Shalat Sunnah Selain Shalat Sunnah Rawatib

SHALAT SUNNAH SELAIN SHALAT SUNNAH RAWATIB

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Shalat sunnah diluar shalat sunnah rawatib begitu banyak. Penulis hanya akan tuliskan sebagian dari  shalat sunnah-sunah tersebut dan juga  keutamaannya.

Pertama, Shalat Tahajud

Shalat tahajud atau shalat malam, merupakan amalan shalat sunnah yang paling utama di bandingkan dengan shalat sunnah yang lain. Shalat tahajud merupakan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم).

Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu, adalah shalat malam (shalat tahajud). (HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

Shalat tahajud adalah shalat yang bisa mengantarkan bagi yang mengamalkannya ke surganya Allah Ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ ، وَصِلُوا الأَرْحَامَ ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ. (رواه ابن ماجة و الترمذي. قال الشيخ الألباني : صحيح).

Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah silaturrahim , dan shalatlah di malam hari ketika manusia  pada tidur, kalian semua akan masuk surga dengan selamat. (HR. Ibnu Majah dan At Tirmidzi dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).

Kedua, Shalat Witir

Shalat witir adalah shalat yang dilakukan di malam hari dengan jumlah rakaat yang ganjil, boleh 1,3 atau 5 rakaaat.

Shalat witir boleh dilakukan di awal waktu (setelah shalat isya) atau di akhir malam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan untuk senantiasa melakukan shalat witir.

Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا. (متفق عليه).

Jadikanlah shalat witir sebagai akhir shalat malam kalian. (HR. Bukkari Mulim dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu).

Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ خَافَ أَنْ لاَ يَقُومَ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ فَلْيُوتِرْ أَوَّلَهُ وَمَنْ طَمِعَ أَنْ يَقُومَ آخِرَهُ فَلْيُوتِرْ آخِرَ اللَّيْلِ فَإِنَّ صَلاَةَ آخِرِ اللَّيْلِ مَشْهُودَةٌ وَذَلِكَ أَفْضَلُ. (رواه مسلم).

"Barangsiapa khawatir tidak bangun pada bagian akhir malam, hendaknya ia shalat witir pada awal malam dan barangsiapa sangat ingin bangun pada akhirnya hendaknya ia shalat witir pada akhir malam karena shalat pada akhir malam itu disaksikan (oleh malaikat), dan hal itu lebih utama." (HR. Muslim dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu).

عَنْ أَبِى أَيُّوبَ الأَنْصَارِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الْوِتْرُ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِخَمْسٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِثَلاَثٍ فَلْيَفْعَلْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُوتِرَ بِوَاحِدَةٍ فَلْيَفْعَلْ. (رواه ابو داود والنسائي و البيهقي  .قال الشيخ الألباني : صحيح).

Dari Ayyub al-Anshory bahwa Rasulullah shallal-laahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Witir itu hak bagi setiap muslim. Barangsiapa mencintai shalat witir 5 rakaat hendaknya ia kerjakan, barangsiapa senang shalat witir 3 rakaat hendaknya ia kerjakan, barangsiapa senang shalat witir 1 rakaat hendaknya ia kerjakan."  (HR. Abu Daud, An Nasai dan Al Baihaqi. Berkata Syeikh Al Albani : Hadist Shahih).

Ketiga, Shalat Sunnah Dhuha.

Shalat dhuha adalah shalat yang dilakukan setelah terbitnya matahari sampai menjelang dhuhur. Bilangan rakaatnya bisa hanya 2 rakaat atau sampai 12 rakaat.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَوْصَانِي خَلِيلِي صلى الله عليه وسلم بِثَلاَثٍ صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ. (رواه متفق عليه).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, kekasihku shallallahu ‘alaihi wa sallam menasehatiku untuk melakukan puasa sebanyak tiga hari dalam setiap bulan, dua rakaat sunnah Dhuha dan shalat witir  sebelum tidur." (HR. Bukhari Muslim).

عَنْ أَبِى ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ « يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى ». (رواه مسلم).

Dari Abu Zar radhiyallahu ‘anhu. dari Nabi shallallahu ‘alaii wa sallam, bahwasannya Beliau bersabda : "Setiap ruas tulang dari salah seseorang di antara kalian itu harus ada sedekahnya pada setiap pagi hari, setiap tasbih (subhannallah) adalah shadaqah, setiap tahmid (alhamdulillah) adalah shadaqah, setiap tahlil (la ilaha ilallah) adalah shadaqah, setiap takbir (allahu akbar) adalah shadaqah, memerintahkan kepada kebaikan adalah shadaqah, melarang dari kemunkaran adalah shadaqah dan yang sedemikian itu dapat dicukupi oleh dua rakaat yang dilakukan oleh seseorang dart shalat Dhuha." (HR.  Muslim).

Waktu shalat dhuha dimulai setelah terbit matahari sampai menjelang shalat duhur.

Dari ‘Amr bin ‘Abasah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلِّ صَلاَةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَتَّى تَرْتَفِعَ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ حِينَ تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ

“Kerjakan shalat shubuh kemudian tinggalkan shalat hingga matahari terbit, sampai matahari meninggi. Ketika matahari terbit, ia terbit di antara dua tanduk setan, saat itu orang-orang kafir sedang bersujud.” (HR. Muslim no. 832). (Lihat Minhatul ‘Allam, 3: 347).

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin :

Awal waktu shalat Dhuha adalah ketika matahari meninggi setinggi tombak ketika dilihat yaitu 15 menit setelah matahari terbit.” (Syarh Al Arba’in An Nawawiyah, hal. 289).

Dan beliau berkata tentang akhir shalat dhuha :

“Sekitar 10 atau 5 menit sebelum waktu zawal (matahari tergelincir ke barat).”  (Syarh Al Arba’in An Nawawiyah, hal. 289)

Waktu yang terbaik mengerjakan shalat dhuha ketika keadaan semakin panas.

Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melaksanakan shalat Dhuha, lantas ia mengatakan, :

أَمَا لَقَدْ عَلِمُوا أَنَّ الصَّلاَةَ فِى غَيْرِ هَذِهِ السَّاعَةِ أَفْضَلُ. إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ صَلاَةُ الأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ

“Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “(Waktu terbaik) shalat awwabin (shalat Dhuha) yaitu ketika anak unta merasakan terik matahari.” (HR. Muslim no. 748). Artinya, ketika kondisi panas di akhir waktu.

Keempat, Shalat Sunnah Tahiyyatul Masjid.

Shalat sunnah ini dilakukan ketika orang baru masuk masjid. Tidak boleh seseorang masuk masjid langsung duduk, tapi disunnahkan untuk shalat 2 rakaat.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ دَخَل رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَخْطُبُ فَقَالَ أَصَلَّيْتَ قَالَ : لاَ قَالَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ. (رواه متفق عليه).

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Datang seorang laki-laki pada hari jumat dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah, lalu Beliau bertanya : “Apakah kamu sudah shalat (shalat sunnah tahiyyatul masjid)?” Dia menjawab : “Belum”.  Maka Beliau bersabda : “Bangunlah untuk shalat 2 rakaat!” (HR. Bukhari Muslim).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ. (رواه البخاري)

Apabila salah seorang diatara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk, sebelum shalat 2 rakaat. (HR. Bukhari dari Abu Qatadah bin Rib’iyyi Al Anshari radhiyallahu ‘anhu).

Kelima, Shalat Sunnah Wudhu.

Shalat sunnah wudhu ini dilakukan setiap selesai  berwudhu sebanyak 2 rakaat. Shalat sunnah ini sering dilakukan oleh sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni Bilal Bin Rabbah radhiyallahu anhu. Sampai-sampai suara sandalnya sudah terdengar di surga karena amalannya itu.  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Bilal:

يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ ، أَوْ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ. (رواه متفق عليه).

"Hai Bilal, beritahukanlah kepada saya dengan amalan yang paling engkau harapkan pahalanya di dalam Islam, karena sesungguhnya saya mendengar suara kedua sandalmu di hadapaku  di dalam syurga." Bilal menjawab: "Saya tidak melakukan sesuatu amalan yang lebih saya harapkan di sisiku daripada kalau saya habis bersuci di waktu malam ataupun siang, kecuali saya shalat dengan bersuciku itu, sebagaimana yang ditentukan untukku (setiap habis berwudhu' lalu melakukan shalat sunnah wudhu')." (HR, Bukhari Muslim).

Masih banyak shalat-shalat sunnah yang lain, diantaranya shalat sunnah gerhana matahari, shalat minta hujan (istisqa), shalat taubat  dan lain sebagainya.

Semoga bermanfaat dan menambah wawasan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?