Ahlul Bid'ah Lebih Berbahaya Daripada Orang Kafir

BETULKAH AHLUL BID'AH LEBIH BERBAHAYA DARIPADA ORANG KAFIR?

Inilah beberapa pendapat para ulama ahlussunnah wal jamaah tentang perkara ini.

Berkata al-‘Allamah asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah:

“قال السلف وكثير منهم : إن أهل البدع أضر على الإسلام من الأعداء الخارجين، لماذا؟ لأن هذا يخرب من الداخل، وبعد ذلك يفتح الباب للعدو يقول له: ادخل!”
المجموع الرائق – ص39

“Para Salaf dan banyak dari mereka mengatakan, bahwa Ahlul Bid’ah LEBIH BERBAHAYA terhadap Islam daripada musuh-musuh dari luar (yakni, orang-orang kafir). Kenapa??!

Karena Ahlul Bid’ah ini menghancurkan Islam dari dalam, kemudian setelah itu dia membukakan pintu untuk musuh dan mengatakan kepadanya, ‘masuklah!’ “ (al-Majmu’ ar-Ra’iq, 39).

Berkata Ibnul-Jauziy rahimahullah :

قال أبو الوفاء علي بن عقيل الفقيه : قال شيخنا أبو الفضل الهمداني : مبتدعة الإسلام، والوضاعون للأحاديث أشد من الملحدين؛ لأن الملحدين قصدوا إفساد الدين من الخارج، وهؤلاء قصدوا إفساده من الداخل؛ فهم كأهل بلد سعوا في إفساد أحواله، والملحدون كالمحاصرين من الخارج، فالدخلاء يفتحون الحصن؛ فهم شر على الإسلام من غير الملابسين له

“Abul-Wafaa’ ‘Aliy bin ‘Aqiil Al-Faqiih berkata : Telah berkata syaikh kami Abul-Fadhl Al-Hamdaaniy : ‘Mubtadi’ (ahli bid’ah) dalam Islam dan para pemalsu hadits lebih berbahaya dibandingkan orang-orang mulhid (atheis/kafir), karena orang-orang mulhid ingin merusak agama dari luar, sedangkan mereka ingin merusak Islam dari dalam. Mereka itu seperti penduduk negeri yang berusaha merusak keadaan mereka sendiri. Adapun orang-orang mulhid seperti orang yang melakukan pengepungan dari luar, sedangkan orang-orang yang berada di dalam (yaitu ahli bid’ah dan para pemalsu hadits) membukakan gerbang bentengnya. Oleh karena itu, mereka (ahli bid’ah) lebih jelek terhadap Islam daripada orang-orang yang terang-terangan memusuhi Islam” [Al-Maudluu’aat, 1/51].

Berkata Al-Haafidh ‘Abdul-Ghaniy Al-Maqdisiy rahimahullah :

واعلم رحمك الله أن الإسلام وأهله أُتُوا من طوائف ثلاثة : فطـائفة رَدَّت أحاديث الصفـات، وكذبوا رواتها؛ فهؤلاء أشد ضرراً على الإسلام وأهله من الكفار.
وطـائفة قـالوا : بصحـتها وقبولها ثم تأولوها؛ فهؤلاء أعظم ضرراً من الطائفة الأولى. والثـالـثة : جـانبوا القولين الأولين؛ وكانوا أعظم ضرراً من الطائفتين الأولين

“Dan ketahuilah – semoga Allah merahmatimu – bahwa Islam dan orang-orangnya (kaum muslimin) didatangi oleh tiga golongan manusia:

1.    golongan yang menolak hadits-hadits sifat dan mendustakan para perawinya, maka mereka itu lebih berbahaya terhadap Islam dan kaum muslimin daripada orang-orang kafir;

2.    golongan yang mengatakan (mengakui) tentang keshahihannya dan menerimanya, lalu menta’wilkannya, maka mereka lebih besar bahayanya daripada golongan yang pertama; serta

3.    golongan ketiga yang menjauhkan diri dari dua pendapat awal, maka mereka lebih besar bahayanya daripada dua golongan sebelumnya” [‘Aqiidah Al-Haafidh ‘Abdil-Ghaniy, hal. 121].

Syaikhul-Islaam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:

فإن بيان حالهم، وتحذير الأمة منهم واجب باتفاق المسلمين، حتى قيل لأحمد بن حنبل : الرجل يصوم ويصلي ويعتكف أحب إليك، أو يتكلم في أهل البدع ؟ .  فقال : "إذا صام وصلى واعتكف فإنما هو لنفسه، وإذا تكلم في أهل البدع فإنما هو للمسلمين.
فتبين أن نفع هذا عام للمسلمين في دينهم، من جنس الجهاد في سبيل   الله؛ إذ تطهير سبيل الله، ودينه، ومنهاجه، وشرعته، ودفع بغي هؤلاء وعدوانهم على ذلك؛ واجب على الكفاية باتفاق المسلمين.
ولو لا من يقيمه الله لدفع ضرر هؤلاء لفسد الدين، وكان فساده أعظم من فساد استيلاء العدو من أهل الحرب؛ فإن هؤلاء إذا استولوا لم يفسدوا القلوب وما فيها من الدين إلا تبعاً، وأما أولئك فهم يفسدون القلوب ابتداءً.
وأعداء الدين نوعان : الكفار والمنافقون.
وقد أمر الله بجهاد الطائفتين في قوله: { جاهد الكفار والمنافقين واغلظ عليهم } في آيتين من القرآن.
فإذا كان أقوام منافقون، يبتدعون بدعاً تخالف الكتاب، ويلبسونها على الناس، ولم تُـبَـيّـن للناس؛ فسد أمر الكتاب، وبدل الدين، كما فسد دين أهل الكتاب قبلنا بما وقع فيه من التبديل الذي لم ينكر على أهله.

“Hal itu dikarenakan menjelaskan keadaan mereka (ahli bid’ah dan orang-orang yang menyimpang) dan memperingatkan umat dari mereka adalah wajib berdasarkan kesepakatan (ijmaa’) kaum muslimin. Hingga pernah dikatakan kepada Ahmad bin Hanbal : ‘Orang yang puasa, shalat, dan beri’tikaf dengan orang yang berbicara (menerangkan) tentang keadaan ahli bid’ah, manakah yang lebih engkau sukai ?’. Ia (Ahmad) menjawab : ‘Apabila orang tersebut puasa, shalat, dan beri’tikaf, maka ibadah itu hanya untuk dirinya sendiri. Namun apabila ia berbicara (menerangkan) keadaan ahli bid’ah, maka itu bermanfaat bagi kaum muslimin’.

Maka menjadi jelaslah bahwa manfaat perbuatan tersebut adalah umum bagi kaum muslimin dan agama mereka, dan itu termasuk jihad di jalan Allah (fii sabiilillah), karena membersihkan jalan Allah, agama-Nya, manhaj-Nya, dan syari’at-Nya (dari berbagai penyimpangan), dan menolak kedhaliman dan permusuhan mereka adalah fardlu kifayah berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.

Seandainya bukan karena orang yang Allah tegakkan untuk menolak bahaya mereka, niscaya akan rusaklah agama. Kerusakan agama lebih besar bahayanya daripada kerusakan yang diakibatkan penguasaan musuh Islam dari kalangan kafir harbi. Penguasaan kafir harbi tidak menyebabkan rusaknya hati dan agama yang ada di dalamnya (hati dan jiwa), kecuali beberapa waktu kemudian. Adapun mereka (ahli bid’ah) merusak hati (kaum muslimin) semenjak awal.

Musuh agama ada dua macam, yaitu orang-orang kafir dan munafik. Allah telah memerintahkan untuk berjihad melawan dua golongan ini melalui firman-Nya : ‘Berjihadlah melawan orang-orang kafir dan munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka’ – yang terdapat dua ayat dalam Al-Qur’an.

Apabila orang-orang munafik berbuat kebid’ahan yang menyelisihi Al-Qur’an dan menyamarkannya (talbiis) kepada manusia, lalu hal itu tidak dijelaskan kepada manusia, niscaya rusak Al-Qur’an dan tergantikanlah agama (dengan selain syari’at-Nya) sebagaimana telah rusak agama Ahli Kitab sebelum kita (Yahudi dan Nashrani) akibat tabdiil (penggantian syari’at) yang tidak diingkari oleh pemeluknya” [Majmuu’atur-Rasaail wal-Masaail, 5/109-111].

Berkata Asy-Syaathibiy rahimahullah :

حين تكون الفِرقة تدعو إلى ضلالتها، وتزينها في قلوب العوام، ومن لا علم عنده؛ فإن ضرر هؤلاء على المسلمين كضرر إبليس، وهم من شياطين الإنس؛ فلا بد من التصريح بأنهم من أهل البدع والضلالة، ونسبتهم إلى الفرق إذا قامت الشهود على أنهم منهم.
فمثل هؤلاء لابد من ذكرهم، والتشريد بهم؛ لأن ما يعود على المسلمين من ضررهم إذا تُرِكوا أعظم من الضرر الحاصل بذكرهم والتنفير منهم؛ إذا كان سبب ترك التعيين الخوف من التفرق والعداوة.
ولا شك أن التفرق بين المسلمين، وبين الداعين إلى البدعة وحدهم ـ إذا أقيم عليهم ـ أسهل من التفرق بين المسلمين وبين الداعين، ومن شايعهم واتبعهم.
وإذا تعارض الضرران فالمرتكب أخفهما وأسهلهما، وبعض الشر أهون من جميعه، كقطع اليد المتآكلة؛ إتلافها أسهل من إتلاف النفس.
وهـذا حكم الشــرع أبـــداً : يطــرح حــكـم الأخـف وقاية من الأثقــل.

“Ketika satu kelompok mengajak kepada kesesatannya dan menghiasinya pada hati-hati orang awam dan orang tak berilmu, maka kerusakan/bahaya mereka terhadap kaum muslimin seperti kerusakan yang ditimbulkan oleh Iblis. Mereka itu adalah setan-setan dari jenis manusia. Harus dijelaskan bahwa mereka adalah ahli bid’ah dan penyeru kesesatan. Penisbatan mereka kepada kelompok-kelompok (sesat) dilakukan apabila telah tegak bukti bahwa mereka memang termasuk kelompok tersebut.

Yang semisal mereka harus disebutkan (kesesatannya) dan memisahkan darinya. Hal itu dikarenakan kerusakan/bahaya mereka yang akan menimpa kaum muslimin apabila (penjelasan terhadap kesesatan mereka) ditinggalkan, lebih besar daripada kerusakan yang ditimbulkan dari penyebutan mereka dan anjuran untuk menjauhkan diri dari mereka - apabila sebab meninggakan ta’yin adalah khawatir menimbulkan perpecahan dan permusuhan.
Dan tidak diragukan lagi, perpecahan antara kaum muslimin dan penyeru kebid’ahan saja – apabila telah ditegakkan hujjah kepada mereka – , lebih ringan daripada perpecahan yang terjadi antara kaum muslimin dengan penyeru kebid’ahan plus orang-orang yang mendukung dan mengikuti mereka.
Apabila ada dua kerusakan yang saling berbenturan, maka yang diambil adalah yang paling ringan dan paling mudah. Sebagian kejelekan lebih ringan daripada keseluruhannya, seperti halnya memotong tangan penyakitan yang menggerogoti tubuh lebih ringan daripada hilangnya jiwa.
Maka ini adalah hukum syar’iy yang berlaku selamanya, yaitu menjatuhkan/menetapkan hukum yang lebih ringan dalam rangka melindungi yang lebih berat” [Al-I’tishaam, 2/228-229].

Berkata Asy-Syaukaaniy rahimahullah :

وقد تكون مفسدة اتباع أهوية المبتدعة أشد على هذه الملة من مفسدة اتباع أهوية أهل الملل؛ لأن المبتدعة ينتمون إلى الإسلام، ويظهرون للناس أنهم ينصرون الدين، ويتبعون أحسنه، وهم على العكس من ذلك، والضد لما هنالك، فلا يزالون ينقلون من يميل إلى أهويتهم من بدعة إلى بدعة، ويدفعونه من شنعة إلى شنعة، حتى يسلخوه من الدين، ويخرجوه منه، وهو يظن أنه منه في الصميم، وأن الصراط الذي عليه هو الصراط المستقيم.
هذا إن كان في عداد المقصرين، ومن جملة الجاهلين.
وإن كان من أهل العلم والفهم المميزين بين الحق والباطل؛ كان في اتباعه لأهويتهم ممن أضله الله على علم، وختم على قلبه، وصار نقمة على عباد الله، ومصيبة صبها   الله على المقصرين؛ لأنهم يعتقدون أنه في علمه وفهمه لا يميل إلا إلى الحق، ولا يتبع إلا الصواب؛ فيضلون بضلاله، فيكون عليه إثمه، وإثم من اقتدى به إلى يوم القيامة.
نسأل الله اللطف والسلامة والهداية.

“Kadang kerusakan yang ditimbulkan dari mengikuti hawa nafsu ahli bid’ah lebih besar bagi agama ini daripada kerusakan mengikuti hawa nafsu pemeluk agama lain (non-Islam), karena ahli bid’ah menyandarkan diri pada Islam dan menampakkan diri pada manusia bahwa diri mereka menolong agama dan mengikuti yang paling baik. Padahal keadaan mereka adalah sebaliknya. Mereka senantiasa membawa orang condong pada hawa nafsu mereka, dari satu bid’ah ke bid’ah lainnya; menggerakkannya dari satu kejelekan kepada kejelekan yang lain hingga akhirnya mengeluarkannya dari agama. Orang tersebut menyangka dirinya di atas kebenaran dan jalan yang ditempuh adalah jalan yang lurus (ash-shiraatul-mustaqiim). Inilah yang terjadi apabila ia termasuk orang yang meremehkan agama dan jahil (bodoh).
Apabila ia termasuk ahli ilmu (ulama) dan memiliki pemahaman yang mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan, maka ikutnya ia kepada hawa nafsu mereka (ahli bid’ah) tergolong orang yang Allah sesatkan di atas ilmunya dan Allah tutup hatinya, sehingga ia menjadi bencana bagi hamba-hamba Allah yang lain dan musibah yang Allah timpakan kepada orang-orang meremehkan agama. Mereka (orang-orang awam dan yang meremehkan agama) meyakini orang tersebut di atas ilmunya yang tidak condong kecuali kepada kebenaran, dan tidak mengikuti kecuali pada yang benar. Maka, mereka pun sesat dengan kesesatan orang tersebut, sehingga baginya dosa dan dosa orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Kita memohon kepada Allah kelembutan, keselamatan, dan hidayah” [Fathul-Qadiir, 1/123].

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?