Mengikuti Kebenaran Sesuai Hawa Nafsu
MENGIKUTI KEBENARAN SESUAI HAWA NAFSU
Jika kebenaran itu sesuai dengan hawa nafsu, maka dia ikuti, jika tidak sesuai, maka dia tolak.
Itulah manusia-manusia hamba hawa nafsu, yang sesat dan menyesatkan.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, beliau menukik perkataan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah.
Berkata Umar bin Abdul Aziz rahimahullah :
لا تكن ممن يتبع الحق إذا وافق هواه ويخالفه إذا خالف هواه . الفتاوى (٤٨٠/١٠)
Janganlah engkau menjadi orang yang mengikuti kebenaran jika kebenaran itu sesuai dengan hawa nafsunya, dan menyelisihi kebenaran jika kebenaran itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya." [Al-Fatawa (10/480)]
Allah Ta'ala berfirman:
بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (22) أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23) }
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, ... (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, tentang firman Allah Ta'ala:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Yakni sesungguhnya dia hanya diperintahkan oleh hawa nafsunya. Maka apa saja yang dipandang baik oleh hawa nafsunya, dia kerjakan; dan apa saja yang dipandang buruk oleh hawa nafsunya, dia tinggalkan. Ayat ini dapat juga dijadikan sebagai dalil untuk membantah golongan Mu'tazilah yang menjadikan nilai buruk dan baik berdasarkan kriteria rasio mereka. Menurut apa yang diriwayatkan dari Malik sehubungan dengan tafsir ayat ini, orang tersebut tidak sekali-kali menyukai sesuatu melainkan dia mengabdinya.
Firman Allah Ta'ala :
وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ
Dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (QS. Al-Jatsiyah: 23). (Tafsir Ibnu Katsir).
Abu Fadhel Majalengka
Jika kebenaran itu sesuai dengan hawa nafsu, maka dia ikuti, jika tidak sesuai, maka dia tolak.
Itulah manusia-manusia hamba hawa nafsu, yang sesat dan menyesatkan.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, beliau menukik perkataan Umar bin Abdul Aziz rahimahullah.
Berkata Umar bin Abdul Aziz rahimahullah :
لا تكن ممن يتبع الحق إذا وافق هواه ويخالفه إذا خالف هواه . الفتاوى (٤٨٠/١٠)
Janganlah engkau menjadi orang yang mengikuti kebenaran jika kebenaran itu sesuai dengan hawa nafsunya, dan menyelisihi kebenaran jika kebenaran itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya." [Al-Fatawa (10/480)]
Allah Ta'ala berfirman:
بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (22) أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (23) }
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya, ... (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, tentang firman Allah Ta'ala:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Yakni sesungguhnya dia hanya diperintahkan oleh hawa nafsunya. Maka apa saja yang dipandang baik oleh hawa nafsunya, dia kerjakan; dan apa saja yang dipandang buruk oleh hawa nafsunya, dia tinggalkan. Ayat ini dapat juga dijadikan sebagai dalil untuk membantah golongan Mu'tazilah yang menjadikan nilai buruk dan baik berdasarkan kriteria rasio mereka. Menurut apa yang diriwayatkan dari Malik sehubungan dengan tafsir ayat ini, orang tersebut tidak sekali-kali menyukai sesuatu melainkan dia mengabdinya.
Firman Allah Ta'ala :
وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ
Dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya. (QS. Al-Jatsiyah: 23). (Tafsir Ibnu Katsir).
Abu Fadhel Majalengka
Komentar
Posting Komentar