Tinggalkan Tarekat Shufi
TINGGALKAN SHUFI TAREKAT !!!
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Seseorang pernah berkata, "Kalau orang shufi bertanya, jangan dijawab, karena jawaban apapun, walaupun seabrek dalil, pasti disalahkan dan ujung-ujungnya, dia katakan, kamu masih tingkat syariat."
Di dalam tarekat sufi ada istilah berjenjang yang dinamakan syariat, thariqah, hakikat dan ma’rifat. Kalau seseorang masih shalat, puasa, haji dan ritual ibadah lainnya, mereka sebut masih tingkat syariat. Apabila sudah semakin gila, tidak shalat, tidak puasa, tidak haji, ngomongnya ngelantur, tingkah lakunya sudah tidak waras dan semakin dungu, maka dia sudah mencapai maqom (kedudukan) hakikat dan ma’rifat.
Pantaslah Imam Syafii rahimahullah mengatakan, bila belajar shufi dipagi hari, maka di siang hari (waktu dhuhur) sudah menjadi orang gila, orang tidak waras atau orang dungu.
Berkata Imam Asy Syâfi’i rahimahullah :
لَوْ أَنَّ رَجُلاً تَـصَوَّفَ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ لَمْ يَأْتِ عَلَيْهِ الظُّهْرُ إِلاَّ وَجَدْتَـهُ أَحْمَقَ
“Kalau ada orang menjadi Shufi di pagi hari, maka tidaklah datang waktu Zhuhur kecuali orang tersebut akan engkau jumpai menjadi manusia yang dungu”. [Manâqib Syâfi’i karya Imam al-Baihaqi 2/207]
Dalam ajaran islam yang dibawa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam tidak mengenal jenjang seperti itu.
Bahkan ajaran shufi tidak dikenal di masa generasi islam terbaik, shahabat, tabiin dan tabiut tabiin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:
وأما لفظ الصوفية فإنه لم يكن مشهوراً في القرون الثلاثة وإنما اشتهر التكلم به بعد ذلك .
" مجموع الفتاوى " ( 11 / 5 ) .
“Adapun kata “Shufi” belum terkenal pada tiga abad pertama, akan tetapi istilah itu baru dikenal setelah berlalunya tiga generasi tersebut”. (Majmu’ Fatawa: 11/5)
Ajaran shufi penuh dengan bid"ah dan khurafat, ini tampak penyelisihan mereka dalam amal ibadah yang jauh dari ajaran Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.
Contoh misalkan dalam penentuan awal ramadhan dan akhir ramadhan. Kaum muslimin semenjak zaman Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sampai zaman sekarang ini, penentuan awal dan akhir ramadhan dengan melihat hilal (melihat bulan), sedangkan sekelompok tarekat shufi penentuannya dengan melihat pasang surut air laut, wangsit atau ilham dari langit yang datang kepada pemimpinnya dan lain sebagainya.
Satu hal ini saja, tentang perkara penentuan awal dan akhir ramadhan sudah membuktikan penyimpangan mereka dari ajaran Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Belum lagi tentang cara dan bacaan dzikir mereka, shalawat mereka dan ritual ibadah lainnya.
Betul-betul mereka menyelisihi ajaran Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dan praktek amaliyah para sahabat Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Benar-benar mereka sesat dan menyimpang dari petunjuk Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.
Para ulama yang tergabung dalam al lajnah ad daimah (MUInya Arab Saudi) ditanya :
هل يوجد في الإسلام طرق متعددة مثل : الطريقة الشاذلية ، والطريقة الخلوتية ، وغيرهما من الطرق ، وإذا وجدت هذه الطرق فما هو الدليل على ذلك ؟ وما معنى قول الحق تبارك وتعالى { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ } الأنعام / 153 ، وما معنى قوله أيضاً : { وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ } النحل / 9 ، ما هي السبل المتفرقة ، وما هو سبيل الله ، ثم ما معنى قول الرسول صلى الله عليه وسلم في حديثه الذي رواه عنه ابن مسعود أنه خط خطّاً ثم قال : " هذا سبيل الرشد " ثم خطَّ عن يمينه وعن شماله خطوطاً ثم قال : " هذه سبل على كل سبيل منها شيطان يدعو إليه " ؟
Apakah ada di dalam Islam tarekat-tarekat yang bermacam-macam, seperti: tarekat Syadzaliyah, tarekat Kholwatiyah dan lain sebagainya. Jika tarekat-tarekat tersebut ada, maka apa yang menjadi dalilnya? dan apa maksud dari firman Allah –Tabaraka wa Ta’ala-:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am: 153)
Dan apa maksud dari firman Alloh yang lain:
“Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar)”. (QS. An-Nahl: 9)
Mana saja beberapa jalan yang bermacam-macam?, dan mana yang dimaksud dengan sabilillah (jalan Alloh) ?. Kemudian apa maksud dari sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa beliau menggambar sebuah garis, kemudian bersabda:
“Ini adalah jalannya petunjuk.”
Kemudian beliau menggambar beberapa garis ke kanan dan ke kiri kemudian bersabda:
“Beberapa jalan ini, pada setiap jalannya adalah setan yang mengajaknya.”
Mereka (para ulama al lajnah ad daimah) menjawab:
لا يوجد في الإسلام شيء من الطرق المذكورة ، ولا من أشباههما ، والموجود في الإسلام هو ما دلت عليه الآيتان والحديث الذي ذكرتَ وما دلَّ عليه قوله صلى الله عليه وسلم : " افترقت اليهود على إحدى وسبعين فِرقة ، وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين فِرقة ، وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فِرقة ، كلها في النار إلا واحدة " ، قيل : من هي يا رسول الله ؟ قال : " من كان على مثل ما أنا عليه اليوم وأصحابي " ، وقوله عليه الصلاة والسلام : " لا تزال طائفة من أمتي على الحق منصورة ، لا يضرُّهم من خذلهم ولا من خالفهم حتى يأتي أمر الله وهم على ذلك " ، والحق هو اتباع القرآن الكريم والسنَّة النبويَّة الصحيحة الصريحة ، وهذا هو سبيل الله ، وهو الصراط المستقيم ، وهو قصد السبيل ، وهو الخط المستقيم المذكور في حديث ابن مسعود ، وهو الذي درج عليه أصحاب الرسول صلى الله عليه وسلم ورضي الله عنهم وعن أتباعهم من سلف الأمَّة ومن سار على نهجهم ، وما سوى ذلك من الطرق والفِرق هي السبل المذكورة في قوله سبحانه وتعالى : { وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ } الأنعام / 153 .
" فتاوى اللجنة الدائمة " ( 2 / 283 ، 284 ) .
“Tidak ada di dalam Islam seperti tarekat-tarekat yang telah disebutkan atau tarekat yang serupa dengannya. Yang ada di dalam Islam adalah apa yang ada di dalam kedua ayat dan hadits yang telah anda sebutkan bahwa beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Orang-orang Yahudi pecah menjadi 71 kelompok, orang-orang Nasrani pecah menjadi 72 kelompok, sedangkan umatku akan pecah menjadi 73 kelompok, semuanya di neraka kecuali satu (kelompok saja)”. Ada yang bertanya: “Siapa gerangan mereka (yang selamat) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah orang yang pedomannya seperti apa yang aku bawa saat ini dan para sahabtku.”
Dan sabda Nabi –‘alaihis shalatu was salam-:
“Senantiasa ada kelompok dari umatku yang membela kebenaran dan mereka adalah golongan yang ditolong. Tidak membahayakan mereka siapa yang mengabaikan mereka dan yang menyelisihi mereka, sehingga datang ketetapan Alloh sedangkan mereka tetap pada kondisi seperti itu.”
Yang benar adalah mengikuti Al Qur’anul Karim dan sunnah Nabawiyah yang shahih dan jelas. Inilah jalan Alloh, merupakan jalan yang lurus, jalan yang dituju, termasuk juga garis yang lurus yang telah disebutkan tadi di dalam hadits Ibnu Mas’ud. Dan itulah yang diajarkan kepada para sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan Alloh pun meridhoi mereka dan meridhoi pengikut mereka dari generasi salaf umat ini dan siapa saja yang berjalan di atas jalan mereka (3 abad terbaik). Tarekat-tarekat dan kelompok lainnya itulah yang merupakan jalan-jalan yang disebutkan dalam firman Alloh –Ta’ala- :
“Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya”. (QS. Al An’am: 153)
(Fatawa Lajnah Daimah: 2/283-284)
Untuk itu, jauhi dan tinggalkan ajaran shufi tarekat. Kembalilah kepada alquran dan as sunnah dengan pemahaman yang benar, pemahaman para salaf, pemahaman yang mengantarkan ke surga dan ridhanya Allah Ta"ala jika betul-betul kita mengikuti beragamnya para sahabat dengan baik.
Allah Ta"ala berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah 100).
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Seseorang pernah berkata, "Kalau orang shufi bertanya, jangan dijawab, karena jawaban apapun, walaupun seabrek dalil, pasti disalahkan dan ujung-ujungnya, dia katakan, kamu masih tingkat syariat."
Di dalam tarekat sufi ada istilah berjenjang yang dinamakan syariat, thariqah, hakikat dan ma’rifat. Kalau seseorang masih shalat, puasa, haji dan ritual ibadah lainnya, mereka sebut masih tingkat syariat. Apabila sudah semakin gila, tidak shalat, tidak puasa, tidak haji, ngomongnya ngelantur, tingkah lakunya sudah tidak waras dan semakin dungu, maka dia sudah mencapai maqom (kedudukan) hakikat dan ma’rifat.
Pantaslah Imam Syafii rahimahullah mengatakan, bila belajar shufi dipagi hari, maka di siang hari (waktu dhuhur) sudah menjadi orang gila, orang tidak waras atau orang dungu.
Berkata Imam Asy Syâfi’i rahimahullah :
لَوْ أَنَّ رَجُلاً تَـصَوَّفَ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ لَمْ يَأْتِ عَلَيْهِ الظُّهْرُ إِلاَّ وَجَدْتَـهُ أَحْمَقَ
“Kalau ada orang menjadi Shufi di pagi hari, maka tidaklah datang waktu Zhuhur kecuali orang tersebut akan engkau jumpai menjadi manusia yang dungu”. [Manâqib Syâfi’i karya Imam al-Baihaqi 2/207]
Dalam ajaran islam yang dibawa Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam tidak mengenal jenjang seperti itu.
Bahkan ajaran shufi tidak dikenal di masa generasi islam terbaik, shahabat, tabiin dan tabiut tabiin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:
وأما لفظ الصوفية فإنه لم يكن مشهوراً في القرون الثلاثة وإنما اشتهر التكلم به بعد ذلك .
" مجموع الفتاوى " ( 11 / 5 ) .
“Adapun kata “Shufi” belum terkenal pada tiga abad pertama, akan tetapi istilah itu baru dikenal setelah berlalunya tiga generasi tersebut”. (Majmu’ Fatawa: 11/5)
Ajaran shufi penuh dengan bid"ah dan khurafat, ini tampak penyelisihan mereka dalam amal ibadah yang jauh dari ajaran Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.
Contoh misalkan dalam penentuan awal ramadhan dan akhir ramadhan. Kaum muslimin semenjak zaman Nabi shallallaahu alaihi wa sallam sampai zaman sekarang ini, penentuan awal dan akhir ramadhan dengan melihat hilal (melihat bulan), sedangkan sekelompok tarekat shufi penentuannya dengan melihat pasang surut air laut, wangsit atau ilham dari langit yang datang kepada pemimpinnya dan lain sebagainya.
Satu hal ini saja, tentang perkara penentuan awal dan akhir ramadhan sudah membuktikan penyimpangan mereka dari ajaran Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Belum lagi tentang cara dan bacaan dzikir mereka, shalawat mereka dan ritual ibadah lainnya.
Betul-betul mereka menyelisihi ajaran Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dan praktek amaliyah para sahabat Nabi shallallaahu alaihi wa sallam. Benar-benar mereka sesat dan menyimpang dari petunjuk Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.
Para ulama yang tergabung dalam al lajnah ad daimah (MUInya Arab Saudi) ditanya :
هل يوجد في الإسلام طرق متعددة مثل : الطريقة الشاذلية ، والطريقة الخلوتية ، وغيرهما من الطرق ، وإذا وجدت هذه الطرق فما هو الدليل على ذلك ؟ وما معنى قول الحق تبارك وتعالى { وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ } الأنعام / 153 ، وما معنى قوله أيضاً : { وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ وَمِنْهَا جَائِرٌ وَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ } النحل / 9 ، ما هي السبل المتفرقة ، وما هو سبيل الله ، ثم ما معنى قول الرسول صلى الله عليه وسلم في حديثه الذي رواه عنه ابن مسعود أنه خط خطّاً ثم قال : " هذا سبيل الرشد " ثم خطَّ عن يمينه وعن شماله خطوطاً ثم قال : " هذه سبل على كل سبيل منها شيطان يدعو إليه " ؟
Apakah ada di dalam Islam tarekat-tarekat yang bermacam-macam, seperti: tarekat Syadzaliyah, tarekat Kholwatiyah dan lain sebagainya. Jika tarekat-tarekat tersebut ada, maka apa yang menjadi dalilnya? dan apa maksud dari firman Allah –Tabaraka wa Ta’ala-:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al An’am: 153)
Dan apa maksud dari firman Alloh yang lain:
“Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar)”. (QS. An-Nahl: 9)
Mana saja beberapa jalan yang bermacam-macam?, dan mana yang dimaksud dengan sabilillah (jalan Alloh) ?. Kemudian apa maksud dari sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa beliau menggambar sebuah garis, kemudian bersabda:
“Ini adalah jalannya petunjuk.”
Kemudian beliau menggambar beberapa garis ke kanan dan ke kiri kemudian bersabda:
“Beberapa jalan ini, pada setiap jalannya adalah setan yang mengajaknya.”
Mereka (para ulama al lajnah ad daimah) menjawab:
لا يوجد في الإسلام شيء من الطرق المذكورة ، ولا من أشباههما ، والموجود في الإسلام هو ما دلت عليه الآيتان والحديث الذي ذكرتَ وما دلَّ عليه قوله صلى الله عليه وسلم : " افترقت اليهود على إحدى وسبعين فِرقة ، وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين فِرقة ، وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فِرقة ، كلها في النار إلا واحدة " ، قيل : من هي يا رسول الله ؟ قال : " من كان على مثل ما أنا عليه اليوم وأصحابي " ، وقوله عليه الصلاة والسلام : " لا تزال طائفة من أمتي على الحق منصورة ، لا يضرُّهم من خذلهم ولا من خالفهم حتى يأتي أمر الله وهم على ذلك " ، والحق هو اتباع القرآن الكريم والسنَّة النبويَّة الصحيحة الصريحة ، وهذا هو سبيل الله ، وهو الصراط المستقيم ، وهو قصد السبيل ، وهو الخط المستقيم المذكور في حديث ابن مسعود ، وهو الذي درج عليه أصحاب الرسول صلى الله عليه وسلم ورضي الله عنهم وعن أتباعهم من سلف الأمَّة ومن سار على نهجهم ، وما سوى ذلك من الطرق والفِرق هي السبل المذكورة في قوله سبحانه وتعالى : { وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ } الأنعام / 153 .
" فتاوى اللجنة الدائمة " ( 2 / 283 ، 284 ) .
“Tidak ada di dalam Islam seperti tarekat-tarekat yang telah disebutkan atau tarekat yang serupa dengannya. Yang ada di dalam Islam adalah apa yang ada di dalam kedua ayat dan hadits yang telah anda sebutkan bahwa beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Orang-orang Yahudi pecah menjadi 71 kelompok, orang-orang Nasrani pecah menjadi 72 kelompok, sedangkan umatku akan pecah menjadi 73 kelompok, semuanya di neraka kecuali satu (kelompok saja)”. Ada yang bertanya: “Siapa gerangan mereka (yang selamat) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah orang yang pedomannya seperti apa yang aku bawa saat ini dan para sahabtku.”
Dan sabda Nabi –‘alaihis shalatu was salam-:
“Senantiasa ada kelompok dari umatku yang membela kebenaran dan mereka adalah golongan yang ditolong. Tidak membahayakan mereka siapa yang mengabaikan mereka dan yang menyelisihi mereka, sehingga datang ketetapan Alloh sedangkan mereka tetap pada kondisi seperti itu.”
Yang benar adalah mengikuti Al Qur’anul Karim dan sunnah Nabawiyah yang shahih dan jelas. Inilah jalan Alloh, merupakan jalan yang lurus, jalan yang dituju, termasuk juga garis yang lurus yang telah disebutkan tadi di dalam hadits Ibnu Mas’ud. Dan itulah yang diajarkan kepada para sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan Alloh pun meridhoi mereka dan meridhoi pengikut mereka dari generasi salaf umat ini dan siapa saja yang berjalan di atas jalan mereka (3 abad terbaik). Tarekat-tarekat dan kelompok lainnya itulah yang merupakan jalan-jalan yang disebutkan dalam firman Alloh –Ta’ala- :
“Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya”. (QS. Al An’am: 153)
(Fatawa Lajnah Daimah: 2/283-284)
Untuk itu, jauhi dan tinggalkan ajaran shufi tarekat. Kembalilah kepada alquran dan as sunnah dengan pemahaman yang benar, pemahaman para salaf, pemahaman yang mengantarkan ke surga dan ridhanya Allah Ta"ala jika betul-betul kita mengikuti beragamnya para sahabat dengan baik.
Allah Ta"ala berfirman :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah 100).
Komentar
Posting Komentar