Shalat Diantara Dua Tiang

DILARANG SHALAT DIANTARA DUA TIANG

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Sering penulis lihat, banyak masjid-masjid yang penuh dengan tiang-tiang di dalamnya yang menyebabkan terputusnya shaf-shaf shalat. Dimana banyak makmum shalat diantara dua tiang. Padahal Nabi shallallahu alaihi wa sallam melarang perbuatan ini dan para salaf menghindarinya untuk shalat diantara dua tiang.

Larangan Shalat Diantara Dua Tiang

Larangan shalat diantara dua tiang, para ulama menghukuminya bukan dalam artian mengharamkan, tetapi hanya sekedar perkara yang dibenci (makruh).

Pelarangan shalat diantara dua tiang berdasarkan dalil dibawah ini :

Dari Mu’âwiyah bin Qurroh dari bapaknya, dia berkata:

كُنَّا نُنْهَى أَنْ نَصُفَّ بَيْنَ السَّوَارِي عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنُطْرَدُ عَنْهَا طَرْدًا»

“Kita dilarang untuk membuat shaf diantara tiang-tiang di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kami dijauhkan dari hal tersebut sejauh-jauhnya.”_ [HR. Ibnu Mâjah. Berkata Syekh Al-Albâni : Hadits Hasan dan Berkata Syekh Syuaib Al Arnuth : Hadits Hasan).

Dan Dari ‘Abdul Hamîd bin Mahmûd rahimahullah berkata:

صَلَّيْنَا خَلْفَ أَمِيرٍ مِنَ الأُمَرَاءِ، فَاضْطَرَّنَا النَّاسُ فَصَلَّيْنَا بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ فَلَمَّا صَلَّيْنَا، قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ: كُنَّا نَتَّقِي هَذَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Suatu ketika kami sholat dibelakang salah seorang penguasa, maka orang-orang saling berdesakan yang kemudian mengakibatkan kami sholat diantara dua tiang; maka kami pun sholat. Anas bin Mâlik mengatakan: Kami dulu menjauhi hal seperti ini di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.  (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dâwud. Berkata Syekh Al-Albâni : Hadits Shahih. Berkata Ibnu Hajar : Hadits Shahih).

Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Shalat Diantara Dua Tiang

Tentang hukum shalat diantara dua tiang  para ulama berbeda pendapat. Ada yang memakruhkannya dan ada pula yang membolehkannya.

Berkata Imam at-Tirmidzî rahimahullah :

وَقَدْ كَرِهَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ: أَنْ يُصَفَّ بَيْنَ السَّوَارِي، وَبِهِ يَقُولُ أَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ، وَقَدْ رَخَّصَ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ فِي ذَلِك
َ
“Sekelompok ahli ilmu menilai makruh membuat shaf di antara tiang-tiang dan ini dipegang Ahmad dan Ishaq, tetapi sekelompok ahli ilmu lain memberi keringanan dalam masalah ini.” [Al-Jâmi’ (I/443)]

Ulama yang membolehkan shalat diantara dua tiang berdalil dengan perbuatan nabi shallallahu alaihi wa sallam yang pernah shalat diantara dua tiang.

Ibnu ‘Umar bertanya kepada Bilal yang menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam Ka’bah:

أَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الكَعْبَةِ؟ قَالَ: «نَعَمْ، رَكْعَتَيْنِ، بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ اللَّتَيْنِ عَلَى يَسَارِهِ إِذَا دَخَلْتَ، ثُمَّ خَرَجَ، فَصَلَّى فِي وَجْهِ الكَعْبَةِ رَكْعَتَيْنِ»

“Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di dalam Ka’bah?” Dia menjawab, “Ya. Dua rakaat di antara dua tiang yang berada di samping kiri beliau saat masuk. Kemudia beliau keluar lalu shalat menghadap arah Ka’bah dua rakaat.” (HR. Al-Bukhari).

Sedangkan ulama yang memakruhkan, mereka berpendapat bahwa hadits diatas, itu untuk dalil bolehnya orang yang shalat sendiri atau seorang imam, bukan untuk shalat berjamaah. Sedangkan untuk shalat berjamaah, makmum tidak boleh shalat diantara dua tiang.

Berkata Syaraful Haq Abadi rahimahullah :

وَأَمَّا حَدِيثُ الْبَابِ فَفِيهِ النَّهْيُ عَنْ مُطْلَقِ الصَّلَاةِ بَيْنَ السَّوَارِي فَيُحْمَلُ الْمُطْلَقُ عَلَى الْمُقَيَّدِ، وَيَدُلُّ عَلَى ذَلِكَ صَلَاتُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ، فَيَكُونُ النَّهْيُ عَلَى هَذَا مُخْتَصًّا بِصَلَاةِ الْمُؤْتَمِّينَ بَيْنَ السَّوَارِي دُونَ صَلَاةِ الْإِمَامِ وَالْمُنْفَرِدِ، وَهَذَا أَحْسَنُ مَا يُقَالُ، وَمَا تَقَدَّمَ مِنَ الْقِيَاسِ عَلَى الْإِمَامِ وَالْمُنْفَرِدِ فَاسِدُ الِاعْتِبَارِ لِمُصَادَمَتِهِ لِلْأَحَادِيثِ، هَذَا تَلْخِيصُ مَا قَالَ الشَّوْكَانِيُّ فِي النَّيْل

“Dalam hadits Anas ini terdapat larangan secara mutlaq shalat di antara tiang-tiang. Yang muthlaq ini dibawa ke muqayyad. Yang menunjukkan hal ini adalah shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di antara dua tiang. Oleh karena itu, larangan ini khusus untuk shalatnya makmum bukan shalatnya imam dan munfarid. Inilah pendapat yang paling baik, sementara mengqiyaskan imam dan munfarid adalah qiyas yang rusak karena bertentangan dengan hadits-hadits. Inilah ringkasan yang disampaikan oleh asy-Syaikani dalam Nailul Authâr.” [‘Aunul Ma’bûd (II/262) olehnya]

Berkata Ibnu Hibbân rahimahullah :

هَذَا الْفِعْلُ يُنْهَى عَنْهُ بَيْنَ السَّوَارِي جَمَاعَةً، وَأَمَّا اسْتِعْمَالُ الْمَرْءِ مثله منفردا، فجائز.

“Perbuatan ini dilarang shalat diantara tiang-tiang dalam keadaan berjama’ah, adapun seseorang yang mengerjakannya yang semisal dengan hal itu dalam keadaan munfarid, maka boleh.” [Lihat “Shohih Ibnu Hibbân” (no.2220)]

Berkata Ibnu Bathôl rahimahullah :

الصَّلاَةُ بَيْنَ السَّوَارِى جَائِزَةٌ، وَإِنَّمَا يُكْرَهُ أَنْ يَكُونَ الصَّفُّ يَقطْعَهُ أُسْطُوَانَةٌ إِذَا صَلُّوا جَمَاعَةً.

“Shalat diantara tiang-tiang adalah boleh, hanyalah dimakruhkan ketika shaf tersebut terpotong dengan tiang dalam keadaan mereka shalat secara berjama’ah.” [Lihat “Syarh Shohih Al-Bukhôri” oleh Ibnu Bathôl (hadits no.121)]

Boleh Bagi Yang Shalat Sendiri Atau Imam, Shalat Diantara Dua Tiang

Bagi orang yang shalat sendirian atau menjadi imam boleh untuk shalat diantara dua tiang. Dalilnya adalah hadits di atas tentang shalatnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam di dalam kabah diantara dua tiang.

Ibnu ‘Umar bertanya kepada Bilal yang menemani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam Ka’bah:

أَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الكَعْبَةِ؟ قَالَ: «نَعَمْ، رَكْعَتَيْنِ، بَيْنَ السَّارِيَتَيْنِ اللَّتَيْنِ عَلَى يَسَارِهِ إِذَا دَخَلْتَ، ثُمَّ خَرَجَ، فَصَلَّى فِي وَجْهِ الكَعْبَةِ رَكْعَتَيْنِ»

“Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di dalam Ka’bah?” Dia menjawab, “Ya. Dua rakaat di antara dua tiang yang berada di samping kiri beliau saat masuk. Kemudia beliau keluar lalu shalat menghadap arah Ka’bah dua rakaat.” (HR. Al-Bukhari).

Berkata Wiqô’ rahimahullah :

«كَانَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ يَؤُمُّنَا بَيْنَ سَارِيَتَيْنِ»

“Sa’id bin Jubair mengimami kami diantara dua tiang.”  (Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah (no.7507)]

Berkata Yazîd bin Abi Ziyâd rahimahullah :

«رَأَيْتُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيَّ يَؤُمُّ قَوْمَهُ بَيْنَ أُسْطُوَانَتَيْنِ»

“Aku melihat Ibrohim At-Taimi mengimami kaumnya diantara dua tiang.” [Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah”_ (no.7508)].

Berkata Ibnu Qudâmah rahimahullah :

وَلَا يُكْرَهُ لِلْإِمَامِ أَنْ يَقِفَ بَيْنَ السَّوَارِي، وَيُكْرَهُ لِلْمَأْمُومِينَ لِأَنَّهَا تَقْطَعُ صُفُوفَهُمْ.

“Tidaklah makruh bagi Imam untuk berdiri diantara tiang, dan dimakruhkan untuk para makmum karena hal tersebut memutus shoff mereka.” [Lihat “Al-Mughni” (2/161)]

Jika Jamaah Banyak Dan Berdesak-desakkan Boleh Shalat Diantara Dua Tiang

Jika keadaannya darurat dengan banyaknya orang yang shalat berjamaah dan sempitnya masjid, maka diperbolehkan makmum untuk shalat diantara dua tiang.

Berkata Imam Mâlik rahimahullah :

لاَ بَأْسَ بِالصَّلاَةِ بَيْنَ الأَسَاطِيْنِ لِضِيْقِ المَسْجِدِ.

“Tidak mengapa untuk shalat diantara dua tiang disebabkan sempitnya masjid.” [Syarh Shohih Al-Bukhôri” - Ibnu Bathôl (hadits no.121)].

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :

قَالَ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ كَرِهَ قَوْمٌ الصَّفَّ بَيْنَ السَّوَارِي لِلنَّهْيِ الْوَارِدِ عَنْ ذَلِكَ وَمحل الْكَرَاهَة عِنْد عدم الضّيق وَالْحكمَة فِيهِ إِمَّا لِانْقِطَاعِ الصَّفِّ أَوْ لِأَنَّهُ مَوْضِعُ النِّعَالِ انْتَهَى

“Al-Muhibb Ath-Thobari mengatakan: sebagian kaum telah memandang makruh untuk membuat shaf diantara tiang karena adanya larangan dari hal tersebut; dan sisi makruhnya adalah ketika tidak adanya kesempitan tempat. Dan hikmah dari hal tersebut adalah hal tersebut (membuat shof diantara tiang) menyebabkan terputusnya shof atau hal itu adalah tempat menaruh sandal. (selesai).” [Fathul Bâri” (no.502)].

Berkata Asy-Syaikh Ibnu Utsaimîn rahimahullah :

“الصَّفُّ بَيْن السَّوَارِي جَائِزٌ إِذَا ضَاقَ المَسْجِدُ ، حَكَاهُ بَعْضُ العُلَمَاءِ إِجْمَاعًا ، وَأَمَّا عِنْدَ السَّعَةِ فَفِيْهِ خِلَافٌ ، وَالصَّحِيْحُ : أَنَّهُ مَنِهِيٌّ عَنْهُ؛ لِأَنَّهُ يُؤَدِّي إِلَى انْقِطَاعِ الصَّفِّ ، لاَ سِيَّمَا مَعَ عَرَضِ السَّارِيَةِ.

“Shaf diantara tiang adalah boleh ketika dalam keadaan sempitnya masjid, dihikayatkan sebagai Ijma’ oleh sebagian ‘Ulama. Adapun ketika dalam keadaan leluasa, maka terdapat pada silang pendapat. Yang benar adalah hal tersebut terlarang, karena menyebabkan terputusnya shaf, terlebih kalau tiangnya besar.” [Majmû Fatawa Ibnu Utsaimîn (13/34)]

Dan Berkata Asy-Syaikh Ibnu Utsaimîn rahimahullah :

إِذَا كَانَ لِحَاجَةٍ فَلَا بَأْسَ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَحَاجَةٍ فَإِنَّهُ مَكْرُوهٌ؛ لِأَنَّ الصَّحَابَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ – كَانُوا يَتَّقُونَ ذَلِكَ.

“Apabila ada hajat maka tidaklah mengapa, dan apabila tidak hajat maka hal tersebut makruh, karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum menghindari hal tersebut.” [Majmû Fatawa Ibnu Utsaimîn” (13/33)].

Asy-Syaikh Muqbil ketika ditanya tentang hukum shalat diantara, tiang, beliau menjawab:

هِيَ مَكْروهَةٌ في صَلاَةِ الجَمَاعَةِ، يَقُولُ أَنسٌ : «إِنَّهُمْ كَانُوا يَكْرَهُونَ ذَلِكَ ، لَكِنْ إِذَا ازْدَحَمَ المَسْجِدُ فَلَا بَأْسَ إِنْ شَاءَ الله

وَأَمَّا الرَّجُلُ يُصَلِّي مُنْفَرِدًا فَلاَ بَأْسَ أنْ يُصَلِّيَ بَيْنَ السَّوَارِي ، وَقَدْ كَانَ الصَّحَابَةُ يَبْتَدِرُونَ السَّوَارِيَ لِيُصَلُّوا إِلَيْهَا سَوَاءً أُصَلّى إِلَيْهَا أَو بَيْنَ السَّوَارِي لِلمُنْفَرِدِ وَلاَ مَانِعَ مِنْ هَذَا .

“Hal tersebut makruh ketika shalat jama’ah, Anas mengatakan: “Sesungguhnya mereka (para sahabat) memakruhkan hal tersebut.” Akan tetapi apabila masjidnya penuh, maka tidaklah mengapa in sya Allah.”

Adapun seseorang yang ia shalat munfarid, maka tidaklah mengapa untuk sholat diantara tiang, dan sungguh para shohabat mereka mencari tiang untuk sholat ke arahnya ) menjadikannya sutroh ); sama saja untuk dibuat sholat kesitu atau diantara tiang untuk seorang munfarid tidalah mengapa.” [Qom’ul Mu’ânid” (2/576-577)].

Kesimpulannya :
- Jika shalat sendiri atau menjadi imam diperbolehkan shalat diantara dua tiang.
- Jika shalat berjamaah, makmum dimakruhkan shalat diantara dua tiang.
- Jika jamaah banyak dan membludak, sedangkan tempatnya sempit, maka makmum diperbolehkan shalat diantara dua tiang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?