Beragam Cara Menghormati Orang

BERAGAM CARA MENGHORMATI ORANG

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Kalau kita menyaksikan kebiasaan orang dalam menghormati orang lain, begitu banyak macam ragamnya. Ada yang menghormati dengan berdiri, membungkuk, bahkan sampai pada tingkat bersujud dihadapan orang.

Pada kali ini penulis akan mencoba menguraikan satu demi satu bentuk penghormatan tersebut dan hukum-hukumnya.

Pertama, Penghormatan Dengan Berdiri

Dalam satu majlis, ketika datang pembesar, penguasa atau seseorang, serempak orang-orang dalam majlis tersebut berdiri sebagai bentuk penghormatan dan pengagungan. Begitu pula ketika seorang guru masuk ke kelas, seketika itu pula para murid berdiri untuk menghormati. Penghormatan seperti ini terlarang dalam agama.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من أحب أن يمثل له الرجال قياما فليتبوأ مقعده من النار

“Barangsiapa yang suka seseorang berdiri untuknya, maka persiapkanlah tempat duduknya di neraka”. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani :Hadits Shahih).

Berkata Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu :

ما كان شخص أحب إليهم رؤية من النبي صلى الله عليه وسلم وكانوا إذا رأوه لم يقوموا إليه لما يعلمون من كراهيته لذلك

“Tidak ada seorang pun yang lebih mereka (para shahabat) cintai saat melihatnya selain Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Namun jika melihat beliau, mereka tidak pernah berdiri karena mereka mengetahui kebencian beliau atas hal itu”. (HR.  At-Tirmidzi dan Ahmad. Berkata Abu 'Isa : Hadits Hasan Shahih).

Berkata Syaikh Al Albani rahimahullah :

و هذا الحديث مما يقوي ما دل عليه الحديث السابق من المنع من القيام للإكرام لأن القيام لو كان إكراما شرعا ، لم يجز له صلى الله عليه وسلم أن يكرهه من أصحابه له ، و هو أحق الناس بالإكرام ، و هم أعرف الناس بحقه عليه الصلاة و السلام . و أيضا فقد كره الرسول صلى الله عليه وسلم هذا القيام له من أصحابه ، فعلى المسلم - خاصة إذا كان من أهل العلم و ذوي القدوة - أن يكره ذلك لنفسه اقتداء به صلى الله عليه وسلم ، و أن يكره لغيره من المسلمين لقوله صلى الله عليه وسلم : " لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه من الخير " ، فلا يقوم له أحد ، و لا هو يقوم لأحد ، بل كراهتهم لهذا القيام أولى بهم من النبي عليه الصلاة و السلام ، ذلك لأنهم إن لم يكرهوه اعتادوا القيام بعضهم لبعض ، و ذلك يؤدي بهم إلى حبهم له ، و هو سبب يستحقون عليه النار كما في الحديث السابق ، و ليس كذلك رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فإنه معصوم من أن يحب مثل هذه المعصية ، فإذا كان مع ذلك قد كره القيام له ، كان واضحا أن المسلم أولى بكراهته له .

“Dan hadits ini termasuk yang menguatkan hadits-hadits sebelumnya, yaitu larangan berdiri untuk menghormati orang lain. Sebab, seandainya itu sebuah penghormatan syar’i, tentunya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak menolak penghormatan para shahabat dengan berdiri kepada beliau. Dan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah pribadi yang paling berhak dihormati oleh manusia; sedangkan para shahabat adalah orang-orang yang paling mengetahui hak beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam membenci kebiasaan berdiri yang dilakukan oleh para shahabat untuk menghormati beliau. Maka wajib bagi orang muslim – khususnya jika ia termasuk ahlul-‘ilmi atau orang yang memiliki kekuasaan untuk tidak menyukai kebiasaan berdiri untuk dirinya sebagai bentuk mengikuti Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Begitu juga ia tidak berdiri untuk orang lain; maupun penghormatan bagi orang lain. Hal itu berdasarkan atas sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ”Tidaklah (sempurna) iman seseorang di antara kalian, sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri dalam kebaikan”. Maka tidak seorang pun boleh berdiri untuk menghormatinya, dan tidak pula ia berdiri untuk memberi hormat pada orang lain. Bahkan kebencian mereka terhadap tradisi berdiri tersebut adalah lebih utama dibandingkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Jika mereka tidak membencinya, maka sebagian orang akan mencontoh sebagian yang lain dalam hal berdiri ini, sehingga mereka pun menyukainya. Dan akhirnya hal itu dapat menjadi sebab ia dimasukkan ke dalam neraka sebagaimana ditunjukkan oleh hadits yang lalu. Namun Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidaklah demikian. Beliau terjaga dari kemaksiatan apapun. Jadi, oleh karena Nabi tidak menyukai berdirinya para shahabat untuk menghormatinya, maka jelaslah, bahwa ketidaksukaan seorang muslim terhadap hal tersebut adalah lebih utama” [Silsilah Ash-Shahiihah, 1/698-699].

Berdiri yang diperbolehkan adalah ketika menyambut tamu, menolong orang, untuk menyatakan selamat sebagai bentuk kegembiraan atau ada seseorang yang baru datang berdasarkan dalil-dalil yang ada dan pendapat para ulama.

Kedua, Penghormatan Dengan Menundukkan Kepala Atau  Membungkukkan Badan

Menundukkan Kepala Atau membungkukkan badan dalam rangka penghormatan, terlarang dalam syariat.

Dari Anas bin Maalik radhiyallahu anhu, ia berkata :

قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيَنْحَنِي بَعْضُنَا لِبَعْضٍ ؟ قَالَ: ” لَا “، قُلْنَا: أَيُعَانِقُ بَعْضُنَا بَعْضًا؟ قَالَ: ” لَا وَلَكِنْ تَصَافَحُوا ”

Kami pernah bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah sebagian kami boleh membungkukkan badan kepada sebagian yang lain (saat bertemu) ?”. Beliau menjawab : “Tidak”. Kami kembali bertanya : “Apakah sebagian kami boleh berpelukan kepada sebagian yang lain (saat bertemu) ?”. Beliau menjawab : “Tidak, akan tetapi saling berjabat tanganlah kalian” [HR.  Ibnu Majah. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan).

Dari Anas Bin Malik radhiyallahu anhu, dia berkata :

يا رسول الله الرجل منا يلقى أخاه أو صديقه أينحني له؟ قال: لا. قال: أفيلتزمه ويقبله؟ قال: لا. قال: أفيأخذ بيده ويصافحه؟ قال: نعم".

Wahai Rasulullah ada seorang di antara kami berjumpa dengan saudaranya atau temannya, apakah dia boleh menundukkan badan kepadanya?” Jawaban Nabi, “Tidak boleh.”“Apakah boleh memeluk dan menciumnya?”, tanya orang tersebut.“Tidak boleh,” jawab Nabi. “Apakah boleh memegang tangannya dan menjabatnya?”, tanya orang tersebut kembali. Jawaban Nabi, “Ya. (HR. Tirmidzi. Berkata At Tirmidzi dan Syekh Al Albani : Hadits Hasan).

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :

وأما الانحناء عند التحية : فينهى عنه كما في الترمذي عن النبي صلى الله عليه وسلم " أنهم سألوه عن الرجل يلقى أخاه ينحنى له ؟ قال : لا " ؛ ولأن الركوع والسجود لا يجوز فعله إلا لله عز وجل وإن كان هذا على وجه التحية في غير شريعتنا كما في قصة يوسف { وخروا له سجَّداً وقال يا أبت هذا تأويل رؤياي من قبل } وفي شريعتنا لا يصلح السجود إلا لله ، بل قد تقدم نهيه عن القيام كما يفعله الأعاجم بعضها لبعض فكيف بالركوع والسجود ؟ وكذلك ما هو ركوع ناقص يدخل في النهي عنه " انتهى من" مجموع الفتاوى " ( 1 / 377 ) .

"Adapun membungkuk ketika memberikan penghormatan, itu dilarang sebagaimana disebutkan dalam riwayat Tirmizi dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, 'Mereka bertanya tentang seseorang ketika ketemu saudaranya dia membungkukkan (badan).' Beliau menjawab, ‘Tidak (boleh).' Karena rukuk dan sujud tidak diboleh dilakukan keculai terhadap Allah Azza Wa Jalla. Meskipun hal ini dilakukan sebagai penghormatan pada syariat selain kita sebagaimana kisah Yusuf,

وخروا له سجَّداً وقال يا أبت هذا تأويل رؤياي من قبل

"Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta'bir mimpiku yang dahulu itu." (QS. Yusuf: 100)

Sementara dalam syariat kita, tidak boleh bersujud kecuali kepada Allah. Bahkan terdapat larangan berdiri  (sebagai penghormatan) sebagaimana yang dilakukan orang kafir antara satu dengan  lainnya. Bagaimana dengan rukuk dan sujud? Begitu juga rukuk yang kurang termasuk dalam larangan ini.’ (Majmu Fatawa, 1/377)

Berkata Para ulama Al-Lajnah Ad-Daimah :

"لا يجوز لمسلم أن يحني رأسه للتحية ، سواء كان ذلك لمسلم أو كافر ؛ لأنه من فعل الأعاجم لعظمائهم ، ولأنه شبيه بالركوع ، والركوع تحية وإعظاما لا يكون إلا لله ".
الشيخ عبد العزيز بن باز ، الشيخ عبد الرزاق عفيفي ، الشيخ عبد الله بن غديان ، الشيخ عبد الله بن قعود . انتهى من" فتاوى اللجنة الدائمة " ( 26 / 116 ) .

Seorang muslim tidak boleh menundukkan kepalanya sebagai bentuk penghormatan, baik kepada sesama muslim apalagi kepada orang kafir.

Perkara ini dilarang karena dua pertimbangan: Hal itu adalah perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir kepada para pembesar mereka. Perbuatan tersebut menyerupai gerakan ruku’, sedangkan ruku’ adalah penghormatan dan pengagungan yang tidak boleh diberikan kecuali hanya untuk Allah.

Fatwa ini ditandatangani oleh:

Syekh Abdul Aziz bin Baz, Syekh Abdurrazaq Afifi, Syekh Abdullah Gudyan, Syekh Abdullah Qaud. (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 26/116)

Dan Berkata Para ulama Al-Lajnah Ad-Daimah  :

"Tidak dibolehkan membungkuk ketika salam, tidak boleh juga melepas sandalnya." Mereka mengatakan, "Tidak dibolehkan membungkuk sebagai penghormatan untuk orang Islam maupun orang kafir. Tidak boleh pula (membungkuk dengan) bagian atas badan tidak  kepala. Karena membungkuk adalah penghormatan yang bersifat ibadah. Sementara ibadah tidak dibolehkan kecuali hanya untuk Allah saja." (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 1/233, 234).

Ketiga, Penghormatan Dengan Bersujud

Iblis diperintahkan untuk menghormati Adam alaihi wa sallam dengan cara bersujud kepada Adam. Seandainya dia mau bersujud, ini bentuk ibadah, karena Allah Ta"ala yang perintahkan.

Saudara-saudaranya Nabi Yusuf alaihi wa sallam bersujud kepada Nabi Yusuf alaihi wa sallam, ini sebagai bentuk penghormatan kepada Raja, dimana bentuk penghormatan dengan cara bersujud belum terlarang pada waktu itu.

Berkata Syekh Abdurrahman Al Mubarrak hafidzallahu :

السجود يكون على وجهين : يكون تعظيماً وتقرباً إلى من سُجِدَ لهُ ، وهذا سُجود عبادة ولا يكون إِلاَّّ لله وحده في جميع الشرائع .

النوع الثاني من السجود ، سُجود تحيَّة وتكريم وهذا هو السُّجود الذي أَمَر الله الملائكة به لآدم فسجدوا له تكريماً ، وهو منهم عبادة لله سبحانه بطاعتهم له إذْ أمرهم بالسجود .

وأمّا سجود أَبَويْ يُوسُف وإخوته له فكذلك هو من سجود التحية والتكريم ، وقد كان جائزاً في شريعتهم ، وأمّا في الشريعة التي جاء بها خاتم النبيين محمدٌ صلى الله عليه وسلّم فلا يجوز السجود فيها لغير الله مطلقاً ، ولهذا قال عليه الصلاة والسلام " لو كنت آمراً أحداً أن يسجد لأحد ، لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها " . ونهى النبي عليه الصلاة والسلام معاذاً عن السجود له لمّا ذكر أن أهل الكتاب يسجدون لعظمائهم ، وذكر الحديث المتقدم ، وتحريم السجود لغير الله مطلقاً في هذه الشريعة هو من كمالها في تحقيق التوحيد وهي الشريعة الكاملة في كُلِّ ما اشتملت عليه من الأحكام ، قال تعالى : ( اليوم أكملتُ لكم دينكم وأتممتُ عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا )

Sujud ada dua sisi, (pertama mengandung) pengagungan, pendekatan kepada orang yang disujudi. Dan sujud ini adalah ibadah tidak boleh kecuali untuk Allah saja pada semua syareat.

Bentuk kedua dari sujud, sujud selamat dan penghormatan. Sujud inilah yang Allah perintahkan kepada para malaikat kepada Adam, maka mereka bersujud sebagai penghormatan. Dan hal itu termasuk ibadah untuk Allah Subhanahu dengan ketaatannya kepada-Nya ketika mereka diperintahkan untuk bersujud.

Sementara sujud kedua orang tua Yusuf dan saudara-saudaranya kepadanya begitu juga termasuk sujud selamat dan penghormatan. Dahulu diperbolehkan dalam syareat mereka. Sementara ajaran yang dibawa oleh Nabi penutup Muhammad sallallahu’alaihi wa sallam, tidak dibolehkan bersujud kepada selain Allah secara mutlak. Oleh karena itu Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

" لو كنت آمراً أحداً أن يسجد لأحد ، لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها "

“Kalau sekiranya saya memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang. Maka akan saya perintahkan wanita bersujud kepada suaminya.’

Dan Nabi sallallahu’alaihi wa sallam melarang Muaz bersujud kepada beliau, ketika dia menceritakan bahwa Ahli Kitab bersujud kepada para pembesarnya. Dan menyebutkan hadits tadi. Pengharaman secara mutlak bersujud kepada selain Allah dalam syareat ini, itu termasuk merealisasikan ketauhidan yaitu syareat yang sempurna yang mencakup semua bentuk hukum. Allah Ta’ala berfirman, ‘Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.’ (QS. Al-Maidah: 3). Sumber :https://islamqa.info/ar/8492

Di zaman Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bentuk penghormatan dengan cara bersujud telah dihapus.

Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ ، لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا. رواه ابن ماجة (1853) ، وصححه الألباني في " صحيح سنن ابن ماجة " .

”Sesungguhnya aku seandainya memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah tentu akan aku perintahkan seorang perempuan (isteri) sujud kepada suaminya. (HR. Ibnu Majah. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan).

Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

"وأما وضع الرأس عند الكبراء من الشيوخ وغيرهم ، أو تقبيل الأرض ونحو ذلك : فإنه مما لا نزاع فيه بين الأئمة في النهى عنه ، بل مجرد الانحناء بالظهر لغير الله عز وجل منهي عنه ، ففي المسند وغيره أن معاذ بن جبل رضي الله عنه لما رجع من الشام سجد للنبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم فقال : ما هذا يا معاذ ؟ فقال : يا رسول الله رأيتهم في الشام يسجدون لأساقفتهم وبطارقتهم ويذكرون ذلك عن أنبيائهم ، فقال : كذبوا يا معاذ لو كنت آمراً أحداً أن يسجد لأحدٍ لأمرتُ المرأة أن تسجد لزوجها من عظم حقه عليها ، يا معاذ أرأيتَ إن مررت بقبري أكنتَ ساجداً ؟ قال : لا ، قال : لا تفعل هذا " أو كما قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم …
وبالجملة : فالقيام والقعود والركوع والسجود حق للواحد المعبود خالق السموات والأرض وما كان حقّاً خالِصاً لله لم يكن لغيره فيه نصيب مثل الحلف بغير الله عز وجل " انتهى من" مجموع الفتاوى " ( 27 / 92 ، 93 ) .

Rukuk atau membungkukkan badan tidak dibolehkan ketika bertemu siapa saja, tidak kepada orang alim atau lainnya.

Beliau juga berkata, ‘Menundukkan kepala kepada pembesar, baik dari kalangan syekh atau lainnya. Atau mencium tanah dan semisalnya. Maka hal itu tidak ada perbedaan lagi di antara para imam dalam pelarangannya. Bahkan hanya sekedar membungkuk dengan punggung untuk selain Allah Azza Wa Jalla itu dilarang. Dalam musnad dan lainnya bahwa Muadz bin Jabal radhiallahu anhu ketika pulang dari Syam bersujud kepada Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, maka beliau bersabda, ‘Apa ini wahai Muaz?' Beliau mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, saya melihat di Syam orang-orang bersujud kepada para pendeta dan pembesar, mereka menyebutkan hal itu berasal dari para Nabinya. Maka (Nabi) bersabda, ‘Mereka itu bohong wahai Muadz, jika saya diperintahkan kepada seseorang untuk sujud, pasati saya akan perintahkan seorang wanita bersujud kepada suaminya, karena haknya yang amat agung kepadanya. Wahai Muadz, apakah jika lewat dikuburanku apakah engkau akan bersujud?' Beliau menjawab, ‘Tidak.' Nabi berkata, ‘Jangan engkau melakukan hal ini.' Atau seperti itu sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam.

Secara umum, berdiri, duduk, rukuk dan sujud adalah hak untuk satu yang disembah pencipta langit dan bumi. Dan apa yang khusus hanya untuk Allah, maka selainnya tidak ada bagian lagi. Seperti bersumpah kepada selain Allah Azza Wajalla." (Majmu Fatawa, 27/92-93)

Bersujud kepada manusia, baik kepada penguasa, tokoh agama, orang tua dan lain sebagainya para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya. Ada yang menghukumi kafir dan ada yang menghukumi dosa besar.

Berkata Al-Qadhi Iyadh al-Qadhi Iyadh :

وكذا نكفر بكل فعل أجمع السلمون على أنه لا يصدر إلا من كفر وإن كان صاحبه مصرحا بالإسلام مع فعله ذلك الذي لايصدر إلا من كفر كالسجود للصنم والشمس والقمر والصليب الذي للنصارى والنار

“Begitu juga kami mengkafirkan orang dengan sebab perbuatan yang mana kaum muslimin sepakat bahwa perbuatan itu tidak mungkin muncul kecuali dari orang kafir walaupun pelakunya mengaku muslim di saat melakukan perbuatan tersebut, seperti sujud kepada berhala, matahari, bulan, salib dan api ” ( Kitab AsySyifa ).

Berkata Al-Imam Mula Al-Qari ketika ketika menjelaskan perkataan Al Qadhi Iyadl, beliau mengatakan:

بخلاف السجود للسلطان ونحوه بدون قصد العبادة بل بإرادة التعظيم في التحية فإنه حرام ولا كفر وقيل كفرـ [شرح الشفا 2/212].

“Berbeda halnya dengan sujud kepada penguasa atau kepada sultan dan yang semacamnya tanpa maksud ibadah, akan tetapi dalam rangka pengagungan dalam penghormatan maka ia adalah haram bukan kekafiran dan ada juga yang mengatakan itu kekafiran. (Syarah Asy Syifa 2 : 212. Sumber :http://www.ilmway.com/site/maqdis/FAQ/MS_33758.html ).

Berkata Asy Syaikh Mar’i Al-Karni rahimahullah:

"أن السجود للحكام بقصد العبادة كفر، وبقصد التحية كبيرة".اهـ [غاية المنتهي في الجمع بين الإقناع والمنتهى 3/337].

“Sesungguhnya sujud kepada penguasa dalam rangka ibadah adalah kekafiran sedangkan dalam rangka penghormatan itu adalah dosa besar ” (Kitab Ghayatul Muntaha juz 3 halaman 337. Sumber : http://www.ilmway.com/site/maqdis/FAQ/MS_33758.html ).

Bagaimana dengan orang yang sujud kepada kubur? Sujud kepada manusia yang masih hidup saja dihukum kafir atau dosa besar, apatah lagi sujud kepada kubur.

Sujud kepada kubur, ada ulama yang menghukumi kafir, baik itu dalam rangka menghormati atau pengagungan peribadatan (menyembah). Ada juga ulama yang mengatakan, kalau hanya sekedar penghormatan tidak kafir, akan tetapi dosa besar. Namun apabila untuk pengagungan dan menyembah kubur maka kafir, batal keislamannya.

Berkata Adz Dzahabi rahimahullah :

ألا ترى الصحابة من فرط حبهم للنبي صلى الله عليه وسلم قالوا: ألا نسجد لك؟ فقال: لا، فلو أذن لهم لسجدوا سجود إجلال وتوقير لا سجود عبادة كما سجد إخوة يوسف عليه السلام ليوسف، وكذلك القول في سجود المسلم لقبر النبي صلى الله عليه وسلم على سبيل التعظيم والتبجيل لا يكفر به أصلا بل يكون عاصيا. فليعرف أن هذا منهي عنه وكذلك الصلاة إلى القبر

"Tidakkah engkau melihat shahabat yang sangat cintanya kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, mereka berkata : 'Bolehkah kami sujud kepadamu ?'. Beliau menjawab : 'Tidak boleh'. Seandainya beliau mengizinkan mereka, niscaya mereka akan sujud dengan sujud penghormatan dan pemuliaan, bukan sujud ibadah, sebagaimana sujudnya saudara Yuusuf 'alaihis-salaam kepada Yuusuf. Dan begitu pula dalam masalah sujudnya seorang muslim kepada kubur Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan alasan pengagungan dan penghormatan, maka ia tidak dikafirkan pada asalnya. Akan tetapi itu (tetap) merupakan kemaksiatan. Maka hendaklah diketahui akan larangan ini, sebagaimana larangan shalat menghadap kuburan" [Mu'jamusy-Syuyyuukh, 1/55].

Berkata Para Ulama Al-Lajnah Ad-Daimah

السجود على المقابر والذبح عليها وثنية جاهلية, وشرك أكبر, فإن كلا منهما عبادة, والعبادة لا تكون إلا لله وحده, فمن صرفها لغير الله فهو مشرك, قال الله تعالى : { قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين لا شريك له وبذلك أمرت وأنا أول المسلمين } وقال الله تعالى : { إنا أعطيناك الكوثر فصل لربك وانحر } إلى غير هذا من الآيات الدالة على أن السجود والذبح عبادة,ولا شك أن قصد الإِنسان إلى المقابر للسجود عليها أو الذبح عندها إنما هو لإِعظامها وإجلالها بالسجود والقرابين التي تذبح أو تنحر عندها...

Bersujud di atas kuburan dan menyembelih hewan adalah perbuatan penyembah berhala pada zaman jahiliah dan merupakan syirik besar. Karena keduanya merupakan ibadah yang tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah semata, barangsiapa yang mengarah-kannya kepada selain Allah maka dia adalah musyrik.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ [الأنعام

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Pemelihara semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah aku diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah) “ (QS. Al An’am 162-163)

Dan Allah juga berfirman:

إِنَّا أَعْطَيْنَكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah“ (QS. Al Kautsar 1-2)

Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang menunjukkan bahwa bersujud kepada kuburan dan menyembelih hewan adalah perbuatan ibadah yang jika diarahkan kepada selain Allah merupakan syirik besar. Tidak diragukan bahwa perbuatan seseorang yang bersujud kepada kuburan dan menyembelih di atasnya adalah karena pengagungannya dan penghormatannya (terhadap kuburan tersebut)..... (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah
1/189) Sumber : http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx?languagename=ar&BookID=3&View=Page&PageNo=2&PageID=207

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?