Cinta Itu Fitrah

CINTA ITU FITRAH

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Seeorang mencintai wanita, anak-anak, harta dan lain sebagainya itu adalah fitrah. Tidak ada seorang pun yang tidak menyukainya, pasti seorang insan memilikinya.

Allah Ta'ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ. (آل عمران : 14).

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).  (QS. Ali Imran : 14).

Namun kecintaan tersebut tidak boleh mengalahkan kecintaan kepada Allah dan Rasulnya. Cinta kepada Allah dan Rasulnya harus dinomersatukan. Jika tidak, ini menunjukkan lemahnya iman.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ».

“Tidak beriman salah satu dari kalian, sehingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, orangtuanya dan seluruh manusia.” (HR. Muslim).

Abdullah bin Hisyam radhiyallahu ‘anhu berkata: “Kami pernah bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau lagi menggandeng Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, lalu Umar berkata kepada beliau:

يَا رَسُولَ اللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِى . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « لاَ وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ » . فَقَالَ لَهُ عُمَرُ فَإِنَّهُ الآنَ وَاللَّهِ لأَنْتَ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِى . فَقَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « الآنَ يَا عُمَرُ » .

“Wahai Rasulullah, sungguh kamu adalah seorang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu kecuali dari diriku.” Maka, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak (demikian), demi Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih  kamu cintai dibandingkan dirimu.” Lalau umar berkata kepada beliau: “Sesungguhnya sekarang, demi Allah, kamu adalah seorang yang paling aku cintai (bahkan) dari diriku”, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sekarang, wahai Umar” (HR. Bukhari).

Bahkan Allah Ta'ala ancam dengan ancaman yang keras bagi orang yang mencintai isteri, anak, harta kekayaan dan lain sebagainya melebihi cintanya kepada Allah dan RasulNya.

Allah Ta'ala berfirman:

و قال الله تعالى : قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ. (التوبة : 24)

Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak. saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS. At Taubah : 24).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah tentang firman Allah Ta'ala:

(قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا)

Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan. (QS. At-Taubah: 24)

Maksudnya, harta benda yang merupakan hasil jerih payah kalian.

(وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا)

Perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai. (At-Taubah: 24)

Yakni rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai karena keindahan dan kenyamanannya. Dengan kata lain, jika semuanya itu:

(أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا)

Lebih kalian sukai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah  (QS. At-Taubah: 24)

Yakni tunggulah apakah yang akan menimpa kalian dari siksaan dan pembalasan-Nya.  (Tafsir Ibnu Katsir).

Untuk itu jangan sampai isteri, anak, harta benda dan lain sebagainya menjadi tandingan-tandingan berhala yang lebih dicintai daripada Allah dan RasulNya. Karena ada manusia yang cintanya kepada tandingan-tandingan tersebut, melebihi cintanya kepada Allah dan RasulNya.

Allah Ta'ala berfirman:

{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ.

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).  (QS. Al-Baqarah : 165).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

يذكر تعالى حال المشركين به في الدنيا وما لهم في الدار الآخرة ، حيث جعلوا [ له ] أندادا ، أي : أمثالا ونظراء يعبدونهم معه ويحبونهم كحبه ، وهو الله لا إله إلا هو ، ولا ضد له ولا ند له ، ولا شريك معه

Allah Ta'ala menyebutkan keadaan kaum musyrik dalam kehidupan di dunia dan apa yang bakal mereka peroleh di negeri akhirat, disebabkan mereka menjadikan tandingan-tandingan dan saingan-saingan serta sekutu-sekutu yang mereka sembah bersama Allah, dan mereka mencintai tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Allah. Padahal kenyataannya Allah adalah Tuhan yang tiada yang wajib disembah selain Dia. Tiada lawan, tiada tandingan, dan tiada sekutu bagi-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Mungkin sebagian kaum muslimin di zaman sekarang ini tidak ada yang menyembah sujud langsung kepada tandingan-tandingan Allah sebagaimana orang-orang musyrik terdahulu, namun yang mendahulukan tandingan-tandingan yang dicintainya itu dari pada Allah dan RasulNya itu banyak

Contoh kecil misalkan, saking cintanya kepada anak isteri, dia asik mansuk mengobrol dan bercengkrama dengan anak isterinya, walaupun adzan di masjid sudah terdengar. Panggilan Allah pun dia lewatkan.

Ada yang cinta dengan kendaraannya, pulang kerja menjelang magrib, dia mandikan dulu kendaraannya sampai bersih mengkilap, sampai waktu shalat magrib pun  berlalu.

Ada yang cinta dengan perniagaannya, dia enggan beranjak dari jualannya walaupun adzan sudah berkumandang, dia asik melayani pembeli sampai lewat waktu shalat.

Begitu pula orang yang cinta sawah ladang, ternak, rumah dan lain sebagainya, sampai-sampai itu semua mengalahkan cintanya kepada Allah dan RasulNya, buktinya dia lalai, bahkan meninggalkan beribadah kepada Allah karena itu semua.

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang lebih mencintai Allah dan RasulNya dari pada hiasan-hiasan dan perbendaharaan dunia yang fana ini..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?