Demonstrasi Adalah Bentuk Pemberontakan
DEMONSTRASI ADALAH BENTUK PEMBERONTAKAN
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Ada sebagian orang mengatakan, bahwa pemberontakan itu dengan senjata, kalau dengan kata-kata melalui demonstrasi misalkan, bukan bentuk pemberontakan.
Padahal melalui kata-kata itulah awal yang memicu terjadinya pemberontakan dengan fisik atau dengan senjata.
Utsman bin Affan radhiyallahu di demo dan dibunuh, itu awalnya karena kata-kata yang memprovokasi masyarakat, sehingga masyarakat marah dan menuntut Khalifah Utsman Bin Affan radhiyallahu anhu.
Untuk itu, salah satu jenis pemberontakan adalah memprovokasi dan menganjurkan masyarakat untuk memberontak kepada pemerintah. Ini merupakan bentuk pemberontakan walaupun tidak membawa senjata.
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah ditanya tentang hal ini
من يدعو إلى الخروج ويقول إن الخروج عن جماعة المسلمين لا يعني بالخروج بالمظاهرات وإبداء الرأي بل الخروج المحذر منه هو الخروج المسلح؟
Bagaimana dengan orang yang memprovokasi untuk memberontak kepada pemerintah dan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan menyempal dari jamaah kaum Muslimin (memberontak kepada pemerintah) bukanlah dengan cara melakukan demonstrasi dan mengemukakan pendapat. Tetapi yang dimaksud dengan pemberontakan yang diperingatkan oleh syari’at agar dijauhi adalah pemberontakan bersenjata?
Beliau hafizhahullah menjawab :
الخروج أنواع منه الخروج بالكلام إذا كان يحث على الخروج ويرغب بالخروج على ولي الأمر هذا خروج ولو ما حمل السلاح؛ بل ربما يكون هذا أخطر من حمل السلاح، الذي ينشر فكر الخوارج ويرغب فيه هذا أخطر من حمل السلاح، يكون الخروج بالقلب أيضا إذا لم يعتقد ولاية ولي الأمر وما يجب له ويرى بغض ولاة الأمور المسلمين هذا خروج بالقلب، الخروج قد يكون بالقلب والنية، قد يكون بالكلام، ويكون بالسلاح أيضا، نعم.
Pemberontakan ada beberapa macam, diantaranya adalah pemberontakan dengan ucapan. Ini juga merupakan salah satu jenis pemberontakan jika dengan ucapan tersebut memprovokasi dan menganjurkan untuk memberontak kepada pemerintah. Ini merupakan bentuk pemberontakan walaupun tidak membawa senjata. Bahkan terkadang ini lebih berbahaya dibandingkan membawa senjata. Orang yang menyebarkan pemikiran Khawarij dan menganjurkannya maka dia lebih berbahaya dibandingkan membawa senjata. Pemberontakan bisa juga dilakukan dengan hati, yaitu jika seseorang tidak meyakini kekuasaan pemerintah dan tidak meyakini kewajiban yang ditetapkan oleh syari’at terhadapnya dan membenci pemerintah. Semacam ini merupakan pemberontakan dengan hati. Jadi pemberontakan itu bisa dengan hati, niat dengan ucapan, dan juga dengan senjata. http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14279
Berhati-hatilah dengan perkara ini, yakni memberontak kepada pemerintah, baik dengan hati, lisan maupun fisik, karena kerusakannya akan lebih parah dibandingkan dengan keadaan yang sekarang. Hidup aman itu kenikmatan yang tidak ada tandingannya setelah nikmat agama.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ مُعَافُى فِي جَسَدِهِ عِندَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَ نَمَا حِيزَتْ لَهُ الدُ نْيَا
“Barangsiapa merasa aman di tempat tinggalnya, tubuhnya sehat dan mempunyai bekal makan hari itu, seolah-olah dunia telah ia kuasai dengan keseluruhannya”. (HR Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Berkata As-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah:
نعمة الامن لا يشابهها نعمة غير نعمة الاسلام والعقل (شرح رياض الصالحين ٢٦٨).
Kenikmatan keamanan tidak ada yang menyerupainya kenikmatan selain kenikmatan Islam dan akal. » Syarah Riyadh As-Shalihin (268).
Berkata asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah,
Nikmat keamanan dan ketenteraman tidak bisa ditandingi oleh nikmat apa pun setelah kenikmatan agama.
Maka dari itu, kita wajib menjauhi segala sesuatu yang akan membuat gejolak di masyarakat*.
Kita tidak menganggap para penguasa itu bebas dari kesalahan. Para waliyyul amr dari kalangan ulama dan umara punya banyak kesalahan.
Tetapi, sebuah riwayat menyebutkan, ‘Sebagaimana kondisi kalian maka akan seperti itulah pimpinan kalian.’ Lihatlah keadaan manusia. Di antara hikmah Allah Subhanahu wata’ala bahwa penguasa dan rakyat itu sama,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang lalim itu sebagai penguasa terhadap sebagian orang lalim yang lain karena apa yang mereka usahakan. (al-An’am: 129)
Yang wajib kita lakukan adalah mendoakan para penguasa secara diam diam ataupun terang-terangan. Kita doakan mereka agar mendapat taufik, kebaikan, dan dapat memperbaiki,….
Disebutkan bahwa al-Imam Ahmad rahimahullah dahulu mengatakan, “Kalau aku tahu bahwa aku punya doa yang pasti terkabul, pasti akan aku gunakan untuk mendoakan penguasa.” Sebab, apabila penguasa itu baik, akan baik pula bagi umat. Dan ini benar. (al-Imam az-Zahid hlm. 118—119.
Sebagai muslim yang baik, maka hendaklah senantiasa mendoakan negeri kita ini negeri yang aman, negeri yang penuh keberkahan dan rizki yang melimpah, sebagaimana doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis sallam.
Allah Ta'ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri aman sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.(QS. al-Baqarah : 126].
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Ada sebagian orang mengatakan, bahwa pemberontakan itu dengan senjata, kalau dengan kata-kata melalui demonstrasi misalkan, bukan bentuk pemberontakan.
Padahal melalui kata-kata itulah awal yang memicu terjadinya pemberontakan dengan fisik atau dengan senjata.
Utsman bin Affan radhiyallahu di demo dan dibunuh, itu awalnya karena kata-kata yang memprovokasi masyarakat, sehingga masyarakat marah dan menuntut Khalifah Utsman Bin Affan radhiyallahu anhu.
Untuk itu, salah satu jenis pemberontakan adalah memprovokasi dan menganjurkan masyarakat untuk memberontak kepada pemerintah. Ini merupakan bentuk pemberontakan walaupun tidak membawa senjata.
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah ditanya tentang hal ini
من يدعو إلى الخروج ويقول إن الخروج عن جماعة المسلمين لا يعني بالخروج بالمظاهرات وإبداء الرأي بل الخروج المحذر منه هو الخروج المسلح؟
Bagaimana dengan orang yang memprovokasi untuk memberontak kepada pemerintah dan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan menyempal dari jamaah kaum Muslimin (memberontak kepada pemerintah) bukanlah dengan cara melakukan demonstrasi dan mengemukakan pendapat. Tetapi yang dimaksud dengan pemberontakan yang diperingatkan oleh syari’at agar dijauhi adalah pemberontakan bersenjata?
Beliau hafizhahullah menjawab :
الخروج أنواع منه الخروج بالكلام إذا كان يحث على الخروج ويرغب بالخروج على ولي الأمر هذا خروج ولو ما حمل السلاح؛ بل ربما يكون هذا أخطر من حمل السلاح، الذي ينشر فكر الخوارج ويرغب فيه هذا أخطر من حمل السلاح، يكون الخروج بالقلب أيضا إذا لم يعتقد ولاية ولي الأمر وما يجب له ويرى بغض ولاة الأمور المسلمين هذا خروج بالقلب، الخروج قد يكون بالقلب والنية، قد يكون بالكلام، ويكون بالسلاح أيضا، نعم.
Pemberontakan ada beberapa macam, diantaranya adalah pemberontakan dengan ucapan. Ini juga merupakan salah satu jenis pemberontakan jika dengan ucapan tersebut memprovokasi dan menganjurkan untuk memberontak kepada pemerintah. Ini merupakan bentuk pemberontakan walaupun tidak membawa senjata. Bahkan terkadang ini lebih berbahaya dibandingkan membawa senjata. Orang yang menyebarkan pemikiran Khawarij dan menganjurkannya maka dia lebih berbahaya dibandingkan membawa senjata. Pemberontakan bisa juga dilakukan dengan hati, yaitu jika seseorang tidak meyakini kekuasaan pemerintah dan tidak meyakini kewajiban yang ditetapkan oleh syari’at terhadapnya dan membenci pemerintah. Semacam ini merupakan pemberontakan dengan hati. Jadi pemberontakan itu bisa dengan hati, niat dengan ucapan, dan juga dengan senjata. http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14279
Berhati-hatilah dengan perkara ini, yakni memberontak kepada pemerintah, baik dengan hati, lisan maupun fisik, karena kerusakannya akan lebih parah dibandingkan dengan keadaan yang sekarang. Hidup aman itu kenikmatan yang tidak ada tandingannya setelah nikmat agama.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِيْ سِرْبِهِ مُعَافُى فِي جَسَدِهِ عِندَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَ نَمَا حِيزَتْ لَهُ الدُ نْيَا
“Barangsiapa merasa aman di tempat tinggalnya, tubuhnya sehat dan mempunyai bekal makan hari itu, seolah-olah dunia telah ia kuasai dengan keseluruhannya”. (HR Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).
Berkata As-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah:
نعمة الامن لا يشابهها نعمة غير نعمة الاسلام والعقل (شرح رياض الصالحين ٢٦٨).
Kenikmatan keamanan tidak ada yang menyerupainya kenikmatan selain kenikmatan Islam dan akal. » Syarah Riyadh As-Shalihin (268).
Berkata asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah,
Nikmat keamanan dan ketenteraman tidak bisa ditandingi oleh nikmat apa pun setelah kenikmatan agama.
Maka dari itu, kita wajib menjauhi segala sesuatu yang akan membuat gejolak di masyarakat*.
Kita tidak menganggap para penguasa itu bebas dari kesalahan. Para waliyyul amr dari kalangan ulama dan umara punya banyak kesalahan.
Tetapi, sebuah riwayat menyebutkan, ‘Sebagaimana kondisi kalian maka akan seperti itulah pimpinan kalian.’ Lihatlah keadaan manusia. Di antara hikmah Allah Subhanahu wata’ala bahwa penguasa dan rakyat itu sama,
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang lalim itu sebagai penguasa terhadap sebagian orang lalim yang lain karena apa yang mereka usahakan. (al-An’am: 129)
Yang wajib kita lakukan adalah mendoakan para penguasa secara diam diam ataupun terang-terangan. Kita doakan mereka agar mendapat taufik, kebaikan, dan dapat memperbaiki,….
Disebutkan bahwa al-Imam Ahmad rahimahullah dahulu mengatakan, “Kalau aku tahu bahwa aku punya doa yang pasti terkabul, pasti akan aku gunakan untuk mendoakan penguasa.” Sebab, apabila penguasa itu baik, akan baik pula bagi umat. Dan ini benar. (al-Imam az-Zahid hlm. 118—119.
Sebagai muslim yang baik, maka hendaklah senantiasa mendoakan negeri kita ini negeri yang aman, negeri yang penuh keberkahan dan rizki yang melimpah, sebagaimana doa yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihis sallam.
Allah Ta'ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا آمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim bedo’a : Wahai, Rabbku, jadikanlah negeri ini negeri aman sentausa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian”.(QS. al-Baqarah : 126].
Komentar
Posting Komentar