Silahkan Berkreasi Dalam Urusan Dunia

SILAHKAN BERKREASI DAN BERINOVASI DALAM PERKARA DUNIA

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Sebagian orang, menyamakan masalah perayaan maulid, perayaan isro mi"raj, tahlilan kematian dan bentuk ibadah lainnya yang tidak dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya dengan penemuan teknologi dizaman sekarang ini, seperti HP, televisi, radio, pengeras suara (toa) dan lain-lain sebagai sarana dakwah.

Hal ini merupakan qias yang batil. Menyamakan sesuatu amalan dangan alat atau benda mati. Orang yang berakal pasti bisa membedakan, antara amalan dangan alat.

Kalau zakat fitrah dengan beras, ini baru qias yang benar, karena sama-sama makanan pokok, dimana di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, makanan pokok yang ada gandum, anggur, keju dan kurma, sedangkan dinegeri kita adalah beras.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Dahulu kami mengeluarkan zakat fithri di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada hari Idul Fithri dengan satu sho’ makanan.” Abu Sa’id berkata, Dahulu yang menjadi makanan kami adalah gandum, anggur, keju dan kurma.” (HR. Bukhari).

Untuk menentukan suatu amalan itu bid'ah atau tidak maka perhatikan kaidah ushul  fiqh yang para ulama telah goreskan dalam kitab-kitabnya yang hendaknya kita menghafalnya karena ini sangat penting sekali.

الأَصْلُ فِي الْعِبَادَاتِ المَنْعُ إِلاَّ لِنَصٍّ وَفي الْعَادَاتِِ الإِبَاحَةُ إِلاَّ لِنَصٍّ

“Hukum asal ibadah (perkara agama) itu dilarang kecuali kalau ada nash (dalil) yang membolehkannya. Adapun hukum asal adat kebiasaan (perkara dunia) itu adalah diperbolehkan kecuali kalau ada nash yang melarangnya.”

Berkata Syekh Al Albani AlMuhaddits rahimahullah:

احفظ هذا فانه هام جدا

Hafalkan ini, maka sesungguhnya ini sangat penting sekali.  (Attawassul wa Anwa'uhu wa Ahkamuhu hal 30).

Ini kaidah yang agung, yang harus dipegang teguh bagi orang yang mencari kebenaran. Orang terjatuh kepada prilaku bid'ah, karena tidak memahami kaidah ini.

Ketika mereka diingatkan bahwa amalannya tidak ada dalil perintahnya dan tidak dicontohkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat, mereka katakan, "Kan tidak ada larangannya."

Kalau perkara agama ditanyakan larangannya, maka rusak dan kacaulah agama ini. Contoh misalkan, ada orang shalat subuh tiga rakaat atau shalat pakai bahasa indonesia, kita tegur, bahwa itu tidak ada dalil perintah dan tidak dicontohkan, mereka katakan, "Kan tidak ada juga larangannya."

Sama halnya dengan urusan dunia, kalau di tanya dalil perintahnya, jelas tidak ada. Karena urusan dunia, selama tidak ada larangannya itu boleh-boleh saja. Apabila ditanyakan dalil perintah dan contohnya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya jelas tidak ada dan dunia akan stagnan, tidak akan berkembang.

Contoh misalkan, orang membuat tempe tahu, ditanya perintah membuat tempe tahu, jelas tidak akan menemukan dalilnya. Begitu pula HP, Komputer, pesawat, mobil dan yang lainnya. Maka urusan dunia selama tidak ada larangannya, boleh kita membuat perkara baru, berkreasi dan berinovasi.

Perkara agama sudah sempurna, tidak perlu lagi kita berkreasi, berinovasi, memodifikasi, atau berkolaborasi dengan ajaran yang lain.

Allah Ta'ala berfirman:

{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا}

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku­ridai Islam jadi agama bagi kalian, (QS. Al-Maidah: 3)

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

فارضوه أنتم لأنفسكم ، فإنه الدين الذي رضيه الله وأحبه وبعث به أفضل رسله الكرام ، وأنزل به أشرف كتبه .
قال علي بن أبي طلحة ، عن ابن عباس قوله : ( اليوم أكملت لكم دينكم ) وهو الإسلام ، أخبر الله نبيه صلى الله عليه وسلم والمؤمنين أنه أكمل لهم الإيمان ، فلا يحتاجون إلى زيادة أبدا ، وقد أتمه الله فلا ينقصه أبدا ، وقد رضيه الله فلا يسخطه أبدا

Terimalah oleh kalian dengan rela Islam sebagai agama kalian, karena sesungguhnya Islam adalah agama yang disukai dan diridai Allah, dan Dia telah mengutus rasul yang paling utama dan terhor­mat sebagai pembawanya, dan menurunkan Kitab-Nya yang paling mulia dengan melaluinya.

Ali ibnu Abu Talhah rahimahullah  meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu sehubungan dengan firman-Nya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian. (QS. Al-Maidah: 3); Yakni agama Islam. Allah Ta'ala memberitahukan kepada Nabi-Nya dan orang-orang mukmin bahwa Dia telah menyempurnakan Islam untuk mereka, karena itu Islam TIDAK MEMERLUKAN TAMBAHAN LAGI SELAMANYA.  Allah telah mencukupkannya dan tidak akan menguranginya untuk selamanya. Dia telah rida kepadanya, maka Dia tidak akan membencinya selama-lamanya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Imam Malik rahimahullah berkata:

مَنِ ابْتَدَعَ فِيْ اِلإِسْلاَمِ بِدْعَةً يَرَاهَا حَسَنَةً فَقَدْ زَعِمَ أَنَّ مُحَمَّدًا خَانَ الرِّسَالَةَ، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ: (الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا) فَمَا لَمْ يَكُنْ يَوْمَئِذٍ دِيْنًا فَلاَيَكُنِ اْليَوْمَ دِيْنًا

"Barangsiapa mengada-adakan dalam Islam suatu BID'AH dia melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka dia telah menuduh Muhammad menghianati risalah, karena Allah telah berfirman: "Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Ku ridhoi Islam menjadi agamamu." Maka sesuatu yang bukan termasuk ajaran agama pada hari itu (saat hidup Rasul), bukan pula termasuk ajaran agama pada hari ini." (Dakwatul Kholaf Ila Thoriqis Salaf, Muhammad bin Ali bin Ahmad Bafadhl, hal.)

Lain halnya dengan perkara dunia, selama tidak ada larangannya, silahkan berkreasi, berinovasi, memodifikasi atau mengelaborasi.

Ada beberapa riwayat yang menerangkan bahwa perkara dunia, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyerahkan kepada manusia yang lebih memahami, tetapi kalau urusan agama harus copy paste dengan apa yang dikatakan Allah dan RasulNya.

عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: مَرَرْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَوْمٍ عَلَى رُءُوْسِ النَّخْلِ فَقَالَ مَا يَصْنَعُ هَؤُلاَءِ فَقَالُوْا يُلَقِّحُوْنَهُ يَجْعَلُونَ الذَّكَرَ فِي اْلأُنْثَى فَيَلْقَحُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَظُنُّ يُغْنِي ذَلِكَ شَيْئًا قَالَ فَأُخْبِرُوْا بِذَلِكَ فَتَرَكُوْهُ فَأُخْبِرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ فَقَالَ إِنْ كَانَ يَنْفَعُهُمْ ذَلِكَ فَلْيَصْنَعُوْهُ فَإِنِّي إِنَّمَا ظَنَنْتُ ظَنًّا فَلاَ تُؤَاخِذُوْنِي بِالظَّنِّ وَلَكِنْ إِذَا حَدَّثْتُكُمْ عَنِ اللهِ شَيْئًا فَخُذُوْا بِهِ فَإِنِّي لَنْ أَكْذِبَ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Dari Musa bin Thalhah Radhiyallahu’anhu dari Bapaknya dia berkata: Saya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  pernah berjalan melewati orang-orang yang sedang berada di pucuk pohon kurma. Tak lama kemudian beliau bertanya: ‘Apa yang dilakukan orang-orang itu? ‘ Parasahabat menjawab; ‘Mereka sedang mengawinkan pohon kurma dengan meletakkan benang sari pada putik agar lekas berbuah.’ Maka Rasulullah pun bersabda: ‘Aku kira perbuatan mereka itu tidak ada gunanya.’ Thalhah berkata; ‘Kemudian mereka diberitahukan tentang sabda Rasulullah itu. Lalu mereka tidak mengawinkan pohon kurma.’ Selang beberapa hari kemudian, Rasulullah diberitahu bahwa pohon kurma yang dahulu tidak dikawinkan itu tidak berbuah lagi. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Jika okulasi (perkawinan) pohon kurma itu berguna bagi mereka, maka hendaklah mereka terus melanjutkannya. Sebenarnya aku hanya BERPENDAPAT SECARA PRIBADI. Oleh karena itu, janganlah menyalahkanku karena adanya pendapat pribadiku. Tetapi, jika aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu dari Allah, maka hendaklah kalian menerimanya. Karena, aku tidak pernah mendustakan Allah.’ (HR. Muslim)

عن رَافع بْنُ خَدِيجٍ قَالَ: قَدِمَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَهُمْ يَأْبُرُوْنَ النَّخْلَ يَقُوْلُوْنَ يُلَقِّحُوْنَ النَّخْلَ فَقَالَ مَا تَصْنَعُوْنَ قَالُوْا كُنَّا نَصْنَعُهُ قَالَ لَعَلَّكُمْ لَوْ لَمْ تَفْعَلُوْا كَانَ خَيْرًا فَتَرَكُوْهُ فَنَفَضَتْ أَوْ فَنَقَصَتْ قَالَ فَذَكَرُوْا ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ دِيْنِكُمْ فَخُذُوْا بِهِ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ رَأْيٍ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ قَالَ عِكْرِمَةُ أَوْ نَحْوَ هَذَا قَالَ الْمَعْقِرِيُّ فَنَفَضَتْ وَلَمْ يَشُكَّ

Dari Rafi’ bin Khadij Radhiyallahu’anhu dia berkata: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, para penduduk Madinah sedang menyerbukkan bunga kurma agar dapat berbuah yang hal itu biasa mereka sebut dengan ‘mengawinkan’, maka beliaupun bertanya:apa yang sedang kalian kerjakan? Mereka menjawab: Dari dulu kami selalu melakukan hal ini. Beliau berkata: ‘Seandainya kalian tidak melakukannya, niscaya hal itu lebih baik.’ Maka merekapun meninggalkannya, dan ternyata kurma-kurma itu malah rontok dan berguguran. Ia berkata: lalu hal itu diadukan kepada beliau dan beliaupun berkata: ‘Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, oleh karenanya apabila aku memerintahkan sesuatu dari urusan dien (agama) kalian, maka ambillah (laksanakanlah) dan jika aku memerintahkan sesuatu kepada kalian berdasar PENDAPATKU SEMATA, maka ketahuilah bahwa sungguh aku hanyalah manusia biasa. -Ikrimah berkata: kurang lebih seperti itu.- Al Ma’qiri berkata: maka iapun berguguran, -dan dia tidak meragukan hal itu.- (HR. Muslim)

عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَوْمٍ يُلَقِّحُوْنَ فَقَالَ لَوْ لَمْ تَفْعَلُوْا لَصَلُحَ قَالَ فَخَرَجَ شِيْصًا فَمَرَّ بِهِمْ فَقَالَ مَا لِنَخْلِكُمْ قَالُوْا قُلْتَ كَذَا وَكَذَا قَالَ أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ

Dari Tsabit dari Anas Radhiyallahu’anhu:Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma lalu beliau bersabda:Sekiranya mereka tidak melakukannya, kurma itu akan (tetap) baik. Tapi setelah itu, ternyata kurma tersebut tumbuh dalam keadaan rusak. Hingga suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati mereka lagi dan melihat hal itu beliau bertanya: ‘Adaapa dengan pohon kurma kalian? Mereka menjawab; Bukankah anda telah mengatakan hal ini dan hal itu? Beliau lalu bersabda: "KALIAN LEBIH MENGETAHUI URUSAN DUNIA KALIAN.’ (HR. Muslim)

Ada sebuah hadits tentang dunia pengobatan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyerahkan kepada ahlinya, namun hadits ini dinilai lemah oleh sebagian ulama.

عَنْ سَعْدٍ، قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا أَتَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ: «إِنَّكَ رَجُلٌ مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنّ
َ
“Dari sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di tengah dadaku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya Engkau menderita penyakit jantung. Temuilah Al-Harits bin Kaladah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya dia adalah seorang tabib (dokter). Dan hendaknya dia (Al-Harits bin Kaladah) mengambil tujuh buah kurma ‘ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.”  (HR. Abu Daud).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?