Haram Demokrasi Dan Pemilu

DEMOKRASI DAN PEMILU

Berkata Al-'Allamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’i rohimahullôh :

دُعَاةُ الدِّمُقْرَاطِيَّةِ يَدْعُونَ إِلَى الشِّرْكِ.

"Para Du'ât (penyeru) demokrasi, adalah orang yang menyeru kepada kesyirikan."
[Lihat "Ghôrotul Asyrithoh" (1/17)].

Berkata Al-'Allamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’i rohimahullôh :

وَمَنْ يَتَبَاهَى بَالدِّمُقْرَاطِيَّةِ،  فَوَاللَّهِ إِنَّهَا لَخِيَانَةٌ لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ

"Barangsiapa berbangga dengan demokrasi maka demi Allôh, hal tersebut adalah pengkhianatan kepada Allôh dan RosulNya." 
[Lihat "Ghôrotul Asyrithoh" (1/315)].

Berkata Al-'Allamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’i rohimahullôh :

وَمَنْ دَعَا إِلَى الدِّمُقْرَاطِيَّةِ وَهُوَ يَعْرِفُ مَعْنَاهَا فَهُوَ كَافِرٌ، لِأَنَّهُ يَدْعُو إِلَى أَن يَكونَ الشَّعْبُ شَرِيكًا مَعَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.

"Barangsiapa menyeru kepada demokrasi dalam keadaan ia mengetahui maknanya, maka dia kafir. Karena ia menyeru untuk menjadikan rakyat sebagai serikat (tandingan) dengan Allôh azza wa jalla."  [Qom'ul Ma'ânid" (221-222)].

Berkata Al-'Allamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’i rohimahullôh :

الدِّمُقْرَاطِيَّةُ طَاغُوتِيَّةٌ.

"Demokrasi adalah Thoghut!."
[Lihat "Ghôrotul Asyrithoh" (1/354)].

Berkata Al-'Allamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’i rohimahullôh :

الدِّمُقْرَاطِيَّةُ فِيهَا تَعْطِيلُ كِتَابِ اللَّهِ، وَتَعْطِيلُ سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

"Demokrasi terdapat padanya penelantaran terhadap Kitabullôh dan Sunnah Rosulillâh shollallôhu alaihi wa sallam." 
[Lihat "Ghôrotul Asyrithoh" (1/485)].

Berkata Al-'Allamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hâdî Al-Wâdi’i rohimahullôh :

أَهْلُ السُّنَّةِ مَا يَتَلَوَّنُونَ نَحْنُ نَقُولُ اليَومَ وَغَدًا وَبَعْدَ غَدٍّ: الإِنْتِخَابَاتُ طَاغُوتِيَّةٌ مُحَرَّمَةٌ.

"Ahlus Sunnah tidaklah berubah-ubah, kita katakan hari ini, maupun esok dan setelah esok bahwa Pemilu adalah Thoghut lagi Harom."  ["Tuhfatul Mujîb" (401)]. ( "I'lâmul Ajyâl bi Kalâmil Imâm Al-Wâdi'i fiel Firoqi wal Kutubi war Rijâl").

Berkaya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah :

أن هذه الانتخابات والبرلمانات ليست إسلامية وأنني لا أنصح مسلما أن يرشح نفسه لأن يكون نائبا في هذا البرلمان لأنه لا يستطيع أن يعمل شيئا أبدا للإسلام، بل سيجرفه التيار

“Pemilu-pemilu dan parlemen ini bukanlah bagian dari Islam. Sungguh aku menasehatkan kepada segenap muslim untuk tidak mencalonkan dirinya menjadi calon legislatif di parlemen, karena ia tidak akan mampu berbuat apa-apa untuk Islam selama-lamanya, bahkan ia sendiri yang akan terjerumus dalam kebinasaan” [Silsilah Al-Hudaa wa An-Nuur kaset no. 660]

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah:

الذين يدعون الديمقراطية في البلاد الغربية وغيرها لا يفعلون هذا وهم كاذبون حتى انتخاباتهم كلها مبنية على التزوير والكذب ولا يبالون أبدا إلا بأهوائهم فقط الدين الإسلامي

“Pihak-pihak yang menyerukan demokrasi di negara barat dan selainnya, mereka tidaklah berbuat demikian melainkan disertai berbagai kedustaan, hingga pemilu-pemilu yang mereka selenggarakan dibangun di atas kebohongan dan kedustaan. Mereka tidak memperjuangkan agama Islam sama sekali, mereka hanyalah mementingkan hawa nafsu mereka.“ [Syarh Riyadhus Shalihin hadits no. 1835]

Berkata Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullah :

(أما مسألة التصويت فهي تعتبر طاغوتية فليبلغ الشاهد الغائب فإن الله عز وجل يقول في كتابه الكريم: {أفمن كان مؤمنًا كمن كان فاسقًا لا يستوون37}، ويقول: {أم حسب الّذين اجترحوا السّيّئات أن نجعلهم كالّذين ءامنوا وعملوا الصّالحات سواءً محياهم ومماتهم ساء ما يحكمون38}، ويقول مبينًا أن الفاسق لا يستوي مع المؤمن: {أم نجعل الّذين ءامنوا وعملوا الصّالحات كالمفسدين في الأرض أم نجعل المتّقين كالفجّار39}. والتصويت يجعل صوت العالم الفاضل وصوت الخمار واحدًا، بل أقبح من هذا المرأة صوتها وصوت الرجل واحد، ورب العزة يقول حاكيًا عن امرأة عمران: {وليس الذّكر كالأنثى40}. والرسول صلى الله عليه وعلى آله وسلم يقول: ((لا يفلح قوم أسندوا أمرهم إلى امرأة

“Adapun masalah pemungutan suara, hal ini termasuk cara-carathaghut, hendaklah orang yang menyaksikan menyampaikan pada orang yang tidak hadir. Sungguh Allah ‘azza wajalla berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:

أفمن كان مؤمنًا كمن كان فاسقًا لا يستوون

“Apakah orang-orang yang beriman sama seperti orang-orang yang fasik? mereka tidaklah sama” [QS. As-Sajdah: 18]

Allah ta’ala berfirman:

أم حسب الّذين اجترحوا السّيّئات أن نجعلهم كالّذين ءامنوا وعملوا الصّالحات سواءً محياهم ومماتهم ساء ما يحكمون

“Apakah orang-orang yang berbuat kejelekan Kami jadikan mereka sama seperti orang-orang yang beriman dan beramal shalih? kehidupan dan kematian mereka sama? Betapa buruknya penghukuman mereka” [QS. Al-Jatsiyah: 21]

Allah telah menjelaskan bahwa orang-orang yang fasik tidaklah sama dengan orang-orang yang beriman,

أم نجعل الّذين ءامنوا وعملوا الصّالحات كالمفسدين في الأرض أم نجعل المتّقين كالفجّار

“Apakah orang-orang yang beriman dan beramal shalih Kami jadikan mereka seperti orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Apakah Kami (pantas –pen) menjadikan orang-orang yang bertakwa seperti para penjahat?” [QS. Shaad: 28]

Pemilihan suara berarti menjadikan suara seorang ulama yang mulia sama seperti suara seekor keledai !! Bahkan yang lebih buruk lagi, suara wanita disamakan dengan suara laki-laki. Padahal Rabbul ‘izzah telah menghikayatkan tentang istri Imran,

وليس الذّكر كالأنثى

“Laki-laki tidaklah sama seperti wanita” [QS. Ali-Imran: 36]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا يفلح قوم أسندوا أمرهم إلى امرأة

“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyandarkan urusan mereka kepada wanita” [HR. Ahmad no. 20.495, (4/47)]

Asy-Syaikh Muqbil kembali menegaskan,

أنصحك ألا تدخل في الانتخابات لأنّها طاغوتية

“Aku tidak menasehatkan kalian untuk ikut-serta dalam pemilu, karena pemilu termasuk cara-cara thaghuut” [Maqtal Asy-Syaikh Jamiilurrahman]

Berkata Asy-Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah :

(الوصول إلى السلطة في الديمقراطية المزعومة ينبني عل التحزب فيترشح من كل حزب واحد منهم ثم يكون التصويت من كل من أراد من الشعب لمن شاء من المترشحين وعند تمييز الأصوات يقدم من كثرت أصوات منتخبيه وهذه الطريقة التي استوردها بعض المسلمين من أعدائهم مخالفة للإسلام من وجوه،بناؤها على التحزب...التشريع فيها لفئة معينة...الوصول إلى السلطة فيها بكثرة الناخبين كيف كانوا...الحرص الشديد فيها على السلطة...بناؤها على الحرية المطلقة في الرأي ولو كانت إلحادا وانحلالا...المساواة المطلقة فيها بين الرجال والنساء...تحررالمرأة فيها من أسباب الفضيلة وانغماسها في الرذيلة

“Pemilihan penguasa dalam sistem demokrasi dibangun di atas hizbiyyah, setiap partai mencalonkan satu wakilnya untuk meraih suara, hingga ia dapat masuk ke dalam Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bagi siapa saja yang menginginkannya, lalu hasil pemungutan suara bergantung dari suara terbanyak para pemilih. Kaum muslimin mengimpor metode yang menyelishi Islam ini dari musuh-musuh mereka (orang kafir –pen) melalui berbagai media.
Metode tersebut dibangun di atas hizbiyyah. Di dalamnya dirumuskan beratus-ratus syariat (yang menyelisihi Islam –pen)..Penguasa dipilih berdasarkan suara terbanyak dengan menempuh segala cara...Metode ini juga dibangun di atas kebebasan berpendapat, meskipun pendapatnya mengandung unsur penodaan agama dan asas kebebasan (HAM –pen)... persamaan secara mutlak antara laki-laki dan wanita... memperjuangkan emansipasi wanita yang merupakan sebab terbesar terjatuhnya mereka dalam lembah kehinaan.. “ [Al-‘Adl fii Asy-Syari’ah Islamiyyah wa Laisa fii Dimaqrathiyyah Al-Maz’umah]

Berkata Asy-Syaikh Rabi’ Al-Madkhali hafizhahullah :

(والوصول إلى الحكم والمجالس النيابية عن طريق الديمقراطية وما ينشأ عنها من الإيمان والعمل بالانتخابات القائمة على التعددية الحزبية التي حرمها الله ، والدعوة إلى مشاركة المرأة في الترشيح والانتخابات والبرلمانات .
وكل هذه الأعمال مخالفة لما جاء به الإسلام من الهدى والنور والعدل والإحسان وإلزام الأمة بأن تكون أمة واحدة تجمعهم الأخوة والمحبة في الله وتجمعهم العقيدة الواحدة .
والديمقراطية وما تفرَّع عنها تمزق الأمة وتغرس في نفوس الأحزاب والأفراد العداوة والبغضاء إلى جانب تبذير الأموال الطائلة لكسب الأصوات في حلبة الصراعات والإعلانات المزيفة القائمة على الكذب وفساد الأخلاق وتخريب الذمم .
ولهذا يسعى اليهود والنصارى وعلى رأسهم أمريكا لفرض هذه الديمقراطية وما يتبعها وحقوق المرأة المزعومة على الأمة الإسلامية

“Pemilihan sistem hukum dan wakil rakyat melalui jalur demokrasi beserta segala hal yang berasal darinya berupa pemilihan suara yang dibangun di atas pengelompokan-pengelompokan hizbiyyah telah diharamkan oleh Allah. Begitu pula seruan bagi para wanita untuk mencalonkan diri dalam pemilu dan parlemen.
Seluruh aktifitas ini menyelisihi syariat Islam yang berisi petunjuk, cahaya, keadilan, kebaikan, kewajiban umat untuk bersatu di atas persaudaraan dan sikap saling mencintai karena Allah, serta persatuan di atas aqidah yang satu.
Demokrasi dan segala hal yang berasal darinya telah memecah-belah umat, menanamkan benih-benih hizbiyyah, pengelompokan, permusuhan, kebencian, memperjuangkan hak-hak wanita (emansipasi wanita -pen) menurut anggapan pendek mereka, hingga sampai pada penggunaan harta dengan sia-sia demi meraup suara dalam kampanye serta janji-janji kosong yang menipu. Hal ini akan mengantarkan pada kerusakan akhlak dan perbuatan tercela. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi dan Nashrani, terutama pimpinan mereka yaitu Amerika sangat antusias dalam mendukung pesta demokrasi ini.” [Dzikraa lil Musliminn ‘Umuuman wali ‘Ulama’ihim wa Hukkamihim Khushushan]

Berkata Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah :

وأما الانتخابات المعروفة اليوم عند الدول فليست من نظام الإسلام وتدخلها الفوضى والرغبات الشخصية وتدخلها المحاباة والأطماع ويحصل فيها فتن وسفك دماء ولا يتم بهاالمقصود، بل تصبح مجالا للمزايدات والبيع والشراء والدعايات الكاذبة

“Pemilu yang dikenal di berbagai negara sekarang ini, tidaklah sesuai dengan aturan Islam. Di dalamnya terdapat kekacauan, kepentingan-kepentingan pribadi, kecurangan dan sifat tamak. Hal itu dapat mengantarkan pada berbagai fitnah dan pertumpahan darah, serta tidak akan sampai pada tujuan. Bahkan sekarang pemilu telah menjadi lahan jual-beli, sarana untuk memperkaya diri dan janji-janji politik yang kosong” [Hukmul Intikhabaat wal Muzhaharaat]

Berkata Asy-Syaikh Shalih bin Abdil Aziz Alu Asy-Syaikh hafizhahullah :

(الشورى في الشرع معروفة في معالم معروفة في الحدود مؤصلة أما الديمقراطية والبرلمانات والتجارب النيابية هذه،ليست من الشورى في شيء

“Musyawarah dalam syariat telah ma’ruf, dilakukan dengan metode yang dikenal dan melalui batasan-batasan syariat. Adapun demokrasi, parlemen dan pencalonan diri dalam dewan perwakilan rakyat, tidaklah termasuk musyawarah sedikitpun” [Muhadharahdengan judul Huququl Insaan]

Syekh Muhammad Sholeh Al-Munajed hafidzohullôh ditanya :

حكم الديمقراطية والانتخابات والعمل في أنظمتها

Hukum Demokrasi, Pemilu Dan Bekerja Dalam Sistemnya

ما حكم الديمقراطية ، وشغل منصب بارز في البرلمان ، أو شغل منزلة أخرى في حكومة ديمقراطية ؟ وما حكم الاقتراع وانتخاب شخص بطريقة ديمقراطية ؟

Apa hukum demokrasi dan menduduki jabatan di kursi parlemen atau menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan demokrasi? Apa hukum pemungutan suara dan memilih seseorang dengan cara demokratis.

Beliau menjawab :

الديمقراطية نظام أرضي ، يعني حكم الشعب للشعب ، وهو بذلك مخالف للإسلام ، فالحكم لله العلي الكبير ، ولا يجوز أن يُعطى حق التشريع لأحدٍ من البشر كائناً من كان .
وقد جاء في " موسوعة الأديان والمذاهب المعاصرة " ( 2 / 1066 ، 1067 ) :
"ولا شك في أن النظم الديمقراطية أحد صور الشرك الحديثة ، في الطاعة ، والانقياد ، أو في التشريع ، حيث تُلغى سيادة الخالق سبحانه وتعالى ، وحقه في التشريع المطلق ، وتجعلها من حقوق المخلوقين ، والله تعالى يقول : ( مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ) يوسف/ 40 ، ويقول تعالى : ( إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ) الأنعام/ 57" انتهى 

Demokrasi merupakan system duniawi. Yaitu yang berlaku bagi rakyat adalah milik rakyat. Dengan demikian dia bertentangan dengan Islam. Karena hukum milik Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Hak menetapkan perundang-uundangan tidak diberikan kepada seorang manusiapun, siapapun dia.

Disebutkan dalam “Mausu’ah Al-Adyan Wal Mazahib Al-Mu’ashirah” (2/1066 dan 1067)

“Tidak diragukan lagi bahwa system demokrasi merupakan salah satu bentuk syirik modern dalam hal ketaatan, ketundukan dan dalam penetapan konstitusi. Karena hal itu berarti menggugurkan kekuasaan Allah Ta’ala dan haknya yang mutlak dalam menetapkan syariat dengan menjadikannya sebagai hak makhluk.

Allah Ta’ala berfirman,

مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآَبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (سورة يوسف: 40) 

“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." SQ. Yusuf: 40

Allah Ta’ala berfirman,

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ  (سورة الأنعام: 57)

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah" SQ> Al-An’am: 57. (Al Islam Sual Wa Jawab)

Dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?