajinya mabrur kecuali surga. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga. (HR Bukhari).

Yang menjadi pertanyaan, seperti apa haji mabrur tersebut dan apa tanda-tandanya?

Para ulama banyak mengungkapkan tentang haji mabrur dengan pernyataan yang berbeda-beda, diantaranya, 

العمل (المبرور) هو الذي لا يخالطه إثم، مأخوذ من البر، وهو الطاعة، 

Amalan yang mabrur adalah yang tidak tercampuri dosa, diambil dari kata albir yang artinya adalah taat. 

وقيل: هو المقبول،ومن علامة القبول أن يرجع خيراً مما كان، ولا يعاود المعاصي. 

Pendapat yang lain, haji mabrur adalah haji yang diterima. Diantara pertanda diterima (hajinya) adalah kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi melakukan kemaksiatan

وقيل: هو الذي لا رياء فيه. 

Pendapat yang lain, haji mabrur adalah yang tidak ada riya padanya. 

وقيل: الذي لا يتعقبه معصية.. 

Dan pendapat yang lain, haji yang tidak diiringi dengan kemaksiatan. Sumber : https://www.islamweb.net/ar/article/212380/

Berkata Ibnu Kholawaih rahimahullah, 

المبرور المقبول؛ وقال غيره: الذي لا يخالطه شيء من الإثم ورجحه النووي

“Haji mabrur haji yang diterima (maqbul).”

Ulama yang lainnya mengatakan, “Haji mabrur adalah haji yang tidak tercampuri dengan dosa.” Pendapat ini dipilih oleh An Nawawi. ( Fathul Bari, 3/382)

Berkata As Suyuti rahimahullah, 

وَقِيلَ : هُوَ الْمَقْبُولُ الْمُقَابَلُ بِالْبِرِّ وَهُوَ الثَّوَابُ، وَمِنْ عَلَامَةِ الْقَبُولِ أَنْ يَرْجِعَ خَيْرًا مِمَّا كَانَ وَلَا يُعَاوِد الْمَعَاصِي

“Ada pendapat yang mengatakan: ‘Haji mabrur adalah haji yang diterima yang dibalas dengan kebaikan yaitu pahala. Sedangkan pertanda diterimanya haji seseorang adalah kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan tidak mengulangi melakukan kemaksiatan.” (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan An-Nasa’i).

Dan berkata As Suyuti rahimahullah, 

وَقِيلَ هُوَ الَّذِي لَا رِيَاءَ فِيهِ وَقِيلَ : هُوَ الَّذِي لَا يَتَعَقَّبهُ مَعْصِيَةٌ وَهُمَا دَاخِلَانِ فِيمَا قَبْلهُمَا

“Dan ada pendapat haji mabrur adalah haji yang tidak ada riya`padanya. Ada yang berpendapat bahwa haji mabrur adalah yang tidak diiringi dengan kemaksiatan. Kedua pandangan ini masuk ke dalam kategori pandangan sebelumnya.” (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan An-Nasa’i). 

Berkata al-Qurthubi rahimahullah, 

الْأَقْوَالُ الَّتِي ذُكِرَتْ فِي تَفْسِيرِهِ مُتَقَارِبَةٌ وَأَنَّهُ الْحَجُّ الَّذِي وُفَّتْ أَحْكَامُه وَوَقَعَ مَوْقِعًا لِمَا طُلِبَ مِنْ الْمُكَلَّف عَلَى وَجْهِ الْأَكْمَلِ

Pendapat-pendapat yang disebutkan dalam menafsiri (haji mabrur) saling berdekatan. Bahwasanya haji (mabrur) adalah yang dipenuhi hukum-hukumnya dan dijalankan dengan sesempurna mungkin oleh pelakunya sebagaimana yang dituntut darinya”. (Jalaluddin as-Suyuthi, Syarhus Suyuthi li Sunan An-Nasa’i).

AFM

Copas dari berbagai sumber 

 
 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?