Diantara Adab Shalat Berjamaah
DIANTARA ADAB SHALAT BERJAMAAH
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Shalat berjamaah di masjid memerlukan ilmu, agar shalat yang dilakukan tidak sia-sia dan mendapatkan pahala, bukan hanya modal semangat.
Pertama, Yang Berhak Menjadi Imam
Yang berhak menjadi imam, orang yang paling baik bacaan alqurannya dan paling memahami sunnah, sekalipun yang menjadi imam itu anak kecil yang belum baligh.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَحَدُهُمْ وَأَحَقُّهُمْ بِالْإِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ
“Apabila mereka tiga orang, maka hendaklah seorang dari mereka menjadi imam shalat mereka, dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling baik bacaan al Qur`annya” [HR Muslim].
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
يؤمّ القوم اقرؤهم لكتاب الله فإن كانوا في القرأة سواء فأعلمهم هجرة فإكانوا في الهجرة سواء فاقدمهم سنّا ولا يؤمن الرجل في صلطانه ولا يقعد في بيته على تكرمته إلا بإذنه
“Hendaklah menjadi imam pada suatu kaum orang yang lebih ahli membaca qur’an, jika dalam hal ini mereka bersamaan maka yang lebih mahir dalam hal sunah (Hadis), apabila dalam hal inipun mereka bersamaan juga, maka yang lebih dahulu mengikuti hijrah, kalau tentang hal ini mereka bersamaan juga maka yang lebih dahulu islamnya (atau yang lebih tua umurnya). (H.R. Ahmad dan Muslim).
Berkata Amr bin Salamah radhiyallahu ‘anhuma :
كُنَّا بِحَاضِرٍ يَمُرُّ بِنَا النَّاسُ إِذَا أَتَوُا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانُوا إِذَا رَجَعُوا مَرُّوا بِنَا، فَأَخْبَرُونَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كَذَا وَكَذَا وَكُنْتُ غُلَامًا حَافِظًا فَحَفِظْتُ مِنْ ذَلِكَ قُرْآنًا كَثِيرًا فَانْطَلَقَ أَبِي وَافِدًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ قَوْمِهِ فَعَلَّمَهُمُ الصَّلَاةَ، فَقَالَ: «يَؤُمُّكُمْ أَقْرَؤُكُمْ» وَكُنْتُ أَقْرَأَهُمْ لِمَا كُنْتُ أَحْفَظُ فَقَدَّمُونِي فَكُنْتُ أَؤُمُّهُمْ وَعَلَيَّ بُرْدَةٌ لِي صَغِيرَةٌ صَفْرَاءُ…، فَكُنْتُ أَؤُمُّهُمْ وَأَنَا ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ أَوْ ثَمَانِ سِنِينَ
“Kami tinggal di kampung yang dilewati para sahabat ketika mereka hendak bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah. Sepulang mereka dari Madinah, mereka melewati kampung kami. Mereka mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian dan demikian. Ketika itu, saya adalah seorang anak yang cepat menghafal, sehingga aku bisa menghafal banyak ayat Al-Quran dari para sahabat yang lewat. Sampai akhirnya, ayahku datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama masyarakatnya, dan beliau mengajari mereka tata cara shalat. Beliau bersabda, “Yang menjadi imam adalah yang paling banyak hafalan qurannya.” Sementara Aku (Amr bin Salamah) adalah orang yang paling banyak hafalannya, karena aku sering menghafal. Sehingga mereka menyuruhku untuk menjadi imam. Akupun mengimami mereka dengan memakai pakaian kecil milikku yang berwarna kuning…, aku mengimami mereka ketika aku berusia 7 tahun atau 8 tahun.” (HR. Bukhari dan Abu Daud).
Kedua, Jangan Menjadi Imam Di Tempat Orang Lain
Walaupun hadapannya banyak, bacaannya baik, lebih paham sunnah dan usia sudah tua, namun tidak boleh menjadi imam di rumah atau di kampungnya orang, tanpa seizin mereka atau mereka menyuruh kita menjadi imam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami:
يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ وَأَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً فَإِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَكْبَرُهُمْ سِنًّا وَلَا تَؤُمَّنَّ الرَّجُلَ فِي أَهْلِهِ وَلَا فِي سُلْطَانِهِ وَلَا تَجْلِسْ عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا أَنْ يَأْذَنَ لَكَ أَوْ بِإِذْنِهِ
Hendaknya yang menjadi imam shalat suatu kaum adalah yang paling hafal al Qur`an dan paling baik bacaannya. Apabila dalam bacaan mereka sama, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling dahulu hijrahnya. Apabila mereka sama dalam hijrah, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling tua. Janganlah kalian menjadi imam atas seseorang pada keluarga dan kekuasaannya, dan jangan juga menduduki permadani di rumahnya, kecuali ia mengizinkanmu atau dengan izinnya” (HR Muslim).
Ketiga, Imam Memerintahkan Untuk Meluruskan Dan Merapatkan Shaf
Sebelum imam takbir, hendaklah imam menghadap ke makmum dan memerintahkan untuk merapatkan dan meluruskan shaf.
Berkata Anas Bin Malik radhiyallahu anhu :
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يقبل علينا بوجهه قبل أن يكبّر فيقول تراصّوا واعتدلوا
Adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menghadapkan mukanya kepada kami sebelum bertakbir seraya bersabda :” rapatkan dan luruskanlah shaf kalian ”.(H.R.Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَة
ِ
“Luruskan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat”. (HR. Bukhari Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ
“Rapatkan shaf kalian, rapatkan barisan kalian, luruskan pundak dengan pundak. Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Sungguh aku melihat setan masuk di sela-sela shaf, seperti anak kambing.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban. Berkata Syuaib al-Arnauth : Hadist Shahih).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقِيمُوا الصُّفُوفَ فَإِنَّمَا تَصُفُّونَ بِصُفُوفِ الْمَلاَئِكَةِ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ ، وَسُدُّوا الْخَلَلَ ، وَلِينُوا فِي أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ ، وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ ، وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا ، وَصَلَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.(رواه أحمد قال الشيخ شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح).
“Luruskan shaf-shaf kalian karena sesungguhnya kalian itu bershaf seperti shafnya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi (shaf-shaf) yang kosong, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan-nya, maka Allah akan memutuskannya. ( HR.Ahmad. Berkata Syekh Al-Arnuth isnadnya shahih).
Insya Allah bersambung ....
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Shalat berjamaah di masjid memerlukan ilmu, agar shalat yang dilakukan tidak sia-sia dan mendapatkan pahala, bukan hanya modal semangat.
Pertama, Yang Berhak Menjadi Imam
Yang berhak menjadi imam, orang yang paling baik bacaan alqurannya dan paling memahami sunnah, sekalipun yang menjadi imam itu anak kecil yang belum baligh.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَحَدُهُمْ وَأَحَقُّهُمْ بِالْإِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ
“Apabila mereka tiga orang, maka hendaklah seorang dari mereka menjadi imam shalat mereka, dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling baik bacaan al Qur`annya” [HR Muslim].
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
يؤمّ القوم اقرؤهم لكتاب الله فإن كانوا في القرأة سواء فأعلمهم هجرة فإكانوا في الهجرة سواء فاقدمهم سنّا ولا يؤمن الرجل في صلطانه ولا يقعد في بيته على تكرمته إلا بإذنه
“Hendaklah menjadi imam pada suatu kaum orang yang lebih ahli membaca qur’an, jika dalam hal ini mereka bersamaan maka yang lebih mahir dalam hal sunah (Hadis), apabila dalam hal inipun mereka bersamaan juga, maka yang lebih dahulu mengikuti hijrah, kalau tentang hal ini mereka bersamaan juga maka yang lebih dahulu islamnya (atau yang lebih tua umurnya). (H.R. Ahmad dan Muslim).
Berkata Amr bin Salamah radhiyallahu ‘anhuma :
كُنَّا بِحَاضِرٍ يَمُرُّ بِنَا النَّاسُ إِذَا أَتَوُا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانُوا إِذَا رَجَعُوا مَرُّوا بِنَا، فَأَخْبَرُونَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كَذَا وَكَذَا وَكُنْتُ غُلَامًا حَافِظًا فَحَفِظْتُ مِنْ ذَلِكَ قُرْآنًا كَثِيرًا فَانْطَلَقَ أَبِي وَافِدًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ قَوْمِهِ فَعَلَّمَهُمُ الصَّلَاةَ، فَقَالَ: «يَؤُمُّكُمْ أَقْرَؤُكُمْ» وَكُنْتُ أَقْرَأَهُمْ لِمَا كُنْتُ أَحْفَظُ فَقَدَّمُونِي فَكُنْتُ أَؤُمُّهُمْ وَعَلَيَّ بُرْدَةٌ لِي صَغِيرَةٌ صَفْرَاءُ…، فَكُنْتُ أَؤُمُّهُمْ وَأَنَا ابْنُ سَبْعِ سِنِينَ أَوْ ثَمَانِ سِنِينَ
“Kami tinggal di kampung yang dilewati para sahabat ketika mereka hendak bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah. Sepulang mereka dari Madinah, mereka melewati kampung kami. Mereka mengabarkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian dan demikian. Ketika itu, saya adalah seorang anak yang cepat menghafal, sehingga aku bisa menghafal banyak ayat Al-Quran dari para sahabat yang lewat. Sampai akhirnya, ayahku datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama masyarakatnya, dan beliau mengajari mereka tata cara shalat. Beliau bersabda, “Yang menjadi imam adalah yang paling banyak hafalan qurannya.” Sementara Aku (Amr bin Salamah) adalah orang yang paling banyak hafalannya, karena aku sering menghafal. Sehingga mereka menyuruhku untuk menjadi imam. Akupun mengimami mereka dengan memakai pakaian kecil milikku yang berwarna kuning…, aku mengimami mereka ketika aku berusia 7 tahun atau 8 tahun.” (HR. Bukhari dan Abu Daud).
Kedua, Jangan Menjadi Imam Di Tempat Orang Lain
Walaupun hadapannya banyak, bacaannya baik, lebih paham sunnah dan usia sudah tua, namun tidak boleh menjadi imam di rumah atau di kampungnya orang, tanpa seizin mereka atau mereka menyuruh kita menjadi imam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada kami:
يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ وَأَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً فَإِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَكْبَرُهُمْ سِنًّا وَلَا تَؤُمَّنَّ الرَّجُلَ فِي أَهْلِهِ وَلَا فِي سُلْطَانِهِ وَلَا تَجْلِسْ عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا أَنْ يَأْذَنَ لَكَ أَوْ بِإِذْنِهِ
Hendaknya yang menjadi imam shalat suatu kaum adalah yang paling hafal al Qur`an dan paling baik bacaannya. Apabila dalam bacaan mereka sama, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling dahulu hijrahnya. Apabila mereka sama dalam hijrah, maka yang berhak menjadi imam adalah yang paling tua. Janganlah kalian menjadi imam atas seseorang pada keluarga dan kekuasaannya, dan jangan juga menduduki permadani di rumahnya, kecuali ia mengizinkanmu atau dengan izinnya” (HR Muslim).
Ketiga, Imam Memerintahkan Untuk Meluruskan Dan Merapatkan Shaf
Sebelum imam takbir, hendaklah imam menghadap ke makmum dan memerintahkan untuk merapatkan dan meluruskan shaf.
Berkata Anas Bin Malik radhiyallahu anhu :
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يقبل علينا بوجهه قبل أن يكبّر فيقول تراصّوا واعتدلوا
Adalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam menghadapkan mukanya kepada kami sebelum bertakbir seraya bersabda :” rapatkan dan luruskanlah shaf kalian ”.(H.R.Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَة
ِ
“Luruskan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meluruskan shaf termasuk kesempurnaan sholat”. (HR. Bukhari Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالأَعْنَاقِ فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنِّى لأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ
“Rapatkan shaf kalian, rapatkan barisan kalian, luruskan pundak dengan pundak. Demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, Sungguh aku melihat setan masuk di sela-sela shaf, seperti anak kambing.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban. Berkata Syuaib al-Arnauth : Hadist Shahih).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَقِيمُوا الصُّفُوفَ فَإِنَّمَا تَصُفُّونَ بِصُفُوفِ الْمَلاَئِكَةِ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ ، وَسُدُّوا الْخَلَلَ ، وَلِينُوا فِي أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ ، وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ ، وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا ، وَصَلَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.(رواه أحمد قال الشيخ شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح).
“Luruskan shaf-shaf kalian karena sesungguhnya kalian itu bershaf seperti shafnya para malaikat. Luruskan di antara bahu-bahu kalian, isi (shaf-shaf) yang kosong, lemah lembutlah terhadap tangan-tangan (lengan) saudara kalian dan janganlah kalian menyisakan celah-celah bagi setan. Barangsiapa yang menyambung shaf, niscaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan-nya, maka Allah akan memutuskannya. ( HR.Ahmad. Berkata Syekh Al-Arnuth isnadnya shahih).
Insya Allah bersambung ....
Komentar
Posting Komentar