Jadilah Petani Atau Pedagang

JADILAH PETANI DAN PEDAGANG

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Sudah sejak lama penulis  mengamati kehidupan masyarakat dimana penulis tinggal. Mayoritas penduduknya hidup berkecupan.

Indikasi ini terlihat secara lahiriyahnya. Mereka bisa berhaji dan umroh. Menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana. Memasukkan anaknya kekepolisian dan tentara. Sanggup membayar uang panai (uang pesta pernikahan) anak laki-lakinya yang puluhan juta jumlahnya dan lain sebagainya.

Setelah sekian lama penulis perhatikan, penulisan berkesimpulan, bahwa kehidupan yang berkecukupan ini karena mereka bergerak dibidang usaha yang penuh keberkahan. Yakni  bertani dan berdagang.

Mereka banyak memiliki sawah, sehingga untuk makan sehari-hari stok beras selalu tersedia. Mereka memiliki kebun coklat, kemiri, jambu mente, sukun, pisang dan lain-lain. Hasil kebunnya mereka jual ke pasar.

Sebenarnya kedua macam pekerjaan ini merupakan fitrah manusia. Coba kita tanya seorang pegawai di pemerintahan atau pekerja di perusahaan swasta,  "Pak, kalau pensiun mau kerja apa? Dia menjawab, bertani atau berdagang."

Hal ni menunjukkan bahwa bertani dan berdagang adalah pekerjaan yang sesuai dengan fitrah semua orang.

Dalam pembahasan kali ini penulis akan menguraikan tentang keberkahan dua pekerjaan ini.

Pertama Bertani.

Bercocok tanam merupakan pekerjaan yang penuh berkah. Pekerjaan yang bermanfaat bagi dunianya dan juga akhirnya.

Sedikitpun tidak ada kerugiannya, walaupun mungkin tanamannya di ambil atau dimakan pencuri dan binatang, karena itu semua dinilai suatu sedekah.

Mungkin secara lahiriyah kita merasa rugi. Kita sudah bersusah payah menanam, merawat dan menjaganya, lantas akhirnya dicuri oleh manusia atau binatang. Namun ketahuilah, itu semua menjadi sedekah.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً

“Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Muslim).

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا, أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيْمَة ٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ

“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan (tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari).

Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَ لاَ دَابَّةٌ وَ لاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim.).

Kedua Berdagang

Pedagang yang jujur, amanah, dan tidak memberatkan orang dari harganya adalah profesi yang penuh dengan kebaikan dan keberkahan. Berdagang adalah pekerjaan yang paling baik.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ « عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ »

“Ada yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad, Ath Thobroni, dan Al Hakim. Berkata Syaikh Al Albani : Hadits Shahih).

Tunggu apa lagi, gelutilah pertanian dan perdagangan, jadilah orang bebas, mengatur diri sendiri dan mengatur  waktu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?