SIKAP SEORANG MUSLIM KEPADA SESAMA KAUM MUSLIMIN DAN KEPADA ORANG KAFIR
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Islam ini datang sebagai rahmat bagi semesta alam. Untuk itu sudah selayaknya bagi kita kaum muslimin menyebarkan kasih sayang Allah dipermukaan bumi ini. Terkhusus bagi sesama kaum muslimin dan sesama orang-orang yang beriman hendaklah berlaku lemah lembut.
Allah Ta’ala berfirman :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 159).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
Allah Ta'ala berfirman kepada rasul-Nya seraya menyebutkan anugerah yang telah dilimpahkan-Nya kepada dia, juga kepada orang-orang mukmin; yaitu Allah telah membuat hatinya lemah lembut kepada umatnya yang akibatnya mereka menaati perintahnya dan menjauhi larangannya, Allah juga membuat tutur katanya terasa menyejukkan hati mereka.
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ}
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. (QS. Ali Imran: 159)
Yakni sikapmu yang lemah lembut terhadap mereka, tiada lain hal itu dijadikan oleh Allah buatmu sebagai rahmat buat dirimu dan juga buat mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Qatadah rahimahullah :
Sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. (QS. Ali Imran: 159) Yaitu berkat rahmat Allah-lah kamu dapat bersikap lemah lembut terhadap mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Jangan terbalik, kepada orang-orang kafir berlemah lembut, sopan santun, bermuka manis, dan tebar senyum, kepada sesama kaum muslimin atau kaum mukminin bersikap kasar dan keras, muka masam dan mahal senyum.
Allah Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ….
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir….(QS. al Maidah 54).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ…
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…. (QS. al Fath 29).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
Inilah sifat orang-orang mukmin, seseorang dari mereka bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi lemah lembut terhadap sesamanya lagi kasih sayang. Dia bersikap pemarah dan bermuka masam di hadapan orang-orang kafir, tetapi murah senyum dan murah tertawa di hadapan orang-orang mukmin saudara seimannya. (Tafsir Ibnu Katsir).
Maka tidak selayaknya sesama kaum muslimin bersikap keras, saling membenci, saling mendengki, dan saling bermusuh-musuhan.
Mungkin dikarenakan tidak segolongannya, separtainya, jamaahnya atau bahkan hanya sekedar beda ustadz dan tempat mengaji, tidak saling memberi salam dan tidak saling memberi hadiah atau makanan.
Atau mungkin sudah keluar dari suatu kelompoknya atau jamaahnya, atau pindah mengaji dan ganti ustadz, akhirnya di hajr (diboikot), tidak dikunjungi kalau sakit, tidak dibantu kalau ada kesusahan, tidak dijawab salamnnya dan lain sebagainya.
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, bahwa Islam yang terbaik itu adalah orang islam yang suka memberi makan orang lain dan suka memberi salam, baik yang dia kenal maupun yang tidak.
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma Bahwasannya seorang laki-laki bertanya kepda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ. (رواه متفق عليه)
Apakah Islam yang terbaik itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, kamu memberi makan dan memberi salam, kepada orang yang kamu kenal maupun yang tidak kamu kenal (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan kadang seorang muslim menderita karena ulah saudaranya, temannya, atau tetangganya. Bisa karena lisannya yang suka mencaci maki, mengumpat, memfitnah, menggunjing, mengadu domba dan lain sebagainya. Atau juga terkadang menderita karena ulah tangan mereka yang senantiasa mengganggu. Mungkin mencuri barangnya, melempar rumahnya, memukul tubuhnya, menyetel musik keras-keras dan lain sebagainya. Padahal Islam yang terbaik itu, adalah orang islam yang orang islam lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Bersabda :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (رواه متفق عليه).
Seorang muslim itu adalah orang yang kaum muslimin lainya selamat dari lisannya dan tangannya (HR. Bukhari dan Muslim).
Memang diperbolehkan menghajr atau memboikot seorang muslim yang jatuh kepada amalan bid'ah, tapi tidak semua pelaku bid'ah diperlakukan seperti itu. Pelaku bid'ah dari orang-orang awam hendaklah diperlakukan dengan baik dan didakwahi dengan penuh hikmah dan lemah lembut.
Dan adapun para pembesar dan pimpinan-pimpinan mereka yang memusuhi dakwah dan orang-orang yang menyeru kepada kebatilan baik di dalam buletin, majalah, buku, kaset, muhadhoroh, pertemuan dan website-website mereka, maka mereka inilah yang diperangi, ditahdzir ummat dari mereka, tidak bermajlis dengan mereka, tidak membaca tulisan mereka dan tidak pula mengambil faidah dari mereka.
Berkata Asy Syaikh Rabi’ Bin Hadi Al Madkhaly hafizhahullah:
(إن أهل البدع الآن كثير يملئون الأرض والعياذ بالله! فنحن لا نهجر الجميع إنما هم محل دعوتنا؛ ندعوهم إلى الله بالحكمة والموعظة الحسنة،
وأما الرءوس المدبرة والدعاة إلى الباطل في صحفهم ومجلاتهم وكتبهم وأشرطهم و محاضراتهم وندواتهم ومواقعهم، هؤلاء يحاربون ويحذر منهم ولا يجالسون ولا يقرأ لهم ولا يستفاد منهم.
وعوامهم المساكين المخدوعون هؤلاء ندعوهم إلى الله بالحكمة والموعظة الحسنة، وهذا الكلام يؤيده كلام كثير من أئمة السنة ومعاملتهم؛ أنهم يدعون العوام إلى الله -تبارك وتعالى- ولا يهجرونهم كما يهجرون أئمة السوء وأئمة الشر وأئمة الضلال
Sesungguhnya ahlul bid’ah sekarang ini jumlahnya banyak, mereka memenuhi bumi, wal ‘iyyadzu billaah! Maka kita tidak meng-hajr manusia seluruhnya karena tiada lain merekalah sasaran dakwah kita. Kita dakwahi mereka kepada Allaah dengan hikmah dan nasehat-nasehat yang baik.
Dan adapun pimpinan-pimpinan yang memusuhi dakwah dan orang-orang yang menyeru kepada kebatilan baik di dalam buletin, majalah, buku, kaset, muhadhoroh, pertemuan dan website-website mereka, maka mereka inilah yang diperangi, ditahdzir ummat dri mereka, tidak bermajlis dengan mereka, tidak membaca tulisan mereka dan tidak pula mengambil faidah dari mereka.
Sedangkan orang-orang awamnya yang masih miskin ilmunya lagi tertipu, maka kita dakwahi mereka ini dengan hikmah dan nasehat yang baik. Ucapan ini dikuatkan pula oleh ucapan dan cara bermuamalah para ulama sunnah. Mereka mendakwahi orang-orang awam ini kepada Allaah Tabaaroka wa Ta’ala. Para ulama tidak meng-hajr orang-orang awam ini sebagaimana mereka meng-hajr ulama yang jahat, jelek dan sesat. (Majmu Kutub Warasail Wafatawa 2/351-352 ).
Kesimpulannya, berlaku lemah lembutlah kepada sesama kaum muslimin, sekalipun kepada pelaku bid'ah dari kalangan orang-orang awam yang tidak memerangi, memusuhi dan menghalang-halangi dakwah salaf yang haq ini. Dan tunjukkan sikap keras, tegas dan meng-hajr atau memboikot kepada para pembesar ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya dan memusuhi dakwah sunnah. Begitu pula sikap keras dan tegas kepada orang-orang kafir. Apatah lagi kepada orang-orang kafir yang memusuhi dan memerangi kaum muslimin.
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Islam ini datang sebagai rahmat bagi semesta alam. Untuk itu sudah selayaknya bagi kita kaum muslimin menyebarkan kasih sayang Allah dipermukaan bumi ini. Terkhusus bagi sesama kaum muslimin dan sesama orang-orang yang beriman hendaklah berlaku lemah lembut.
Allah Ta’ala berfirman :
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran 159).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
Allah Ta'ala berfirman kepada rasul-Nya seraya menyebutkan anugerah yang telah dilimpahkan-Nya kepada dia, juga kepada orang-orang mukmin; yaitu Allah telah membuat hatinya lemah lembut kepada umatnya yang akibatnya mereka menaati perintahnya dan menjauhi larangannya, Allah juga membuat tutur katanya terasa menyejukkan hati mereka.
{فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ}
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. (QS. Ali Imran: 159)
Yakni sikapmu yang lemah lembut terhadap mereka, tiada lain hal itu dijadikan oleh Allah buatmu sebagai rahmat buat dirimu dan juga buat mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Qatadah rahimahullah :
Sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. (QS. Ali Imran: 159) Yaitu berkat rahmat Allah-lah kamu dapat bersikap lemah lembut terhadap mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Jangan terbalik, kepada orang-orang kafir berlemah lembut, sopan santun, bermuka manis, dan tebar senyum, kepada sesama kaum muslimin atau kaum mukminin bersikap kasar dan keras, muka masam dan mahal senyum.
Allah Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ….
Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir….(QS. al Maidah 54).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ…
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…. (QS. al Fath 29).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
Inilah sifat orang-orang mukmin, seseorang dari mereka bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi lemah lembut terhadap sesamanya lagi kasih sayang. Dia bersikap pemarah dan bermuka masam di hadapan orang-orang kafir, tetapi murah senyum dan murah tertawa di hadapan orang-orang mukmin saudara seimannya. (Tafsir Ibnu Katsir).
Maka tidak selayaknya sesama kaum muslimin bersikap keras, saling membenci, saling mendengki, dan saling bermusuh-musuhan.
Mungkin dikarenakan tidak segolongannya, separtainya, jamaahnya atau bahkan hanya sekedar beda ustadz dan tempat mengaji, tidak saling memberi salam dan tidak saling memberi hadiah atau makanan.
Atau mungkin sudah keluar dari suatu kelompoknya atau jamaahnya, atau pindah mengaji dan ganti ustadz, akhirnya di hajr (diboikot), tidak dikunjungi kalau sakit, tidak dibantu kalau ada kesusahan, tidak dijawab salamnnya dan lain sebagainya.
Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, bahwa Islam yang terbaik itu adalah orang islam yang suka memberi makan orang lain dan suka memberi salam, baik yang dia kenal maupun yang tidak.
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu anhuma Bahwasannya seorang laki-laki bertanya kepda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ ، وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ. (رواه متفق عليه)
Apakah Islam yang terbaik itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, kamu memberi makan dan memberi salam, kepada orang yang kamu kenal maupun yang tidak kamu kenal (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan kadang seorang muslim menderita karena ulah saudaranya, temannya, atau tetangganya. Bisa karena lisannya yang suka mencaci maki, mengumpat, memfitnah, menggunjing, mengadu domba dan lain sebagainya. Atau juga terkadang menderita karena ulah tangan mereka yang senantiasa mengganggu. Mungkin mencuri barangnya, melempar rumahnya, memukul tubuhnya, menyetel musik keras-keras dan lain sebagainya. Padahal Islam yang terbaik itu, adalah orang islam yang orang islam lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Bersabda :
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (رواه متفق عليه).
Seorang muslim itu adalah orang yang kaum muslimin lainya selamat dari lisannya dan tangannya (HR. Bukhari dan Muslim).
Memang diperbolehkan menghajr atau memboikot seorang muslim yang jatuh kepada amalan bid'ah, tapi tidak semua pelaku bid'ah diperlakukan seperti itu. Pelaku bid'ah dari orang-orang awam hendaklah diperlakukan dengan baik dan didakwahi dengan penuh hikmah dan lemah lembut.
Dan adapun para pembesar dan pimpinan-pimpinan mereka yang memusuhi dakwah dan orang-orang yang menyeru kepada kebatilan baik di dalam buletin, majalah, buku, kaset, muhadhoroh, pertemuan dan website-website mereka, maka mereka inilah yang diperangi, ditahdzir ummat dari mereka, tidak bermajlis dengan mereka, tidak membaca tulisan mereka dan tidak pula mengambil faidah dari mereka.
Berkata Asy Syaikh Rabi’ Bin Hadi Al Madkhaly hafizhahullah:
(إن أهل البدع الآن كثير يملئون الأرض والعياذ بالله! فنحن لا نهجر الجميع إنما هم محل دعوتنا؛ ندعوهم إلى الله بالحكمة والموعظة الحسنة،
وأما الرءوس المدبرة والدعاة إلى الباطل في صحفهم ومجلاتهم وكتبهم وأشرطهم و محاضراتهم وندواتهم ومواقعهم، هؤلاء يحاربون ويحذر منهم ولا يجالسون ولا يقرأ لهم ولا يستفاد منهم.
وعوامهم المساكين المخدوعون هؤلاء ندعوهم إلى الله بالحكمة والموعظة الحسنة، وهذا الكلام يؤيده كلام كثير من أئمة السنة ومعاملتهم؛ أنهم يدعون العوام إلى الله -تبارك وتعالى- ولا يهجرونهم كما يهجرون أئمة السوء وأئمة الشر وأئمة الضلال
Sesungguhnya ahlul bid’ah sekarang ini jumlahnya banyak, mereka memenuhi bumi, wal ‘iyyadzu billaah! Maka kita tidak meng-hajr manusia seluruhnya karena tiada lain merekalah sasaran dakwah kita. Kita dakwahi mereka kepada Allaah dengan hikmah dan nasehat-nasehat yang baik.
Dan adapun pimpinan-pimpinan yang memusuhi dakwah dan orang-orang yang menyeru kepada kebatilan baik di dalam buletin, majalah, buku, kaset, muhadhoroh, pertemuan dan website-website mereka, maka mereka inilah yang diperangi, ditahdzir ummat dri mereka, tidak bermajlis dengan mereka, tidak membaca tulisan mereka dan tidak pula mengambil faidah dari mereka.
Sedangkan orang-orang awamnya yang masih miskin ilmunya lagi tertipu, maka kita dakwahi mereka ini dengan hikmah dan nasehat yang baik. Ucapan ini dikuatkan pula oleh ucapan dan cara bermuamalah para ulama sunnah. Mereka mendakwahi orang-orang awam ini kepada Allaah Tabaaroka wa Ta’ala. Para ulama tidak meng-hajr orang-orang awam ini sebagaimana mereka meng-hajr ulama yang jahat, jelek dan sesat. (Majmu Kutub Warasail Wafatawa 2/351-352 ).
Kesimpulannya, berlaku lemah lembutlah kepada sesama kaum muslimin, sekalipun kepada pelaku bid'ah dari kalangan orang-orang awam yang tidak memerangi, memusuhi dan menghalang-halangi dakwah salaf yang haq ini. Dan tunjukkan sikap keras, tegas dan meng-hajr atau memboikot kepada para pembesar ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya dan memusuhi dakwah sunnah. Begitu pula sikap keras dan tegas kepada orang-orang kafir. Apatah lagi kepada orang-orang kafir yang memusuhi dan memerangi kaum muslimin.
Komentar
Posting Komentar