Politik Praktis
POLITIK PRAKTIS
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Sebagian kiyai, ustadz, habaib, ajengan atau tuan guru sibuk dengan politik praktis. Sibuk dengan berita pergelutan partai di parlemen. Sibuk dengan bicara prediksi perpolitikan indonesia ke depan. Sibuk dukung capres pulan, cagub dan cabup anu.
Semestinya dai-dai yang mengaku ahlussunnah wal jamaah, mereka sibuk dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, sibuk dengan memperbaiki akidah umat dan sibuk dengan dakwah menyebarkan kebenaran. Itu kesibukan yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi diri dan masyarakat, daripada sibuk masuk kubangan kancah perpolitikan praktis yang penuh intrik.
Berkata Asy-Syaikh Albany Rahimahullah:
«نصيحتي أن تستمروا بالدعوة وأن تبتعدوا عن السياسة فذلك خير لكم وأبقى». [«سلسلة الهدى والنور» (٩٤/١)]
Nasehatku untuk kalian senantiasa berda'wah dan kalian menjauhi politik maka demikian itu lebih baik bagi kalian dan lebih kekal. [ Silsilatul huda wan nur , 1/94 ].
Betapa banyaknya dari zaman dulu sampai zaman sekarang ini, orang berlomba-lomba mendekati pintu-pintu kekuasaan. Mereka berusaha keras untuk menduduki kursi-kursi kepemimpinan atau kursi-kursi jabatan, seakan-akan itu merupakan kemuliaan kalau sudah meraihnya.
Bahkan untuk menggapai kekuasaannya itu kadang dengan melalui cara-cara yang tidak syar'i. Mungkin dengan cara membuat makar dan fitnah kepada pesaingnya, menyuap, kudeta, pemberontakan, atau melalui sistem yang diluar islam, pemilu demokrasi misalkan dan lain sebagainya.
Kekuasaan dan jabatan bukan jalan untuk meraih kemuliaan dan kehormatan. Hanya ketaatan kepada Allah-lah jalan satu-satunya untuk meraihnya.
Karena betapa banyak orang yang sudah meraih kekuasaan, sekarang justru menjadi orang yang terhina. Mungkin dicaci maki oleh rakyatnya, mungkin dipenjara karena terjerat kasus dan lain sebagainya.
Berkata Ibnu Qoyyim rahimahullah:
وقال بعض السَّلف: النَّاس يطلبون العِزَّ بأبواب الملوك، ولا يجدونه إلَّا في طاعة الله
Dan berkata sebagian salaf : Manusia itu, mereka mencari kemuliaan melalui pintu-pintu kekuasaan dan tidak mereka mendapatkannya kecuali di dalam taat kepada Allah. Ightsatul Lahfan 1/48.
Allah Ta'ala berfirman:
أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعاً.
Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi mereka (orang kafir itu) ? Maka sesungguhnya semua kemuliaan kepunyaan Allah. (QS. An Nisa : 139)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah، berfirman Allah Ta'ala:
أيبتغون عندهم العزة ) ؟
ثم أخبر تعالى بأن العزة كلها لله وحده لا شريك له ، ولمن جعلها له . كما قال في الآية الأخرى : ( من كان يريد العزة فلله العزة جميعا ) [ فاطر : 10 ] ، وقال تعالى : ( ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ولكن المنافقين لا يعلمون ) [ المنافقون : 8 ] .
والمقصود من هذا التهييج على طلب العزة من جناب الله ، والالتجاء إلى عبوديته ، والانتظام في جملة عباده المؤمنين الذين لهم النصرة في هذه الحياة الدنيا ، ويوم يقوم الأشهاد .
Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi mereka (orang kafir itu) ? (QS. An Nisa 139).
Kemudian Allah Ta'ala. memberitahukan bahwa kemuliaan itu seluruhnya hanyalah milik Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Dia memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dalam ayat yang lain disebutkan hal yang semakna, yaitu: Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (QS. Fathir: 10)
Firman Allah Ta'ala, yang mengatakan:َ
Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (QS. Al-Munafiqun: 8)
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah menggerakkan hati mereka untuk mencari kekuatan (kemuliaan) di sisi Allah, beribadah kepada-Nya dengan ikhlas, dan menggabungkan diri ke dalam barisan hamba-hamba-Nya yang beriman, karena hanya merekalah yang mendapat pertolongan di dalam kehidupan dunia ini dan di hari semua saksi dibangkitkan (hari kiamat). (Tafsir Ibnu Katsir ).
Ambisi untuk meraih kekuasaan tidak habis-habisnya, berulang kali mereka mencoba untuk meraihnya, walaupun gagal berkali-kali namun tidak menghentikan ambisinya.
Ada orang ikut pilpres, pilgub atau pilbup berkali-kali, namun terus gagal, tetapi terus mencoba mencalonkan diri kembali, dengan harapan kekuasaan dapat diraihnya. Padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat nanti.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ
“Kalian akan berambisi pada kekuasaan. Padahal ia akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Maka sungguh nikmat yang menyusui (kenikmatan dunia) dan sungguh buruk yang menyapih (hari setelah kematian).” (HR. Bukhari).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengutip dari para ulama,
نعم المرضعة لما فيها من حصول الجاه والمال ونفاذ الكلمة وتحصيل اللذات الحسية والوهمية حال حصولها وبئست الفاطمة عند الانفصال عنها بموت أو غيره وما يترتب عليها من التبعات في الآخرة
“Sungguh nikmat di dunia karena pemiliknya mendapatkan jabatan, kekayaan, kata-katanya didengar, dan mendapatkan kenikmatan indrawi serta kenikmatan semu saat meraih kekuasaan. Sungguh buruk setelah kematian karena berpisah dengan kekuasaan dan adanya tanggung jawab di akhirat. (Fathul Bari).
Kekuasaan itu akan datang sendiri, tidak perlu mencari atau menawar-nawarkan diri. Karena kalau kita meminta jabatan, Allah tidak akan menolongnya. Tidak akan memberikan solusi jalan keluar dari permasalahannya. Bahkan agama kita melarang untuk meminta jabatan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَسْأَلْ اْلإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا
“Jangan meminta jabatan, sebab jika engkau diberi jabatan tanpa meminta, maka engkau akan dibantu (oleh Allah) untuk mengatasinya, tetapi jika engkau diberi karena memintanya, maka engkau akan diserahkan padanya (dibiarkan tanpa bantuan dari Allah).” (HR. Bukhari).
Seorang sahabat yang mulia Abu Dzar radhiyallahu’anhu pernah meminta jabatan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, namun beliau tidak memberikannya kepada Abu Dzar radhiyallahu anhu.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِى قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِى ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mempekerjakan aku (memberi jabatan kepadaku).” Maka beliau menepuk bahuku dengan tangannya, kemudian bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan sesungguhnya jabatan itu amanah dan akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan benar dan menunaikan tanggung jawab yang ada padanya.” (HR. Muslim).
Sekali lagi, kekuasaan itu akan dipergilirkan, tidak usah repot-repot untuk mencarinya, perbaiki diri saja. Perbaiki hubungan dengan Allah dan perbaiki hubungan dengan manusia. Perbaiki akidah keimanan dan amal shaleh, cepat atau lambat, kalau Allah kehendaki, pasti dan sungguh pasti, kekuasaan itu akan ada ditangannya.
Allah Ta'ala berfirman:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS.Ali Imran : 26).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
{وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nur : 55).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
هذا وعد من الله لرسوله صلى الله عليه وسلم . بأنه سيجعل أمته خلفاء الأرض ، أي : أئمة الناس والولاة عليهم ، وبهم تصلح البلاد ، وتخضع لهم العباد ، وليبدلن بعد خوفهم من الناس أمنا وحكما فيهم ، وقد فعل تبارك وتعالى ذلك . وله الحمد والمنة ، فإنه لم يمت رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى فتح الله عليه مكة وخيبر والبحرين ، وسائر جزيرة العرب وأرض اليمن بكمالها . وأخذ الجزية من مجوس هجر ، ومن بعض أطراف الشام ، وهاداه هرقل ملك الروم وصاحب مصر والإسكندرية - وهو المقوقس - وملوك عمان والنجاشي ملك الحبشة ، الذي تملك بعد أصحمة ، رحمه الله وأكرمه .
Ini merupakan janji dari Allah Ta'ala. kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang berkuasa di bumi, yakni menjadi para pemimpin manusia dan penguasa mereka. Dengan mereka negeri akan menjadi baik dan semua hamba Allah akan tunduk kepada mereka. Dan Allah akan menukar keadaan mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa dan menjadi penguasa atas manusia. Janji itu telah diberikan oleh Allah Ta'ala kepada mereka; segala puji bagi Allah, begitu juga karunianya. Kerena sesungguhnya sebelum Nabi shallallahu alaihi wa sallam wafat, Allah telah menaklukkan baginya Mekah, Khaibar, Bahrain, dan semua kawasan Jazirah Arabia serta negeri Yaman seluruhnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam sempat memungut jizyah dari orang-orang Majusi Hajar dan juga dari para penduduk yang ada di pinggiran negeri Syam (yang berada di dekat negeri Arab).
Berbagai macam hadiah berdatangan kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam dari Heraklius (Kaisar Romawi), penguasa negeri Mesir dan Iskandariah (yaitu raja Muqauqis), raja-raja negeri Amman (oman), dan Raja Negus (raja negeri Abesinia yang bertahta sesudah As-hamah rahimahullah).
(Tafsir Ibnu Katsir).
Sekali lagi, kekuasaan akan di dapat dengan akidah keimanan yang murni dan banyak beramal shaleh yakni beramal ikhlas dan beramal benar sesuai dengan yang dicontohkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bukan dengan cara-cara orang kafir seperti pemilu.
Ada orang bertanya kepada Asy-Syaikh Al-'Allamah Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah :
Apabila kalian memperingatkan dari ikut serta dalam pemilu, lalu bagaimana cara kaum muslimin dapat menguasai hukum dan menegakkan syari’at?
Beliau menjawab :
الذي يظن أنه سيصل بالانتخابات فهو مغفل! مغفل! مغفل! .
الذي يصل إلى الانتخابات هو الذي يكون عنده ملايين الدولارات الأمريكية، وفي الليل يذهب إلى مشايخ القبائل وإلى الضباط وإلى كذا وكذا، فهذا هو الذي سيفوز في الانتخابات، وعلى فرض أنه فاز في الانتخابات الصالح، فالحكومة ستوجه له المدافع والرشاشات، فهم ليسوا مستعدين أن يعطوها بالانتخابات، فنحن نعلم إن شاء الله في حدود ما نستطيع، والوصول إلى السلطة تكون بتقوى الله والعلم والعمل والدعوة إلى الله وإعداد العدة في حدود ما يستطاع والله المستعان.
------------------
راجع كتاب : ( مقتل جميل الرحمن ص 54 )
Beliau menjawab :
Yang menyangka bahwa dia mampu mencapai hal itu dengan mengikuti pemilu maka dia orang lalai! lalai! lalai!
Yang dapat memenangkan pemilu adalah orang yang memiliki jutaan dollar amerika, dan di malam hari mendatangi para syaikh kabilah, para hakim, dan seterusnya, orang yang seperti inilah yang akan menang dalam pemilu.
Anggaplah dia akan memenangkan pemilu yang sehat, maka penguasa akan mengarahkan kepadanya meriam dan senapang, sebab mereka tidak bersedia untuk memberikannya dengan melalui pemilu.
Maka kami akan terus mengajar insya Allah sesuai kemampuan kami, dan mencapai kekuasaan dilakukan dengan bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla dan menyiapkan kekuatan sesuai batas kemampuan, Wallahul musta’an. Sumber : http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=1410
Mudah-mudahan bermanfaat, bagi orang yang mau mengambil manfaat.
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Sebagian kiyai, ustadz, habaib, ajengan atau tuan guru sibuk dengan politik praktis. Sibuk dengan berita pergelutan partai di parlemen. Sibuk dengan bicara prediksi perpolitikan indonesia ke depan. Sibuk dukung capres pulan, cagub dan cabup anu.
Semestinya dai-dai yang mengaku ahlussunnah wal jamaah, mereka sibuk dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat, sibuk dengan memperbaiki akidah umat dan sibuk dengan dakwah menyebarkan kebenaran. Itu kesibukan yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi diri dan masyarakat, daripada sibuk masuk kubangan kancah perpolitikan praktis yang penuh intrik.
Berkata Asy-Syaikh Albany Rahimahullah:
«نصيحتي أن تستمروا بالدعوة وأن تبتعدوا عن السياسة فذلك خير لكم وأبقى». [«سلسلة الهدى والنور» (٩٤/١)]
Nasehatku untuk kalian senantiasa berda'wah dan kalian menjauhi politik maka demikian itu lebih baik bagi kalian dan lebih kekal. [ Silsilatul huda wan nur , 1/94 ].
Betapa banyaknya dari zaman dulu sampai zaman sekarang ini, orang berlomba-lomba mendekati pintu-pintu kekuasaan. Mereka berusaha keras untuk menduduki kursi-kursi kepemimpinan atau kursi-kursi jabatan, seakan-akan itu merupakan kemuliaan kalau sudah meraihnya.
Bahkan untuk menggapai kekuasaannya itu kadang dengan melalui cara-cara yang tidak syar'i. Mungkin dengan cara membuat makar dan fitnah kepada pesaingnya, menyuap, kudeta, pemberontakan, atau melalui sistem yang diluar islam, pemilu demokrasi misalkan dan lain sebagainya.
Kekuasaan dan jabatan bukan jalan untuk meraih kemuliaan dan kehormatan. Hanya ketaatan kepada Allah-lah jalan satu-satunya untuk meraihnya.
Karena betapa banyak orang yang sudah meraih kekuasaan, sekarang justru menjadi orang yang terhina. Mungkin dicaci maki oleh rakyatnya, mungkin dipenjara karena terjerat kasus dan lain sebagainya.
Berkata Ibnu Qoyyim rahimahullah:
وقال بعض السَّلف: النَّاس يطلبون العِزَّ بأبواب الملوك، ولا يجدونه إلَّا في طاعة الله
Dan berkata sebagian salaf : Manusia itu, mereka mencari kemuliaan melalui pintu-pintu kekuasaan dan tidak mereka mendapatkannya kecuali di dalam taat kepada Allah. Ightsatul Lahfan 1/48.
Allah Ta'ala berfirman:
أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعاً.
Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi mereka (orang kafir itu) ? Maka sesungguhnya semua kemuliaan kepunyaan Allah. (QS. An Nisa : 139)
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah، berfirman Allah Ta'ala:
أيبتغون عندهم العزة ) ؟
ثم أخبر تعالى بأن العزة كلها لله وحده لا شريك له ، ولمن جعلها له . كما قال في الآية الأخرى : ( من كان يريد العزة فلله العزة جميعا ) [ فاطر : 10 ] ، وقال تعالى : ( ولله العزة ولرسوله وللمؤمنين ولكن المنافقين لا يعلمون ) [ المنافقون : 8 ] .
والمقصود من هذا التهييج على طلب العزة من جناب الله ، والالتجاء إلى عبوديته ، والانتظام في جملة عباده المؤمنين الذين لهم النصرة في هذه الحياة الدنيا ، ويوم يقوم الأشهاد .
Apakah mereka mencari kemuliaan di sisi mereka (orang kafir itu) ? (QS. An Nisa 139).
Kemudian Allah Ta'ala. memberitahukan bahwa kemuliaan itu seluruhnya hanyalah milik Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan Dia memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dalam ayat yang lain disebutkan hal yang semakna, yaitu: Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (QS. Fathir: 10)
Firman Allah Ta'ala, yang mengatakan:َ
Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui. (QS. Al-Munafiqun: 8)
Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah menggerakkan hati mereka untuk mencari kekuatan (kemuliaan) di sisi Allah, beribadah kepada-Nya dengan ikhlas, dan menggabungkan diri ke dalam barisan hamba-hamba-Nya yang beriman, karena hanya merekalah yang mendapat pertolongan di dalam kehidupan dunia ini dan di hari semua saksi dibangkitkan (hari kiamat). (Tafsir Ibnu Katsir ).
Ambisi untuk meraih kekuasaan tidak habis-habisnya, berulang kali mereka mencoba untuk meraihnya, walaupun gagal berkali-kali namun tidak menghentikan ambisinya.
Ada orang ikut pilpres, pilgub atau pilbup berkali-kali, namun terus gagal, tetapi terus mencoba mencalonkan diri kembali, dengan harapan kekuasaan dapat diraihnya. Padahal kekuasaan itu akan menjadi penyesalan pada hari kiamat nanti.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى اْلإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَنِعْمَ الْمُرْضِعَةُ وَبِئْسَتْ الْفَاطِمَةُ
“Kalian akan berambisi pada kekuasaan. Padahal ia akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Maka sungguh nikmat yang menyusui (kenikmatan dunia) dan sungguh buruk yang menyapih (hari setelah kematian).” (HR. Bukhari).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengutip dari para ulama,
نعم المرضعة لما فيها من حصول الجاه والمال ونفاذ الكلمة وتحصيل اللذات الحسية والوهمية حال حصولها وبئست الفاطمة عند الانفصال عنها بموت أو غيره وما يترتب عليها من التبعات في الآخرة
“Sungguh nikmat di dunia karena pemiliknya mendapatkan jabatan, kekayaan, kata-katanya didengar, dan mendapatkan kenikmatan indrawi serta kenikmatan semu saat meraih kekuasaan. Sungguh buruk setelah kematian karena berpisah dengan kekuasaan dan adanya tanggung jawab di akhirat. (Fathul Bari).
Kekuasaan itu akan datang sendiri, tidak perlu mencari atau menawar-nawarkan diri. Karena kalau kita meminta jabatan, Allah tidak akan menolongnya. Tidak akan memberikan solusi jalan keluar dari permasalahannya. Bahkan agama kita melarang untuk meminta jabatan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَسْأَلْ اْلإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا
“Jangan meminta jabatan, sebab jika engkau diberi jabatan tanpa meminta, maka engkau akan dibantu (oleh Allah) untuk mengatasinya, tetapi jika engkau diberi karena memintanya, maka engkau akan diserahkan padanya (dibiarkan tanpa bantuan dari Allah).” (HR. Bukhari).
Seorang sahabat yang mulia Abu Dzar radhiyallahu’anhu pernah meminta jabatan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, namun beliau tidak memberikannya kepada Abu Dzar radhiyallahu anhu.
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلاَ تَسْتَعْمِلُنِى قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبِى ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا
“Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mempekerjakan aku (memberi jabatan kepadaku).” Maka beliau menepuk bahuku dengan tangannya, kemudian bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, sedangkan sesungguhnya jabatan itu amanah dan akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan benar dan menunaikan tanggung jawab yang ada padanya.” (HR. Muslim).
Sekali lagi, kekuasaan itu akan dipergilirkan, tidak usah repot-repot untuk mencarinya, perbaiki diri saja. Perbaiki hubungan dengan Allah dan perbaiki hubungan dengan manusia. Perbaiki akidah keimanan dan amal shaleh, cepat atau lambat, kalau Allah kehendaki, pasti dan sungguh pasti, kekuasaan itu akan ada ditangannya.
Allah Ta'ala berfirman:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS.Ali Imran : 26).
Dan Allah Ta'ala berfirman:
{وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nur : 55).
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :
هذا وعد من الله لرسوله صلى الله عليه وسلم . بأنه سيجعل أمته خلفاء الأرض ، أي : أئمة الناس والولاة عليهم ، وبهم تصلح البلاد ، وتخضع لهم العباد ، وليبدلن بعد خوفهم من الناس أمنا وحكما فيهم ، وقد فعل تبارك وتعالى ذلك . وله الحمد والمنة ، فإنه لم يمت رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى فتح الله عليه مكة وخيبر والبحرين ، وسائر جزيرة العرب وأرض اليمن بكمالها . وأخذ الجزية من مجوس هجر ، ومن بعض أطراف الشام ، وهاداه هرقل ملك الروم وصاحب مصر والإسكندرية - وهو المقوقس - وملوك عمان والنجاشي ملك الحبشة ، الذي تملك بعد أصحمة ، رحمه الله وأكرمه .
Ini merupakan janji dari Allah Ta'ala. kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam, bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai orang-orang yang berkuasa di bumi, yakni menjadi para pemimpin manusia dan penguasa mereka. Dengan mereka negeri akan menjadi baik dan semua hamba Allah akan tunduk kepada mereka. Dan Allah akan menukar keadaan mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa dan menjadi penguasa atas manusia. Janji itu telah diberikan oleh Allah Ta'ala kepada mereka; segala puji bagi Allah, begitu juga karunianya. Kerena sesungguhnya sebelum Nabi shallallahu alaihi wa sallam wafat, Allah telah menaklukkan baginya Mekah, Khaibar, Bahrain, dan semua kawasan Jazirah Arabia serta negeri Yaman seluruhnya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam sempat memungut jizyah dari orang-orang Majusi Hajar dan juga dari para penduduk yang ada di pinggiran negeri Syam (yang berada di dekat negeri Arab).
Berbagai macam hadiah berdatangan kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam dari Heraklius (Kaisar Romawi), penguasa negeri Mesir dan Iskandariah (yaitu raja Muqauqis), raja-raja negeri Amman (oman), dan Raja Negus (raja negeri Abesinia yang bertahta sesudah As-hamah rahimahullah).
(Tafsir Ibnu Katsir).
Sekali lagi, kekuasaan akan di dapat dengan akidah keimanan yang murni dan banyak beramal shaleh yakni beramal ikhlas dan beramal benar sesuai dengan yang dicontohkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bukan dengan cara-cara orang kafir seperti pemilu.
Ada orang bertanya kepada Asy-Syaikh Al-'Allamah Muqbil bin Hadi al-Wadi’i rahimahullah :
Apabila kalian memperingatkan dari ikut serta dalam pemilu, lalu bagaimana cara kaum muslimin dapat menguasai hukum dan menegakkan syari’at?
Beliau menjawab :
الذي يظن أنه سيصل بالانتخابات فهو مغفل! مغفل! مغفل! .
الذي يصل إلى الانتخابات هو الذي يكون عنده ملايين الدولارات الأمريكية، وفي الليل يذهب إلى مشايخ القبائل وإلى الضباط وإلى كذا وكذا، فهذا هو الذي سيفوز في الانتخابات، وعلى فرض أنه فاز في الانتخابات الصالح، فالحكومة ستوجه له المدافع والرشاشات، فهم ليسوا مستعدين أن يعطوها بالانتخابات، فنحن نعلم إن شاء الله في حدود ما نستطيع، والوصول إلى السلطة تكون بتقوى الله والعلم والعمل والدعوة إلى الله وإعداد العدة في حدود ما يستطاع والله المستعان.
------------------
راجع كتاب : ( مقتل جميل الرحمن ص 54 )
Beliau menjawab :
Yang menyangka bahwa dia mampu mencapai hal itu dengan mengikuti pemilu maka dia orang lalai! lalai! lalai!
Yang dapat memenangkan pemilu adalah orang yang memiliki jutaan dollar amerika, dan di malam hari mendatangi para syaikh kabilah, para hakim, dan seterusnya, orang yang seperti inilah yang akan menang dalam pemilu.
Anggaplah dia akan memenangkan pemilu yang sehat, maka penguasa akan mengarahkan kepadanya meriam dan senapang, sebab mereka tidak bersedia untuk memberikannya dengan melalui pemilu.
Maka kami akan terus mengajar insya Allah sesuai kemampuan kami, dan mencapai kekuasaan dilakukan dengan bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla dan menyiapkan kekuatan sesuai batas kemampuan, Wallahul musta’an. Sumber : http://www.muqbel.net/fatwa.php?fatwa_id=1410
Mudah-mudahan bermanfaat, bagi orang yang mau mengambil manfaat.
Komentar
Posting Komentar