Meninggalkan Majlis Ilmu
MENINGGALKAN MAJLIS ILMU
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Awalnya rajin muncul di majlis ilmu. Semangatnya begitu menggebu-gebu. Panas hujan senantiasa datang. Namun lama-kelamaan mulai pudar, mulai mengendur, akhirnya mundur teratur.
Berbagai macam alasan sebagai sebab ketidakhadirannya di majlis ilmu. Ada yang sibuk dengan tugas-tugas sekolah, sibuk membuat skripsi dan KKN, sibuk mencari nafkah, sibuk dengan isteri karena pengantin baru, bahkan sampai karena ada perselisihan dengan salah satu ikhwah dan seabrek alasan lainnya.
Padahal kebutuhan manusia terhadap ilmu, tidak ada habisnya, sampai ruh berpisah dengan jasad. Bahkan kebutuhan manusia terhadap ilmu, melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum.
Berkata al-'Allamah asy-Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah:
فالإنسان في حاجة الى العلم إلى أن يموت . مجموع الفتاوى ٧١
Manusia membutuhkan ilmu sampai mati. (Majmu' al-Fatawa 6/71).
Berkata Imam Ahmad rahimahullah:
الناس إلى تعلم العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب. لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب فى اليوم مرة أو مرتين ، وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه (مدارج السالكين لإبن القيم رحمه الله ٢/٤٢٠ ) ا
Manusia lebih butuh terhadap ilmu dari pada makan dan minum. Karena seseorang itu butuh kepada makan dan minum dalam sehari sekali atau dua kali saja, tetapi kebutuhan dia kepada ilmu sepanjang nafasnya. ( Madarijus Salikin Ibnul Qayyim 2/420 ).
Seseorang yang terbiasa tidak menghadiri majlis ilmu, hatinya akan semakin lalai, semakin keras dan semakin membatu.
Asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah :
فإن الإنسان إذا كان ﻻ يحضر حلقات العلم وﻻ يسمع الخطب وﻻ يعتني بما ينقل عن أهل العلم فإنه تزداد غفلته وربما يقسو قلبه حتى يطبع عليه ويختم عليه فيكون من الغافلين. مجموع فتاوى (324/12)
Sungguh seseorang apabila terbiasa tidak menghadiri majelis-majelis ilmu, tidak mendengar khutbah-khutbah, dan tidak perhatian terhadap ilmu/faidah yang dinukil dari para ‘ulama, maka akan semakin bertambah parah kelalaiannya, bahkan hatinya bisa mengeras, sehingga ditutup dan dikunci hatinya. Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang lalai. (Majmu’ Fatawa Ibn Baz 12/324).
Orang yang meninggalkan majlis ilmu, ilmunya tidak akan bertambah, bahkan ilmu yang ada semakin sirna dan amalannya semakin larut, akhirnya kembali menjadi orang awam.
Dampaknya semakin samar untuk membedakan mana kebenaran dan mana kebatilan. Mana yang halal dan mana yang haram. Mana yang sunnah dan mana yang bid'ah. Mana tauhid dan mana syirik. Dan akhirnya di akhirat akan menyesal, kenapa dulu meninggalkan majlis ilmu.
Berkata Abu Waqid Al Laitsi radhiyallahu anhu :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ إِذْ أَقْبَلَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ وَاحِدٌ قَالَ فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَرَأَى فُرْجَةً فِي الْحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا وَأَمَّا الْآخَرُ فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ وَأَمَّا الثَّالِثُ فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنْ النَّفَرِ الثَّلَاثَةِ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dimana satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi, Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi ? Adapun seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya [HR Bukhori Muslim]
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :
Hadits di atas menerangkan tiga tipe sikap orang terhadap majlis ilmu. Yang pertama orang yang sangat haus akan ilmu. Di saat menjumpai majlis ilmu ia segera memasukinya. Ia berusaha duduk paling depan. Yang kedua yang memiliki semangat untuk tholabul ilmi, namun masih ada rasa malu pada dirinya. Ia tetap memasukinya namun karena rasa malunya menyebabkan ia duduk di belakang. Adapun yang ketiga adalah orang yang berpaling dari majlis ilmu. Enggan mendatanginya meski majlis itu ada di depan matanya. Inilah sikap munafiq.
Orang seperti ini akhirnya tidak tahu kebatilan sehingga terjerumus ke dalamnya dan tidak mengetahui perintah sehingga tidak melaksanakannya. Kesemuanya berakibat neraka. Di situlah orang tersebut mengungkapkan penyesalannya :
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk : 10). (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al atsqolani 1/197).
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Awalnya rajin muncul di majlis ilmu. Semangatnya begitu menggebu-gebu. Panas hujan senantiasa datang. Namun lama-kelamaan mulai pudar, mulai mengendur, akhirnya mundur teratur.
Berbagai macam alasan sebagai sebab ketidakhadirannya di majlis ilmu. Ada yang sibuk dengan tugas-tugas sekolah, sibuk membuat skripsi dan KKN, sibuk mencari nafkah, sibuk dengan isteri karena pengantin baru, bahkan sampai karena ada perselisihan dengan salah satu ikhwah dan seabrek alasan lainnya.
Padahal kebutuhan manusia terhadap ilmu, tidak ada habisnya, sampai ruh berpisah dengan jasad. Bahkan kebutuhan manusia terhadap ilmu, melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum.
Berkata al-'Allamah asy-Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah:
فالإنسان في حاجة الى العلم إلى أن يموت . مجموع الفتاوى ٧١
Manusia membutuhkan ilmu sampai mati. (Majmu' al-Fatawa 6/71).
Berkata Imam Ahmad rahimahullah:
الناس إلى تعلم العلم أحوج منهم إلى الطعام والشراب. لأن الرجل يحتاج إلى الطعام والشراب فى اليوم مرة أو مرتين ، وحاجته إلى العلم بعدد أنفاسه (مدارج السالكين لإبن القيم رحمه الله ٢/٤٢٠ ) ا
Manusia lebih butuh terhadap ilmu dari pada makan dan minum. Karena seseorang itu butuh kepada makan dan minum dalam sehari sekali atau dua kali saja, tetapi kebutuhan dia kepada ilmu sepanjang nafasnya. ( Madarijus Salikin Ibnul Qayyim 2/420 ).
Seseorang yang terbiasa tidak menghadiri majlis ilmu, hatinya akan semakin lalai, semakin keras dan semakin membatu.
Asy-Syaikh al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah :
فإن الإنسان إذا كان ﻻ يحضر حلقات العلم وﻻ يسمع الخطب وﻻ يعتني بما ينقل عن أهل العلم فإنه تزداد غفلته وربما يقسو قلبه حتى يطبع عليه ويختم عليه فيكون من الغافلين. مجموع فتاوى (324/12)
Sungguh seseorang apabila terbiasa tidak menghadiri majelis-majelis ilmu, tidak mendengar khutbah-khutbah, dan tidak perhatian terhadap ilmu/faidah yang dinukil dari para ‘ulama, maka akan semakin bertambah parah kelalaiannya, bahkan hatinya bisa mengeras, sehingga ditutup dan dikunci hatinya. Maka jadilah dia termasuk orang-orang yang lalai. (Majmu’ Fatawa Ibn Baz 12/324).
Orang yang meninggalkan majlis ilmu, ilmunya tidak akan bertambah, bahkan ilmu yang ada semakin sirna dan amalannya semakin larut, akhirnya kembali menjadi orang awam.
Dampaknya semakin samar untuk membedakan mana kebenaran dan mana kebatilan. Mana yang halal dan mana yang haram. Mana yang sunnah dan mana yang bid'ah. Mana tauhid dan mana syirik. Dan akhirnya di akhirat akan menyesal, kenapa dulu meninggalkan majlis ilmu.
Berkata Abu Waqid Al Laitsi radhiyallahu anhu :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي الْمَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ إِذْ أَقْبَلَ ثَلَاثَةُ نَفَرٍ فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ وَاحِدٌ قَالَ فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَرَأَى فُرْجَةً فِي الْحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا وَأَمَّا الْآخَرُ فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ وَأَمَّا الثَّالِثُ فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ عَنْ النَّفَرِ الثَّلَاثَةِ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ وَأَمَّا الْآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dimana satu diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang yang kedua duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi, Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai bermajelis, Beliau bersabda : Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi ? Adapun seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya [HR Bukhori Muslim]
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :
Hadits di atas menerangkan tiga tipe sikap orang terhadap majlis ilmu. Yang pertama orang yang sangat haus akan ilmu. Di saat menjumpai majlis ilmu ia segera memasukinya. Ia berusaha duduk paling depan. Yang kedua yang memiliki semangat untuk tholabul ilmi, namun masih ada rasa malu pada dirinya. Ia tetap memasukinya namun karena rasa malunya menyebabkan ia duduk di belakang. Adapun yang ketiga adalah orang yang berpaling dari majlis ilmu. Enggan mendatanginya meski majlis itu ada di depan matanya. Inilah sikap munafiq.
Orang seperti ini akhirnya tidak tahu kebatilan sehingga terjerumus ke dalamnya dan tidak mengetahui perintah sehingga tidak melaksanakannya. Kesemuanya berakibat neraka. Di situlah orang tersebut mengungkapkan penyesalannya :
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Dan mereka berkata, “Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk : 10). (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al atsqolani 1/197).
Komentar
Posting Komentar