Hidup Harmonis Berumah Tangga
HIDUP HARMONIS BERUMAH TANGGA
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Bagi yang belum punya pasangan hidup, mungkin yang terbayang, tergambar dan terlukis hanya keindahahan, kebahagiaan dan kesenangannya saja. Padahal dibalik itu semua ada kehidupan yang penuh dengan riak dan irama. Pahit manis, suka duka, marah senang, penderitaan kebahagiaan dan lain sebagainya mewarnai kehidupan berumahtangga.
Kadang berakhir dengan happy ending, kadang dengan penderitaan dan prahara yang tidak berujung. Pertengkaran dan percekcokan yang tidak bertepi, yang kadang berakhir dengan perceraian.
Penulis kali ini akan memberikan kiat-kiat menaklukkan hati pasangan hidup kita, agar hidup penuh dengan ketenteraman, kedamaian dan kebagian. Walaupun tidak dipungkiri bahwa hidup mengayuh mahligai perkawinan pasti ada saja riak dan gelombang, namun itu semua tidak menenggelamkan perahu pernikahan.
Pertama, Bersyukur Kepada Isteri.
Ketika ada seseorang berbuat baik kepada kita, menolong dan membantu kita dan memberikan sesuatu kepada kita, tentulah kita mengucapkan banyak terima kasih kepadanya sebagai bentuk kesyukuran.
Lantas bagaimana dengan isteri kita, yang sekian lama membantu kita, yang sekian lama melayani kita, yang sekian lama merawat anak-anak kita, yang sekian lama berbuat baik kepada kita, adakah ucapkan terima kasih kepadanya sebagai bentuk kesyukuran kita?
Sungguh saya perhatikan, banyak dari kalangan suami sangat kikir dengan ucapan terima kasih kepada isterinya, tidak sebagaimana ucapan tersebut dilontarkan kepada orang lain yang berbuat baik kepadanya.
Orang yang tidak bersyukur kepada manusia, termasuk kepada isteri, adalah orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Dan orang yang tidak bersyukur kepada Allah, Allah akan turunkan azab kepadanya. Mungkin bentuk azab di dunia berupa ketidakharmonisan dengan isterinya, sering berselisih, sering cekcok, bertengkar dan keributan-keributan lainnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاس
َ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud. Berkata Syaikh Al Albani : Hadits Shahih).
Berkata Al Khaththaby rahimahullah:
أن الله سبحانه و تعالى لا يقبل شكر العبد على إحسانه إليه إذا كان العبد لا يشكر إحسان الناس ويكفر معروفهم.
“Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menerima syukurnya seorang hamba atas kebaikan-Nya kepadanya, jika seorang hamba tidak bersyukur kepada kebaikan orang lain dan kufur terhadap kebaikan mereka.” (Syarah Al Khaththaby).
Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7).
Dengan kita berterima kasih kepadanya, istri pun merasa pekerjaannya, kelelahan dan kecapaiannya dihargai. Inipun membangkitkan kecintaannya kepada suaminya.
Kedua, Membantu Pekerjaan Di Rumah.
Pekerjaan rumah tangga itu tidak pernah ada habisnya. Selalu ada dan selalu bertumpuk. Mungkin kalau ada yang punya kemampuan bisa memanggil pembantu, kalau tidak ada, ya dikerja sendiri.
Alangkah bahagianya seorang isteri apabila suami membantu meringankan pekerjaannya. Baik dengan menemani dan membantunya cuci piring, cuci pakaian, memasak dan lain sebagainya.
Hal inipun dicontohkan oleh manusia yang paling agung dan paling mulia, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang senantiasa membantu pekerjaan isteri-isterinya di rumah.
عَنِ الأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصْنَعُ فِى أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِى مِهْنَةِ أَهْلِهِ ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَة
ِ
Dari Al-Aswad, ia bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika berada di tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat.” (HR. Bukhari).
Jangan sungkan dan berat hati membantu pekerjaan istri di rumah, ini sesuatu yang menambah kecintaan istri kepada suaminya.
Ketiga. Memberikan Hadiah.
Kalau kita berpergian, jangan lupa ketika pulang membelikan makanan atau hadiah untuk anak isteri di rumah, walaupun hanya makanan TERANG BULAN seharga 5 ribu rupiah.
Jika ini rutin kita lakukan, maka anak dan istri akan menunggu kita dengan penuh harap, Mereka akan mengatakan: "Apalagi yang bapak atau abi bawa."
Namun jika hal ini tidak dilakukan, kehadiran dan kedatangan kita tidak dinantikan. Ada dan tidaknya sama saja.
Memberikan hadiah merupakan sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang bisa mengundang dan membangkitkan rasa saling mencintai. Jangan sampai kita sering memberikan hadiah kepada orang lain, namun kita pelit dengan anak dan isteri sendiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad. Berkata Syekh Al Albani: Hadits Hasan).
Keempat, Mendengarkan Pembicaraan atau Ceritanya
Ketika isteri berbicara dan bercerita dengarkan dengan baik. Atau dia mengajak mengobrol, maka layani obrolannya. Jangan cuek, tidak perhatian, sibuk dengan yang lainnya. Baik sibuk dengan kerjaannya, sibuk dengan membaca buku, menjawab SMS atau WA, atau sibuk dengan FBnya. Maka ini akan menyebabkan hati sang isteri terluka, marah dan jengkel. Ingin rasanya membanting apa-apa yang lebih penting yang memalingkan suami darinya.
Berkata Imam Bukhari rahimahullah :
باب السَّمَرِ مَعَ الضَّيْفِ وَالأَهْلِ
Bab bolehnya bergadang dalam rangka melayani tamu dan ngobrol bersama istri. (Shahih Bukhari, bab no. 41).
Berkata Imam An-Nawawi rahimahullah :
قَالَ الْعُلَمَاء : وَالْمَكْرُوه مِنْ الْحَدِيث بَعْد الْعِشَاء هُوَ مَا كَانَ فِي الْأُمُور الَّتِي لَا مَصْلَحَة فِيهَا. أَمَّا مَا فِيهِ مَصْلَحَة وَخَيْر فَلَا كَرَاهَة فِيهِ , وَذَلِكَ كَمُدَارَسَةِ الْعِلْم , وَحِكَايَات الصَّالِحِينَ , وَمُحَادَثَة الضَّيْف ، وَالْعَرُوس لِلتَّأْنِيسِ , وَمُحَادَثَة الرَّجُل أَهْله وَأَوْلَاده لِلْمُلَاطَفَةِ وَالْحَاجَة
Para ulama mengatakan, obrolan yang makruh setelah isya adalah obrolan yang tidak ada maslahatnya. Adapaun kegiatan yang ada maslahatnya dan ada kebaikannya, tidak makruh. Seperti belajar ilmu agama, membaca cerita orang soleh, ngobrol melayani tamu, atau pengantin baru untuk keakraban, atau suami ngobrol dengan istrinya dan anaknya, mewujudkan kesih sayang dan hajat keluarga. (Syarh Shahih Muslim, 5/146).
Kelima, Mengajak Jalan, Makan Dan Minum Di Luar Rumah.
Isteri itu kadang sumpek dan jenuh di rumah, ajaklah jalan-jalan memakai kendaraan yang kita miliki, tidak usah jauh-jauh, keliling kampung sudah cukup. Kalau ada warung penjual es cendol, es campur atau es kelapa muda mampir dan nikmati berdua. Inipun kiat untuk meluluhkan hati sang isteri.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, mengundi isteri-isterinya untuk menentukan siapa yang bisa ikut pergi dengannya. Dan para isteri berharap kalau dirinya yang bisa ikut.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذاأراد سفرا أقرع بين نسائه فأيتهن خرج سهمها خرج بها معه،
“ Apabila hendak bepergian, ia selalu mengadakan undian diantara istri-istrinya, siapapun diantara mereka yang keluar namanya (dalam undian itu), maka beliau pergi bersamanya, (HR. Bukhari).
Keenam, Sayang dan Perhatian
Jika isteri punya masalah atau bersedih peluklah dia, hiburlah dia. Bersikaplah empati dan sayangilah dia, jangan biarkan dia susah dan sedih sendirian. Dengan ini ia pun akan terhibur.
Bila di malam hari dia tertidur kedinginan, selimuti dia. Bila dia sakit, bantulah untuk mengurangi sakitnya, mungkin dengan memijat kepalanya kalau dia sakit kepala, mengurut kakinya kalau dia sakit kaki atau tangannya. Dan lain sebagainya.
Sikap empati dan rasa sayang seperti inilah akan mengundang kasih sayang Allah turun. Jika ini turun, maka hidup berumahtangga akan penuh dengan keharmonisan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ لاَ يَرْحَمِ النَّاسَ لاَ يَرْحَمْهُ اللهُ»
“Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia, niscaya Allah tidak akan menyayanginya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاء
ِ
“Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi, niscaya (Rabb) yang berada di atas langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi. Berkata Syaikh Al Albani : Shahih).
Penulis cukupkan sampai disini saja, walaupun masih banyak kiat-kiat untuk membangun rumah tangga yang harmonis, karena khawatir terlalu panjang dan melelahkan membacanya.
Mudah-mudahan dengan mengamalkan kiat-kiat diatas bisa membantu menyelesaikan problematika rumah tangga menuju kehidupan rumah tangga yang berbahagia.
Oleh : Abu Fadhel Majalengka
Bagi yang belum punya pasangan hidup, mungkin yang terbayang, tergambar dan terlukis hanya keindahahan, kebahagiaan dan kesenangannya saja. Padahal dibalik itu semua ada kehidupan yang penuh dengan riak dan irama. Pahit manis, suka duka, marah senang, penderitaan kebahagiaan dan lain sebagainya mewarnai kehidupan berumahtangga.
Kadang berakhir dengan happy ending, kadang dengan penderitaan dan prahara yang tidak berujung. Pertengkaran dan percekcokan yang tidak bertepi, yang kadang berakhir dengan perceraian.
Penulis kali ini akan memberikan kiat-kiat menaklukkan hati pasangan hidup kita, agar hidup penuh dengan ketenteraman, kedamaian dan kebagian. Walaupun tidak dipungkiri bahwa hidup mengayuh mahligai perkawinan pasti ada saja riak dan gelombang, namun itu semua tidak menenggelamkan perahu pernikahan.
Pertama, Bersyukur Kepada Isteri.
Ketika ada seseorang berbuat baik kepada kita, menolong dan membantu kita dan memberikan sesuatu kepada kita, tentulah kita mengucapkan banyak terima kasih kepadanya sebagai bentuk kesyukuran.
Lantas bagaimana dengan isteri kita, yang sekian lama membantu kita, yang sekian lama melayani kita, yang sekian lama merawat anak-anak kita, yang sekian lama berbuat baik kepada kita, adakah ucapkan terima kasih kepadanya sebagai bentuk kesyukuran kita?
Sungguh saya perhatikan, banyak dari kalangan suami sangat kikir dengan ucapan terima kasih kepada isterinya, tidak sebagaimana ucapan tersebut dilontarkan kepada orang lain yang berbuat baik kepadanya.
Orang yang tidak bersyukur kepada manusia, termasuk kepada isteri, adalah orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Dan orang yang tidak bersyukur kepada Allah, Allah akan turunkan azab kepadanya. Mungkin bentuk azab di dunia berupa ketidakharmonisan dengan isterinya, sering berselisih, sering cekcok, bertengkar dan keributan-keributan lainnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاس
َ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud. Berkata Syaikh Al Albani : Hadits Shahih).
Berkata Al Khaththaby rahimahullah:
أن الله سبحانه و تعالى لا يقبل شكر العبد على إحسانه إليه إذا كان العبد لا يشكر إحسان الناس ويكفر معروفهم.
“Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak menerima syukurnya seorang hamba atas kebaikan-Nya kepadanya, jika seorang hamba tidak bersyukur kepada kebaikan orang lain dan kufur terhadap kebaikan mereka.” (Syarah Al Khaththaby).
Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7).
Dengan kita berterima kasih kepadanya, istri pun merasa pekerjaannya, kelelahan dan kecapaiannya dihargai. Inipun membangkitkan kecintaannya kepada suaminya.
Kedua, Membantu Pekerjaan Di Rumah.
Pekerjaan rumah tangga itu tidak pernah ada habisnya. Selalu ada dan selalu bertumpuk. Mungkin kalau ada yang punya kemampuan bisa memanggil pembantu, kalau tidak ada, ya dikerja sendiri.
Alangkah bahagianya seorang isteri apabila suami membantu meringankan pekerjaannya. Baik dengan menemani dan membantunya cuci piring, cuci pakaian, memasak dan lain sebagainya.
Hal inipun dicontohkan oleh manusia yang paling agung dan paling mulia, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang senantiasa membantu pekerjaan isteri-isterinya di rumah.
عَنِ الأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصْنَعُ فِى أَهْلِهِ قَالَتْ كَانَ فِى مِهْنَةِ أَهْلِهِ ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ قَامَ إِلَى الصَّلاَة
ِ
Dari Al-Aswad, ia bertanya pada ‘Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika berada di tengah keluarganya?” ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat.” (HR. Bukhari).
Jangan sungkan dan berat hati membantu pekerjaan istri di rumah, ini sesuatu yang menambah kecintaan istri kepada suaminya.
Ketiga. Memberikan Hadiah.
Kalau kita berpergian, jangan lupa ketika pulang membelikan makanan atau hadiah untuk anak isteri di rumah, walaupun hanya makanan TERANG BULAN seharga 5 ribu rupiah.
Jika ini rutin kita lakukan, maka anak dan istri akan menunggu kita dengan penuh harap, Mereka akan mengatakan: "Apalagi yang bapak atau abi bawa."
Namun jika hal ini tidak dilakukan, kehadiran dan kedatangan kita tidak dinantikan. Ada dan tidaknya sama saja.
Memberikan hadiah merupakan sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang bisa mengundang dan membangkitkan rasa saling mencintai. Jangan sampai kita sering memberikan hadiah kepada orang lain, namun kita pelit dengan anak dan isteri sendiri.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:
تَهَادُوْا تَحَابُّوْا
“Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad. Berkata Syekh Al Albani: Hadits Hasan).
Keempat, Mendengarkan Pembicaraan atau Ceritanya
Ketika isteri berbicara dan bercerita dengarkan dengan baik. Atau dia mengajak mengobrol, maka layani obrolannya. Jangan cuek, tidak perhatian, sibuk dengan yang lainnya. Baik sibuk dengan kerjaannya, sibuk dengan membaca buku, menjawab SMS atau WA, atau sibuk dengan FBnya. Maka ini akan menyebabkan hati sang isteri terluka, marah dan jengkel. Ingin rasanya membanting apa-apa yang lebih penting yang memalingkan suami darinya.
Berkata Imam Bukhari rahimahullah :
باب السَّمَرِ مَعَ الضَّيْفِ وَالأَهْلِ
Bab bolehnya bergadang dalam rangka melayani tamu dan ngobrol bersama istri. (Shahih Bukhari, bab no. 41).
Berkata Imam An-Nawawi rahimahullah :
قَالَ الْعُلَمَاء : وَالْمَكْرُوه مِنْ الْحَدِيث بَعْد الْعِشَاء هُوَ مَا كَانَ فِي الْأُمُور الَّتِي لَا مَصْلَحَة فِيهَا. أَمَّا مَا فِيهِ مَصْلَحَة وَخَيْر فَلَا كَرَاهَة فِيهِ , وَذَلِكَ كَمُدَارَسَةِ الْعِلْم , وَحِكَايَات الصَّالِحِينَ , وَمُحَادَثَة الضَّيْف ، وَالْعَرُوس لِلتَّأْنِيسِ , وَمُحَادَثَة الرَّجُل أَهْله وَأَوْلَاده لِلْمُلَاطَفَةِ وَالْحَاجَة
Para ulama mengatakan, obrolan yang makruh setelah isya adalah obrolan yang tidak ada maslahatnya. Adapaun kegiatan yang ada maslahatnya dan ada kebaikannya, tidak makruh. Seperti belajar ilmu agama, membaca cerita orang soleh, ngobrol melayani tamu, atau pengantin baru untuk keakraban, atau suami ngobrol dengan istrinya dan anaknya, mewujudkan kesih sayang dan hajat keluarga. (Syarh Shahih Muslim, 5/146).
Kelima, Mengajak Jalan, Makan Dan Minum Di Luar Rumah.
Isteri itu kadang sumpek dan jenuh di rumah, ajaklah jalan-jalan memakai kendaraan yang kita miliki, tidak usah jauh-jauh, keliling kampung sudah cukup. Kalau ada warung penjual es cendol, es campur atau es kelapa muda mampir dan nikmati berdua. Inipun kiat untuk meluluhkan hati sang isteri.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, mengundi isteri-isterinya untuk menentukan siapa yang bisa ikut pergi dengannya. Dan para isteri berharap kalau dirinya yang bisa ikut.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذاأراد سفرا أقرع بين نسائه فأيتهن خرج سهمها خرج بها معه،
“ Apabila hendak bepergian, ia selalu mengadakan undian diantara istri-istrinya, siapapun diantara mereka yang keluar namanya (dalam undian itu), maka beliau pergi bersamanya, (HR. Bukhari).
Keenam, Sayang dan Perhatian
Jika isteri punya masalah atau bersedih peluklah dia, hiburlah dia. Bersikaplah empati dan sayangilah dia, jangan biarkan dia susah dan sedih sendirian. Dengan ini ia pun akan terhibur.
Bila di malam hari dia tertidur kedinginan, selimuti dia. Bila dia sakit, bantulah untuk mengurangi sakitnya, mungkin dengan memijat kepalanya kalau dia sakit kepala, mengurut kakinya kalau dia sakit kaki atau tangannya. Dan lain sebagainya.
Sikap empati dan rasa sayang seperti inilah akan mengundang kasih sayang Allah turun. Jika ini turun, maka hidup berumahtangga akan penuh dengan keharmonisan.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ لاَ يَرْحَمِ النَّاسَ لاَ يَرْحَمْهُ اللهُ»
“Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia, niscaya Allah tidak akan menyayanginya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاء
ِ
“Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk bumi, niscaya (Rabb) yang berada di atas langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi. Berkata Syaikh Al Albani : Shahih).
Penulis cukupkan sampai disini saja, walaupun masih banyak kiat-kiat untuk membangun rumah tangga yang harmonis, karena khawatir terlalu panjang dan melelahkan membacanya.
Mudah-mudahan dengan mengamalkan kiat-kiat diatas bisa membantu menyelesaikan problematika rumah tangga menuju kehidupan rumah tangga yang berbahagia.
Komentar
Posting Komentar