Materi Ramadhan 3

Materi Ramadhan Ketiga

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Apa Yang Dibolehkan Bagi Yang Berpuasa

1. Makan, minum dan jima’ di malam hari.

أُحِلَّ  لَكُمْ  لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ  لِبَاسٌ  لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ  الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ. (البقرة : 187).

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam. (Al Baqarah : 187).

2. Mengakhirkan sahur.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  قَالَ : كُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ تَكُونُ سُرْعَتِي أَنْ أُدْرِكَ السُّجُودَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم. (رواه البخاري).

Dari Sahl bin Sa’id radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Aku sahur dengan keluargaku, kemudian aku cepat-cepat untuk sujud (shalat) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari).

عَنْ أَنَسٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُورِ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً. (رواه البخاري).

Dari Anas dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu dia berkata : Kami sahur bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian dia mendirikan shalat. Aku (Anas) berkata : Berapa jarak antara adzan dan sahur. Dia (Zaid) berkata : Sekitar 50 ayat. (HR. Bukhari).

3. Makan dan minum karena lupa.

عَنْ أَبِيهُ رَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ. (رواه البخاري).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda : Apabila dia lupa, lalu dia makan dan minum, maka sempurnakanlah puasanya, maka sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum. (HR. Bukhari).

4. Niat puasa di siang hari karena ketidaktahuan.

عَنْ  سَلَمَةَ  بْنِ  الأَكْوَعِ  رَضِيَ  اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم بَعَثَ رَجُلاً يُنَادِي فِي النَّاسِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ أَنْ مَنْ أَكَلَ فَلْيُتِمَّ أَوْ فَلْيَصُمْ وَمَنْ لَمْ يَأْكُلْ فَلاَ يَأْكُلْ. (رواه البخاري).

Dari Salamah bin Al Akwa’ radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seorang laki-laki niat di siang hari pada hari ‘Asyuro. Barangsiapa yang telah makan maka selesaikanlah atau hendaklah puasa dan barangsiapa yang belum makan, maka janganlah makan. (HR. Bukhari).

Kata ulama, dalil ini menunjukkan bahwa kalau tidak tahu bahwa hari ini sudah masuk waktu ramadhan, ternyata sudah masuk, maka berniatlah puasa di siang hari. Dalil ini mengkiaskan puasa ‘asyura dengan puasa ramadhan.

5. Bangun tidur dalam keadaan junub.

عَنْ عَائِشَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه  وسلم  كَانَ  يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ. (رواه البخاري).

Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam di waktu fajar dia dapati dalam keadaan junub karena (jima’ di malam hari) dengan isterinya, kemudian dia mandi dan puasa. (HR. Bukhari).

6. Mencumbu dan mencium isterinya.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لإِرْبِهِ. (رواه البخاري).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata : Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium dan mencumbu (isterinya) selagi Beliau berpuasa dan dia orang yang paling menguasai hajatnya (nafsunya) diantara kalian. (HR. Bukhari).

عَنْ  عَائِشَةَ  رَضِيَ  اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ إِنْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم لَيُقَبِّلُ بَعْضَ أَزْوَاجِهِ وَهُوَ صَائِمٌ. (رواه البخاري).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata : Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sungguh mencium sebagian isterinya dan dia dalam keadaan puasa. (HR. Bukhari).

Bagi yang masih muda, atau yang sudah berumur, tetapi syahwat masih berkobar atau tidak kuat menahan nafsunya, jauhilah mencium dan mencumbu isterinya di siang hari ketika berpuasa.

7. Mandi keramas dan mengkompres kepala dengan kain basah.

عَنْ عَائِشَةَ وَأُمِّ سَلَمَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ وَيَصُومُ. (رواه البخاري).

Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anhuma bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam di waktu fajar dia dapati dalam keadaan junub karena (jima’ di malam hari) dengan isterinya, kemudian dia mandi dan puasa. (HR. Bukhari).

عن أَبِيْ بَكْرٍ رضي الله عنه قَالَ ..... لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِالْعَرْجِ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ ، وَهُوَ صَائِمٌ مِنَ الْعَطَشِ ، أَوْ مِنَ الْحَرِّ (رواه أبو داود. قال الشيخ الألباني : صحيح).

Dari Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu....Sungguh-sungguh aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika matahari tergelincir ke arah barat, dia menuangkan air ke atas kepalanya selagi Beliau berpuasa karena kehausan atau karena panas. (HR.Abu Daud. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).

بَلَّ  ابْنُ  عُمَرَ  رَضِيَ  اللَّهُ  عَنْهُمَا ثَوْبًا فَأَلْقَاهُ عَلَيْهِ  وَهُوَ صَائِمٌز . (رواه البخاري).

Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma membasahi pakaiannya, lalu meletakkannya di atas kepalanya, dan dia sedang berpuasa. (HR. Bukhari).

8. Bersiwak (sikat gigi).

عَنْ  أَبِي هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللهُ  عَنْهُ  أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قال :  لَوْلاَ  أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ  وُضُوءٍ  وَيُرْوَى  نَحْوُهُ عَنْ جَابِرٍ وَزَيْدِ بْنِ خَالِدٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَخُصَّ الصَّائِمَ مِنْ غَيْرِهِ (رواه البخاري).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka bersiwak (sikat gigi) setiap mau wudhu. Dan diriwayatkan semisalnya dari Jabir bin Khalid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak mengkhususkan bagi yang berpuasa dan selainnya (HR. Bukhari).

Dalil ini menunjukkan untuk bersiwak setiap mau shalat, tidak ada dalil yang menerangkan bahwa kalau puasa tidak boleh bersiwak, atau bersiwaknya pagi saja sesudah sahur atau ketika mau shalat subuh.

Yang perlu diperhatikan kalau pakai pasta gigi, air yang tertelan. Kalau pakai siwak yang menggunakan kayu siwak, itu tidak masalah karena tidak menggunakan air.

9. Al Hijamah (berbekam).

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ :  احْتَجَمَ  النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ صَائِمٌ. (رواه البخاري).

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dan dia sedang berpuasa. (HR. Bukhari).

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم احْتَجَمَ وَهْوَ مُحْرِمٌ وَاحْتَجَمَ وَهْوَ صَائِمٌ. (رواه البخاري).

Dari  Ibnu  Abbas  radhiyallahu ‘anhuma   bahwasannya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dalam keadaan ihram dan sewaktu berpuasa. (HR. Bukhari).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  قَالَ : قَالَ رَسُولُ  اللهِ  صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ. (رواه ابن ماجة و الترمذي و أبو داود و أحمد و النسائي و ابن حبان. قال الشيخ الألباني : صحيح).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : Batal orang membekam dan yang dibekam. (HR. Ibnu Majah, at Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad, An Nasai dan Ibnu Hiban. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).

Hadits di atas kelihatannya kontradiksi (bertolak belakang). Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, berbekam tidak membatalkan puasa, tapi di hadits Ibnu Majah, at Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad, An Nasai dan Ibnu Hiban, yang bekam dan yang membekam, puasanya batal.

Melihat hadits di atas, para ulama menjelaskan, bahwa kalau yang berpuasa itu kondisinya lemah, maka jangan berbekam, karena dikuatirkan akan membatalkan puasanya, tapi kalau yang dibekam itu kondisinya kuat, maka diperbolehkan berbekam. Ini berdasarkan dalil hadits di bawah ini.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  رَخَّصَ فِي الْحِجَامَةِ  لِلصَّائِمِ.  (رواه النسائي  و ابن  خزيمة و البيهقي. قال الألباني : إسناده صحيح).

Dari Sa’id Al Khudriyyi bahwasannaya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dia memberikan keringanan bagi yang berpuasa untuk berbekam. (HR. An Nasai, Ibnu Khuzaimah dan Al Baihaqi. Berkata Syekh Al Albani : Isnadnya Shahih).

عن شُعْبَةَ قَالَ : سَمِعْتُ ثَابِتًا الْبُنَانِيَّ يَسْأَلُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَكُنْتُمْ تَكْرَهُونَ الْحِجَامَةَ لِلصَّائِمِ قَالَ : لَا إِلاَّ مِنْ أَجْلِ الضَّعْفِ. (رواه البخاري).

Dari Syu’bah, dia berkata : Aku mendengar Tsabit Al Bunaniy, dia bertanya kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu : Apakah kamu membenci orang yang berpuasa berbekam? Dia berkata : Tidak, kecuali kalau dia dalam keadaan lemah. (HR. Bukhari).

10. Safar (berpergian).

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الأَسْلَمِيَّ قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَأَصُومُ فِي السَّفَرِ ..؟ فَقَالَ إِنْ شِئْتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ. (رواه البخاري).

Dari Aisyah radhiyallahu anha isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa Hamzah bin ‘Amr Al Aslamiy dia berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah saya berpuasa ketika safar (diperjalanan) .....?. Lalu Beliau bersabda : Jika kamu mau berpuasa, puasalah dan jika mau berbuka berbukalah. (HR.Bukhari).

11. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, tapi tidak berlebih-lebihan.

عَنْ عَاصِمِ بْنِ لَقِيطِ بْنِ صَبْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قال : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِى عَنِ الْوُضُوءِ. قال : أَسْبِغِ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا ») .رواه الترمذي والنسائي وأبو داود وابن ماجة. قال الشيخ الألباني : صحيح).

Dari ‘Ashim bin Laqith bin Shabrah dari bapaknya, dia berkata : Aku berkata : Ya Rasulullah kabarkan kepadaku tentang wudhu. Beliau bersabda : Bersungguh-sungguhlah dalam berwudhu, gosoklah sela-sela jari dan bersungguh-sungguhlah dalam menghirup air ke hidung, kecuali kamu sedang berpuasa. (HR. Tirmidzi, An Nasai, Abu Daud dan Ibnu Majah. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Shahih).

12. Mencicipi makanan kalau ada keperluan.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا : لاَ بَأْسَ أَنْ يَذُوقَ الْخَلَّ أَوِ الشَّيْءَ مَا لَمْ يَدْخُلْ حَلْقَهُ وَهُوَ صَائِمٌ. (رواه ابن أبي شيبة. قال الشيخ الألباني : حسن في إرواء الغليل).

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, tidak mengapa bahwa mencicipi cuka atau sesuatu yang tidak masuk tenggorokan, sedang dia lagi berpuasa. (HR. Ibnu Abi Syaibah. Berkata Syekh Al Albani : Hadits Hasan di dalam Irwaul Gholil).

13. Diperbolehkan menggunakan celak mata, obat tetes mata, obat tetes telinga, memasukkan kapsul ke dubur, suntik (bukan suntik nutrisi atau infus), mencabut gigi, menelan ludah dan dahak. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyyah, Syekh bin Baz, dan Syekh Utsaimin).

Insya Allah bersambung ke materi keempat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?