Hati-Hati Tolong Menolong
HATI-HATI TOLONG MENOLONG
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Seorang tukang ojek bertanya kepada seseorang, bagaimana hukum mengantar seorang laki-laki ke tempat pelacuran untuk berzina? Seseorang itu menjawab, "Jangan tolong menolong dalam perkara berbuat dosa."
Jawaban itu singkat, tapi sesuai dengan kaidah dalam agama kita yang sudah masyhur ditelinga kaum muslimin, bahwa kita mesti tolong menolong dalam kebaikan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, sebagaimana ayat alquran yang sangat pupuler ditengah-tengah kita.
Allah Ta'ala berfirman:
ۘوَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS. al-Mâidah : 2).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
يأمر تعالى عباده المؤمنين بالمعاونة على فعل الخيرات ، وهو البر ، وترك المنكرات وهو التقوى ، وينهاهم عن التناصر على الباطل . والتعاون على المآثم والمحارم .
Allah Ta'ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk saling menolong dalam berbuat kebaikan yaitu kebajikan dan meninggalkan hal-hal yang mungkar: hai ini dinamakan ketakwaan. Allah Ta'ala melarang mereka bantu-membantu dalam kebatilan serta tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan hal-hal yang diharamkan. (Tafsir Ibnu Katsir)
Berkata Ibnu Jarir rahimahullah:
الإثم ترك ما أمر الله بفعله ، والعدوان : مجاوزة ما حد الله في دينكم ، ومجاوزة ما فرض عليكم في أنفسكم وفي غيركم .
Dosa itu adalah meninggalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan. Pelanggaran itu artinya melampaui apa yang digariskan oleh Allah dalam agama kalian, serta melupakan apa yang difardukan oleh Allah atas diri kalian dan atas diri orang lain. (Tafsir Ibnu Katsir).
Tolong-Menolong Dalam Berbuat Dosa
Salah satu contoh tolong-menolong dalam perkara maksiat dan dosa seperti dalam kasus tukang ojek di atas. Kalau dia mengantarkan lelaki hidung belang itu ketempat pelacuran, sama halnya dia tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan maksiat, dia pun kecipratan dosa.
Dimana kasus tukang ojek tersebut sama halnya kasus khamar (minuman memabukkan). Peminumnya, pengantarnya, pedagangnya, pembuatnya dan semua yang terlibat, semua ikut berdosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْه
ِ
“Allah melaknat khomr, orang yang meminumnya, orang yang menuangkannya, penjualnya, pembelinya, orang yang memerasnya, orang yang mengambil hasil perasannya, orang yang mengantarnya dan orang yang meminta diantarkan.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah. Berkata Syaikh Syu’aib Al Arnauth : Hadits Shahih).
Termasuk juga tolong menolong dalam perkara dosa adalah dalam perkara riba. Rentenir (bank konvensional), nasabah, pencatat dan semua yang terlibat, semuanya berdosa.
Berkata Jabir radhiyallahu anhu :
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah :
فيه تصريح بتحريم كتابة المترابيين والشهادة عليهما وبتحريم الإعانة على الباطل
“Dalam hadits ini ada penegasan haramnya menjadi pencatat transaksi riba dan menjadi saksi transaksi tersebut. Juga ada faedah haramnya tolong-menolong dalam kebatilan.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 23)
Untuk itu segala sesuatu yang bisa mengantarkan orang berbuat dosa maka hendaklah ditinggalkan dan dijauhi.
Tolong-Menolong Dalam Kebaikan
Tolong-menolong dalam kebaikan itu banyak macam ragamnya. Baik yang berhubungan dengan Allah Ta'ala maupun dengan sesama manusia.
Allah Ta'ala berfirman :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [QS. al-Baqarah : 177].
Termasuk tolong-menolong dalam kebaikan adalah membantu pembangunan masjid, madrasah, pesantren atau kerja bakti pembangunan tempat-tempat tersebut, membersihkan lingkungan kampung, membantu mengangkat barangnya orang, memberikan pinjaman uang kepada saudara, teman atau tetangga yang membutuhkan.
Bahkan meminjamkan kuali, panci dan lain sebagainya kepada tetangga, inipun bentuk membantu dan menolong dalam kebaikan.
Allah Ta'ala berfirman:
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. Al-Ma'un: 7)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
Yakni mereka tidak menyembah Tuhan mereka dengan baik dan tidak pula mau berbuat baik dengan sesama makhluk-Nya, hingga tidak mau dipinjam sesuatunya yang bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain dengannya, padahal barangnya masih utuh; setelah selesai, dikembalikan lagi kepada mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
Al-Mas'udi telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abul Abidin, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu tentang makna al-ma’un, maka ia menjawab bahwa makna yang dimaksud ialah sesuatu yang biasa dipinjam-meminjamkan di antara sesama orang, seperti kapak, panci, timba, dan lain sebagainya yang serupa. (Tafsir Ibnu Katsir).
Termasuk pula tolong menolong dalam kebaikan adalah mencegah seseorang berbuat zalim, berbuat dosa atau maksiat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا ، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ « تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ ، فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ »
Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.” Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim? Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang yang suka menolong dan membantu orang yang kesulitan dan kesusahan, Allah Ta'ala akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Dan Allah Ta'ala akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Barangsiapa melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim).
Bersemangatlah tolong menolong dalam kebaikan, pahala dan ganjaran yang sangat besar menanti kita. Bahkan menurut Al Hasan Al Basri rahimahullah menolong memenuhi kebutuhan seseorang itu lebih baik dari pada shalat sunnah seribu rakaat.
Berkata Al Hasan Al Basri rahimahullah:
لأن أقضي مسلم حاجة أحب إلي من أن أصلي ألـف ركعـة
Memenuhi hajat (kebutuhan) seorang muslim lebih saya sukai dari pada saya shalat seribu rakaat". (Qadha ul Hawanih Ibnu Abid Dunya hal. 48].
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Seorang tukang ojek bertanya kepada seseorang, bagaimana hukum mengantar seorang laki-laki ke tempat pelacuran untuk berzina? Seseorang itu menjawab, "Jangan tolong menolong dalam perkara berbuat dosa."
Jawaban itu singkat, tapi sesuai dengan kaidah dalam agama kita yang sudah masyhur ditelinga kaum muslimin, bahwa kita mesti tolong menolong dalam kebaikan dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, sebagaimana ayat alquran yang sangat pupuler ditengah-tengah kita.
Allah Ta'ala berfirman:
ۘوَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (QS. al-Mâidah : 2).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
يأمر تعالى عباده المؤمنين بالمعاونة على فعل الخيرات ، وهو البر ، وترك المنكرات وهو التقوى ، وينهاهم عن التناصر على الباطل . والتعاون على المآثم والمحارم .
Allah Ta'ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk saling menolong dalam berbuat kebaikan yaitu kebajikan dan meninggalkan hal-hal yang mungkar: hai ini dinamakan ketakwaan. Allah Ta'ala melarang mereka bantu-membantu dalam kebatilan serta tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan hal-hal yang diharamkan. (Tafsir Ibnu Katsir)
Berkata Ibnu Jarir rahimahullah:
الإثم ترك ما أمر الله بفعله ، والعدوان : مجاوزة ما حد الله في دينكم ، ومجاوزة ما فرض عليكم في أنفسكم وفي غيركم .
Dosa itu adalah meninggalkan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk dikerjakan. Pelanggaran itu artinya melampaui apa yang digariskan oleh Allah dalam agama kalian, serta melupakan apa yang difardukan oleh Allah atas diri kalian dan atas diri orang lain. (Tafsir Ibnu Katsir).
Tolong-Menolong Dalam Berbuat Dosa
Salah satu contoh tolong-menolong dalam perkara maksiat dan dosa seperti dalam kasus tukang ojek di atas. Kalau dia mengantarkan lelaki hidung belang itu ketempat pelacuran, sama halnya dia tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan maksiat, dia pun kecipratan dosa.
Dimana kasus tukang ojek tersebut sama halnya kasus khamar (minuman memabukkan). Peminumnya, pengantarnya, pedagangnya, pembuatnya dan semua yang terlibat, semua ikut berdosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;
لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْه
ِ
“Allah melaknat khomr, orang yang meminumnya, orang yang menuangkannya, penjualnya, pembelinya, orang yang memerasnya, orang yang mengambil hasil perasannya, orang yang mengantarnya dan orang yang meminta diantarkan.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah. Berkata Syaikh Syu’aib Al Arnauth : Hadits Shahih).
Termasuk juga tolong menolong dalam perkara dosa adalah dalam perkara riba. Rentenir (bank konvensional), nasabah, pencatat dan semua yang terlibat, semuanya berdosa.
Berkata Jabir radhiyallahu anhu :
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba (rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim).
Berkata Imam Nawawi rahimahullah :
فيه تصريح بتحريم كتابة المترابيين والشهادة عليهما وبتحريم الإعانة على الباطل
“Dalam hadits ini ada penegasan haramnya menjadi pencatat transaksi riba dan menjadi saksi transaksi tersebut. Juga ada faedah haramnya tolong-menolong dalam kebatilan.” (Syarh Shahih Muslim, 11: 23)
Untuk itu segala sesuatu yang bisa mengantarkan orang berbuat dosa maka hendaklah ditinggalkan dan dijauhi.
Tolong-Menolong Dalam Kebaikan
Tolong-menolong dalam kebaikan itu banyak macam ragamnya. Baik yang berhubungan dengan Allah Ta'ala maupun dengan sesama manusia.
Allah Ta'ala berfirman :
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orangorang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. [QS. al-Baqarah : 177].
Termasuk tolong-menolong dalam kebaikan adalah membantu pembangunan masjid, madrasah, pesantren atau kerja bakti pembangunan tempat-tempat tersebut, membersihkan lingkungan kampung, membantu mengangkat barangnya orang, memberikan pinjaman uang kepada saudara, teman atau tetangga yang membutuhkan.
Bahkan meminjamkan kuali, panci dan lain sebagainya kepada tetangga, inipun bentuk membantu dan menolong dalam kebaikan.
Allah Ta'ala berfirman:
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. Al-Ma'un: 7)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
Yakni mereka tidak menyembah Tuhan mereka dengan baik dan tidak pula mau berbuat baik dengan sesama makhluk-Nya, hingga tidak mau dipinjam sesuatunya yang bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain dengannya, padahal barangnya masih utuh; setelah selesai, dikembalikan lagi kepada mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
Al-Mas'udi telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abul Abidin, bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu tentang makna al-ma’un, maka ia menjawab bahwa makna yang dimaksud ialah sesuatu yang biasa dipinjam-meminjamkan di antara sesama orang, seperti kapak, panci, timba, dan lain sebagainya yang serupa. (Tafsir Ibnu Katsir).
Termasuk pula tolong menolong dalam kebaikan adalah mencegah seseorang berbuat zalim, berbuat dosa atau maksiat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا ، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ « تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ ، فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ »
Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.” Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim? Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang yang suka menolong dan membantu orang yang kesulitan dan kesusahan, Allah Ta'ala akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Dan Allah Ta'ala akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Barangsiapa melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat, dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba, selama hamba tersebut menolong saudaranya. (HR. Muslim).
Bersemangatlah tolong menolong dalam kebaikan, pahala dan ganjaran yang sangat besar menanti kita. Bahkan menurut Al Hasan Al Basri rahimahullah menolong memenuhi kebutuhan seseorang itu lebih baik dari pada shalat sunnah seribu rakaat.
Berkata Al Hasan Al Basri rahimahullah:
لأن أقضي مسلم حاجة أحب إلي من أن أصلي ألـف ركعـة
Memenuhi hajat (kebutuhan) seorang muslim lebih saya sukai dari pada saya shalat seribu rakaat". (Qadha ul Hawanih Ibnu Abid Dunya hal. 48].
Komentar
Posting Komentar