Bermuamalah Dengan Manusia
BERMUAMALAH DENGAN MANUSIA
Di dalam bermuamalah jangan berharap dan takut kepada manusia, maka hendaklah berharap dan takut hanya kepada Allah semata, niscaya hidup akan bahagia dan tidak akan kecewa.
Berkata Ibnu Taymiyyah rahimahullah:
والسعادة في معاملة الخلق : أن تعاملهم لله فترجو الله فيهم ولا ترجوهم في الله وتخافه فيهم ولا تخافهم في الله ، وتحسن إليهم رجاء ثواب الله لا لمكافأتهم وتكف عن ظلمهم خوفا من الله لا منهم .
“Kebahagian dalam muamalah dengan makhluk adalah kamu bermuamalah dengan mereka karena Allah. Maka, berharaplah kepada Allah dalam muamalahmu dengan mereka, dan jangan berharap kepada mereka dalam muamalahmu dengan Allah.
Dan kamu takut kepadaNya dalam muamalahmu dengan mereka, dan jangan kamu takut kepada mereka dalam muamalahmu dengan Allah, serta kamu berbuat baik kepada mereka karena mengharapkan ganjaran Allah dan bukan karena mengharapkan balasan dari mereka. Dan kamu menahan diri dari menzalimi mereka karena takut kepada Allah bukan kepada mereka”. (Majmu Fatawa Ibn Taymiyyah 1/51).
Abu Fadhel Majalengka
Di dalam bermuamalah jangan berharap dan takut kepada manusia, maka hendaklah berharap dan takut hanya kepada Allah semata, niscaya hidup akan bahagia dan tidak akan kecewa.
Berkata Ibnu Taymiyyah rahimahullah:
والسعادة في معاملة الخلق : أن تعاملهم لله فترجو الله فيهم ولا ترجوهم في الله وتخافه فيهم ولا تخافهم في الله ، وتحسن إليهم رجاء ثواب الله لا لمكافأتهم وتكف عن ظلمهم خوفا من الله لا منهم .
“Kebahagian dalam muamalah dengan makhluk adalah kamu bermuamalah dengan mereka karena Allah. Maka, berharaplah kepada Allah dalam muamalahmu dengan mereka, dan jangan berharap kepada mereka dalam muamalahmu dengan Allah.
Dan kamu takut kepadaNya dalam muamalahmu dengan mereka, dan jangan kamu takut kepada mereka dalam muamalahmu dengan Allah, serta kamu berbuat baik kepada mereka karena mengharapkan ganjaran Allah dan bukan karena mengharapkan balasan dari mereka. Dan kamu menahan diri dari menzalimi mereka karena takut kepada Allah bukan kepada mereka”. (Majmu Fatawa Ibn Taymiyyah 1/51).
Abu Fadhel Majalengka
Komentar
Posting Komentar