Jenis Kezaliman
JENIS KEZALIMAN
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Zalim secara bahasa maknanya adalah meletakan sesuatu bukan pada tempatnya (wadh’usy syai-i fi ghairi maudhi’ihi). Lawan katanya adalah adil. Yakni meletakkan sesuatu pada tempatnya (wadh’usy syai-i fi maudhi’ihi).
Kalau ada orang meletakkan sandal di kepalanya, namanya zalim. Sebaliknya bila sandal diletakkan di kaki, itu adil namanya.
Para ulama membagi zalim menjadi 3 bagian. Sebagaimana dikatakan oleh seorang ulama salaf ahlussunnah wal jamaah.
Berkata Qatadah dan Hasan Rahimahumallah :
الظلم ثلاثة : ظلم لا يغفر وظلم لا يترك وظلم يغفر فأما الظلم الذي لا يغفر فالشرك بالله وأما الظلم الذي لا يترك فظلم الناس بعضهم بعضا وأما الظلم الذي يغفر فظلم العبد نفسه فيما بينه وبين ربه
“Zalim itu ada tiga: Zalim yang tidak diampuni, zalim yang tidak ditinggalkan begitu saja, dan zalim yang diampuni. Adapun zalim yang tidak diampuni adalah menyekutukan Allah, Sedangkan zalim yang tidak ditinggalkan adalah kezaliman manusia antara yang satu dengan yang lainnya, adapun zalim yang diampuni adalah kezaliman seorang hamba terhadap dirinya, antara dirinya dan Rabbnyw.” (Al-Mushannaf, AbdurRazzaq, hal. 20276)
Penulis kali ini akan menguraikan ketiga macam zalim tersebut.
Pertama, Zalim Yang Tidak Diampuni.
Kezaliman yang tidak diampuni adalah kezaliman seorang hamba kepada Tuhan-nya. Bentuk kezalimannya adalah dengan menyekutukanNya. Menyembah dan beribadah kepada selain Allah.
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (لقمان : 13).
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Lukman : 13).
Perbuatan syirik inilah yang menyebabkan seseorang tidak diampuni dosanya oleh Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (النساء : 48).
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa 48).
Dan Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا (النساء : 116).
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa yang memperse-kutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An Nisa 116).
Seandainya pelaku syirik ini tidak bertobat dengan sungguh-sungguh, maka dosa-dosanya tidak akan terampuni. Namun jika dia bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, Allah Ta'ala akan mengampuninya.
Allah Ta'ala berfirman :
{وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71) }
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (QS. Al Furqon : 68-71).
Kedua, Kezaliman Yang Diampuni
Kedzaliman seseorang hamba kepada RabbNya, karena dosa dan maksiatnya. Allah Ta’ala akan mengampuninya selama dia mau bertaubat. Sebagaimana Nabi Adam ‘alaihis sallam, yang berbuat kesalahan. Ketika Allah Ta’ala melarang untuk mendekati pohon larangan, iblis pun menggodanya, akhirnya Adam dan Hawa tergelincir.
Kemudian Nabi Adam ‘alaihis sallam bertaubat dengan membaca kalimat yang Allah Ta’ala ajarkan kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an surat al ‘Araf ayat 23.
,Allah Ta'ala berfirman :
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الأعراف : 23).
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah zalim (menganiaya) diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
Begitu pula ketika sebagai anak keturunan Adam, melakukan begitu banyak dosa dan maksiat, mungkin pernah berzina, minum khamar, berjudi, membunuh dan lain sebagainya, selama mau bertaubat dan memperbaiki diri, Allah Ta’ala akan ampuni dosa-dosanya.
Allah Ta'ala berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ . أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (آل عمران : -135 – 136 ).
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau zalim (menganiaya diri sendiri), mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imran 135-136).
Ketiga, Kezalimanan Yang Tidak Dibiarkan Begitu Saja.
Yakni kezaliman seseorang kepada orang lain. Baik itu dengan mencaci makinya, memfitnahnya, mengambil hartanya, memukulnya, menumpahkan darahnya dan lain sebagainya.
Kezaliman seseorang kepada orang lain, dosanya tidak bisa dihapuskan hanya dengan bertaubat dan meminta ampun kepada Allah Ta’ala semata, tetapi dia harus meminta maaf kepada orang yang dizaliminya, mengembalikan harta yang pernah diambilnya atau mengembalikan nama baiknya yang sudah dirusak karena fitnah dan celaan yang dilakukannya.
Kalau tidak demikian, maka akan menjadi orang yang bangkrut di akherat nanti. Kenapa bangkrut, karena amal-amal baiknya atau pahala-pahalanya yang selama ini dimiliki, akan diambil oleh orang yang dizaliminya.
Kalau ternyata amal-amal baik itu sudah habis, sebelum selesai membalas kezalimannya, maka kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa orang yang dizalimi, dipikulkan kepadanya lantas dilemparkan ke dalam neraka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ (رواه مسلم).
"Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab: "Orang bangkrut di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak memiliki dirham atau sesuatu kekanyaan apapun." Beliau Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: "Orang rugi dari kalangan ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi dahulunya ketika di dunia pernah mencaci maki si pulan, memfitnah si pulan, makan harta si pulan, mengalirkan darah si pulan - tanpa dasar kebenaran, pernah memukul si pulan. Maka orang yang dianiaya itu diberikan kebaikan orang tadi dan yang lain pun diberi kebaikannya pula, Jikalau kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum terlunasi tanggungan penganiayaannya, maka diambillah dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang dianiayanya itu lalu dibebankan kepada orang tersebut, selanjutnya orang itu dilemparkanlah ke dalam neraka." (HR. Muslim).
Meminta maaf kepada orang yang dizalimi jangan menunggu momen-momen tertentu, waktu-waktu tertentu atau pada saat lebaran, tapi segera minta maaf, segera kembalikan hartanya yang diambil dan segera pulihkan nama baiknya yang pernah dicemarkan, sebelum hidup berakhir atau orang yang dizalimi meninggal terlebih dahulu.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ ، أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ ، وَلاَ دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. (رواه البخاري).
"Barangsiapa yang di sisinya ada sesuatu dari hasil penganiayaan untuk saudaranya, baik yang mengenai kehormatan saudaranya itu atau pun sesuatu yang lain, maka hendaklah meminta maaf (kehalalannya) sekarang juga semasih di dunia, sebelum tidak berlakunya dinar dan dirham. Jikalau tidak meminta kehalalannya (maaf) sekarang ini, maka jikalau yang menganiaya itu mempunyai amal shalih, diambillah dari amal shalihnya itu sekadar untuk melunasi penganiayaannya, sedang jikalau tidak mempunyai kebaikan sama sekali, maka diambillah dari keburukan-keburukan orang yang dianiayanya itu, lalu dibebankan kepada yang menganiayanya tadi." (HR. Bukhari).
Kezaliman terhadap orang lain ini perkara yang sangat berbahaya bagi kita di akhirat. Menguras pahala dan menerima limpahan dosa. Bahkan siksaan yang sangat pedih.
Satu jengkal saja diambil tanahnya orang, maka pada hari kiamat nanti akan dipikulkan atau dikalungkan tujuh lapis bumi. Atau ditenggelamkan dengan tanahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ ظَلَمَ قِيْدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْن
َ
“Barang siapa yang berbuat zhalim (dengan mengambil) sejengkal tanah maka dia akan dikalungi (dengan tanah) dari tujuh lapis bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَخَذَ مِنَ الأَرْضِ شَيْئًا بِغَيْرِ حَقِّهِ خُسِفَ لَهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى سَبْعِ أَرَضِيْن
َ
“Barang siapa yang mengambil tanah (meskipun) sedikit tanpa haknya maka dia akan ditenggelamkan dengan tanahnya pada hari kiamat sampai ke dasar tujuh lapis bumi.”(HR. Bukhari).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَخَذَ اَرْضًا بِغَيْرِ حَقِّهَا كُلِّفَ أَنْ يَحْمِلَ تُرَابَهَا إِلَى الْمَحْشَر
ِ
“Barangsiapa yang mengambil tanah tanpa ada haknya, maka akan dipikulkan tanah tersebut dan membawanya sampai ke padang mahsyar”(HR. Imam Ahmad (4/173), Ash Shihah no.242).
Inilah pembahasan tentang tiga macan kezaliman, mudah-mudahan kita terselamatkan dan terhindarkan dari prilaku zalim.
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Zalim secara bahasa maknanya adalah meletakan sesuatu bukan pada tempatnya (wadh’usy syai-i fi ghairi maudhi’ihi). Lawan katanya adalah adil. Yakni meletakkan sesuatu pada tempatnya (wadh’usy syai-i fi maudhi’ihi).
Kalau ada orang meletakkan sandal di kepalanya, namanya zalim. Sebaliknya bila sandal diletakkan di kaki, itu adil namanya.
Para ulama membagi zalim menjadi 3 bagian. Sebagaimana dikatakan oleh seorang ulama salaf ahlussunnah wal jamaah.
Berkata Qatadah dan Hasan Rahimahumallah :
الظلم ثلاثة : ظلم لا يغفر وظلم لا يترك وظلم يغفر فأما الظلم الذي لا يغفر فالشرك بالله وأما الظلم الذي لا يترك فظلم الناس بعضهم بعضا وأما الظلم الذي يغفر فظلم العبد نفسه فيما بينه وبين ربه
“Zalim itu ada tiga: Zalim yang tidak diampuni, zalim yang tidak ditinggalkan begitu saja, dan zalim yang diampuni. Adapun zalim yang tidak diampuni adalah menyekutukan Allah, Sedangkan zalim yang tidak ditinggalkan adalah kezaliman manusia antara yang satu dengan yang lainnya, adapun zalim yang diampuni adalah kezaliman seorang hamba terhadap dirinya, antara dirinya dan Rabbnyw.” (Al-Mushannaf, AbdurRazzaq, hal. 20276)
Penulis kali ini akan menguraikan ketiga macam zalim tersebut.
Pertama, Zalim Yang Tidak Diampuni.
Kezaliman yang tidak diampuni adalah kezaliman seorang hamba kepada Tuhan-nya. Bentuk kezalimannya adalah dengan menyekutukanNya. Menyembah dan beribadah kepada selain Allah.
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (لقمان : 13).
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Lukman : 13).
Perbuatan syirik inilah yang menyebabkan seseorang tidak diampuni dosanya oleh Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا (النساء : 48).
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An Nisa 48).
Dan Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا (النساء : 116).
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barang siapa yang memperse-kutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (An Nisa 116).
Seandainya pelaku syirik ini tidak bertobat dengan sungguh-sungguh, maka dosa-dosanya tidak akan terampuni. Namun jika dia bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat, Allah Ta'ala akan mengampuninya.
Allah Ta'ala berfirman :
{وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70) وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا (71) }
Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (QS. Al Furqon : 68-71).
Kedua, Kezaliman Yang Diampuni
Kedzaliman seseorang hamba kepada RabbNya, karena dosa dan maksiatnya. Allah Ta’ala akan mengampuninya selama dia mau bertaubat. Sebagaimana Nabi Adam ‘alaihis sallam, yang berbuat kesalahan. Ketika Allah Ta’ala melarang untuk mendekati pohon larangan, iblis pun menggodanya, akhirnya Adam dan Hawa tergelincir.
Kemudian Nabi Adam ‘alaihis sallam bertaubat dengan membaca kalimat yang Allah Ta’ala ajarkan kepadanya. Sebagaimana disebutkan dalam al Qur’an surat al ‘Araf ayat 23.
,Allah Ta'ala berfirman :
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (الأعراف : 23).
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah zalim (menganiaya) diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
Begitu pula ketika sebagai anak keturunan Adam, melakukan begitu banyak dosa dan maksiat, mungkin pernah berzina, minum khamar, berjudi, membunuh dan lain sebagainya, selama mau bertaubat dan memperbaiki diri, Allah Ta’ala akan ampuni dosa-dosanya.
Allah Ta'ala berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ . أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (آل عمران : -135 – 136 ).
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau zalim (menganiaya diri sendiri), mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. (QS. Ali Imran 135-136).
Ketiga, Kezalimanan Yang Tidak Dibiarkan Begitu Saja.
Yakni kezaliman seseorang kepada orang lain. Baik itu dengan mencaci makinya, memfitnahnya, mengambil hartanya, memukulnya, menumpahkan darahnya dan lain sebagainya.
Kezaliman seseorang kepada orang lain, dosanya tidak bisa dihapuskan hanya dengan bertaubat dan meminta ampun kepada Allah Ta’ala semata, tetapi dia harus meminta maaf kepada orang yang dizaliminya, mengembalikan harta yang pernah diambilnya atau mengembalikan nama baiknya yang sudah dirusak karena fitnah dan celaan yang dilakukannya.
Kalau tidak demikian, maka akan menjadi orang yang bangkrut di akherat nanti. Kenapa bangkrut, karena amal-amal baiknya atau pahala-pahalanya yang selama ini dimiliki, akan diambil oleh orang yang dizaliminya.
Kalau ternyata amal-amal baik itu sudah habis, sebelum selesai membalas kezalimannya, maka kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa orang yang dizalimi, dipikulkan kepadanya lantas dilemparkan ke dalam neraka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ ». قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. فَقَالَ « إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِى يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِى قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِى النَّارِ (رواه مسلم).
"Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab: "Orang bangkrut di kalangan kita ialah orang yang sudah tidak memiliki dirham atau sesuatu kekanyaan apapun." Beliau Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda: "Orang rugi dari kalangan ummatku ialah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa dan zakatnya, tetapi dahulunya ketika di dunia pernah mencaci maki si pulan, memfitnah si pulan, makan harta si pulan, mengalirkan darah si pulan - tanpa dasar kebenaran, pernah memukul si pulan. Maka orang yang dianiaya itu diberikan kebaikan orang tadi dan yang lain pun diberi kebaikannya pula, Jikalau kebaikan-kebaikannya sudah habis sebelum terlunasi tanggungan penganiayaannya, maka diambillah dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang dianiayanya itu lalu dibebankan kepada orang tersebut, selanjutnya orang itu dilemparkanlah ke dalam neraka." (HR. Muslim).
Meminta maaf kepada orang yang dizalimi jangan menunggu momen-momen tertentu, waktu-waktu tertentu atau pada saat lebaran, tapi segera minta maaf, segera kembalikan hartanya yang diambil dan segera pulihkan nama baiknya yang pernah dicemarkan, sebelum hidup berakhir atau orang yang dizalimi meninggal terlebih dahulu.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ ، أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ ، وَلاَ دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ. (رواه البخاري).
"Barangsiapa yang di sisinya ada sesuatu dari hasil penganiayaan untuk saudaranya, baik yang mengenai kehormatan saudaranya itu atau pun sesuatu yang lain, maka hendaklah meminta maaf (kehalalannya) sekarang juga semasih di dunia, sebelum tidak berlakunya dinar dan dirham. Jikalau tidak meminta kehalalannya (maaf) sekarang ini, maka jikalau yang menganiaya itu mempunyai amal shalih, diambillah dari amal shalihnya itu sekadar untuk melunasi penganiayaannya, sedang jikalau tidak mempunyai kebaikan sama sekali, maka diambillah dari keburukan-keburukan orang yang dianiayanya itu, lalu dibebankan kepada yang menganiayanya tadi." (HR. Bukhari).
Kezaliman terhadap orang lain ini perkara yang sangat berbahaya bagi kita di akhirat. Menguras pahala dan menerima limpahan dosa. Bahkan siksaan yang sangat pedih.
Satu jengkal saja diambil tanahnya orang, maka pada hari kiamat nanti akan dipikulkan atau dikalungkan tujuh lapis bumi. Atau ditenggelamkan dengan tanahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ ظَلَمَ قِيْدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْن
َ
“Barang siapa yang berbuat zhalim (dengan mengambil) sejengkal tanah maka dia akan dikalungi (dengan tanah) dari tujuh lapis bumi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أَخَذَ مِنَ الأَرْضِ شَيْئًا بِغَيْرِ حَقِّهِ خُسِفَ لَهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى سَبْعِ أَرَضِيْن
َ
“Barang siapa yang mengambil tanah (meskipun) sedikit tanpa haknya maka dia akan ditenggelamkan dengan tanahnya pada hari kiamat sampai ke dasar tujuh lapis bumi.”(HR. Bukhari).
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَخَذَ اَرْضًا بِغَيْرِ حَقِّهَا كُلِّفَ أَنْ يَحْمِلَ تُرَابَهَا إِلَى الْمَحْشَر
ِ
“Barangsiapa yang mengambil tanah tanpa ada haknya, maka akan dipikulkan tanah tersebut dan membawanya sampai ke padang mahsyar”(HR. Imam Ahmad (4/173), Ash Shihah no.242).
Inilah pembahasan tentang tiga macan kezaliman, mudah-mudahan kita terselamatkan dan terhindarkan dari prilaku zalim.
Komentar
Posting Komentar