Amalan Di Bulan Muharram

INILAH AMALAN AHLUSSUNNAH DI BULAN MUHARRAM

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Perhitungan tahun hijriyah dimulai saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Beliau hijrah secara sembunyi-sembunyi ditemani dengan sahabatnya Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu anhu. Tidak terang-terangan, arak-arakan, apalagi dengan pawai obor.

Eforia tahun baru hijriyah dengan berbagai perayaan ini merupakan perkara baru dalam agama kita, dimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu anhum tidak pernah mencontohkannya.

Ada yang memperingatinya dengan renungan malam, munasabah dan ritual-ritual ibadah lainnya.

Ada juga sebagian orang, di bulan Muharram ini, digunakan untuk ritual memandikan benda-benda pusaka dan kereta kencana serta ada juga yang ngarak kerbau keramat.

Tidak ketinggalan orang-orang syiah pada tanggal 10 Muharram mengadakan acara ratapan, dengan melukai kepala dan tubuh-tubuh mereka dengan senjata tajam.

Lantas bagaimana dengan kaum muslimin ahlussunnah menyikapi bulan Muharram ini, Penulis akan paparkan sebagian amalan ahlussunnah di bulan Muharram.

Pertama, Berpuasa.

Perbanyak puasa di bulan Muharram, karena puasa di bulan Muharram, merupakan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan, terkhusus tanggal 10, atau boleh juga berpuasa dimulai tanggal 9 s/d 11 Muharram.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib (lima waktu) adalah shalat malam.“ (HR. Muslim).

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ.

“Dan puasa di hari ‘Asyura’ (10 Muharram)  saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu.” (HR. Muslim).

Berkata Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma :

حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ, قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: (( فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ.)) قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.” (HR. Bukhari).

Kedua, Banyak Berbuat Kebaikan
Dan Menghindari Berbuat Dosa

Bulan Muharram termasuk 4 bulan yang haram, bulan yang mulia. Empat bulan yang agung ini adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab, bulan yang sangat diistimewakan.

Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ ." رواه البخاري ).

“Dalam satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada 4 bulan haram, 3 bulan secara berurutan adalah Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajabnya Mudhor yang berada di antara Jumada dan Sya’ban”. (HR. Bukhori.

Empat bulan yang terlarang keras untuk berbuat zalim atau berbuat dosa. Karena berbuat dosa di dalamnya, lebih besar dosanya dibandingkan dengan berbuat dosa di bulan-bulan yang lain.

Allah Ta’ala berfirman:

{ إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْراً فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ }

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu di keempat bulan itu” (QS At-Taubah: 36).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

Allah Ta'ala berfirman:

{فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ}

Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan yang empat itu. (At-Taubah: 36).

في هذه الأشهر المحرمة ؛ لأنه آكد وأبلغ في الإثم من غيرها ، كما أن المعاصي في البلد الحرام تضاعف ،

Yakni dalam bulan-bulan Haram itu janganlah kalian berbuat aniaya terhadap diri kalian sendiri, karena dalam bulan-bulan Haram itu sanksi berbuat dosa jauh lebih berat daripada dalam hari-hari lainnya. Sebagaimana perbuatan maksiat yang dilakukan di dalam Kota Suci Mekah, berlipat ganda dosanya.  [Tafsir Ibnu Katsir].

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri dalam bulan yang empat itu. (QS. At-Taubah: 36).

إن الظلم في الأشهر الحرم أعظم خطيئة ووزرا ، من الظلم فيما سواها ، وإن كان الظلم على كل حال عظيما ، ولكن الله يعظم من أمره ما يشاء

Sesungguhnya melakukan perbuatan aniaya dalam bulan-bulan Haram, maka dosa dan sanksinya jauh lebih besar daripada melakukan perbuatan aniaya dalam bulan-bulan yang lain, sekalipun pada prinsipnya perbuatan aniaya itu kapan saja dilakukan dosanya tetap besar. Tetapi Allah lebih memperbesar urusan-Nya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Begitu pula perbuatan baik, akan dilipatgandakan pahalanya di bulan-bulan haram ini, sebagaimana perbuatan maksiat, akan dilipatgandakan dosanya.

Berkata Ali Ibnu Abu Talhah radhiyallahu anhu dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau berkata sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ....sampai akhir ayat. (QS. At-Taubah: 36),

فلا تظلموا فيهن أنفسكم ) في كلهن ، ثم اختص من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حراما ، وعظم حرماتهن ، وجعل الذنب فيهن أعظم ، والعمل الصالح والأجر أعظم

Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri dalam semua bulan. Kemudian dikecualikan dari semua bulan itu sebanyak empat bulan. Keempat bulan itu dijadikan sebagai bulan Haram (suci) yang kesuciannya diagungkan, dan sanksi atas perbuatan dosa yang dilakukan padanya diperbesar serta pahala amal saleh yang dilakukan di dalamnya diperbesar pula. (Tafsir Ibnu Katsir).

Ketiga, Larangan Berperang

Berperang di ke empat bulan tersebut adalah haram, tidak boleh berperang di bulan-bulan tersebut.

Allah Ta'ala berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar” (QS. Al-Baqarah:217).

Dan Allah Ta’ala berfirman:

{ فَإِذَا انسَلَخَ الأشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ }

“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka Bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka.” (QS At-Taubah: 5)

Namun ketika berperangnya sebelum bulan haram dan terus berlangsung sehingga masuk bulan haram atau diserang musuh di bulan haram, maka boleh menurut pendapat  para ulama, karena berperangnya untuk membela diri, berdasarkan dalil berikut

Allah Ta’ala berfirman:

الشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمَاتُ قِصَاصٌ فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ

“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kalian, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadap kalian” (QS. Al-Baqarah:194).

Dan Allah Ta'ala  berfirman:

وَلا تُقَاتِلُوهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتَّى يُقَاتِلُوكُمْ فِيهِ فَإِنْ قَاتَلُوكُمْ فَاقْتُلُوهُم

“Dan janganlah kalian memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kalian di tempat itu. Jika mereka memerangi kalian (di tempat itu), maka bunuhlah mereka” (QS. Al-Baqarah: 191).

Berkata Ibnu Muflih rahimahullah :

وَيَجُوزُ القتال في الشهر الحرام دفعا ، إجماعا

“Berdasarkan ijma’ Ulama, boleh melakukan peperangan pada bulan-bulan haram dengan tujuan membela diri (dari serangan)” . )Zaadul Ma’aad:).

Berkata Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu:

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْزُو فِي الشَّهْرِ الْحَرَامِ إِلَّا أَنْ يُغْزَى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berperang pada bulan haram kecuali beliau diserbu atau mereka (kaum Muslimin) diserbu” (HR. Ahmad).

Inilah sebagian amalan ahlussunnah di bulan Muharram, mudah-mudahan kita bisa mengamalkannya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?