Salafi Anti Shalawat ?

SALAFI ANTI SHALAWAT ?

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Ahlul bid'ah menuduh bahwa orang-orang  salafy  tidak bershalawat dan anti shalawat. Tuduhan ini tidak bisa dibuktikan sampai detik ini. Lihatlah kajian-kajian ustadz salafy yang bisa di saksikan langsung, baik di televisi, youtube, daurah-daurah dan lain sebagainya, mereka senantiasa membuka kajian setelah hamdalah membaca shalawat kepada Nabi. Lihatlah juga dibuku-buku yang mereka tulis, senantiasa menyertakan shalawat di mukadimahnya. Lihatlah pula ditulisan para ustadz salaf di website mereka, di facebook dan lain-lain tentang motivasi untuk bershalawat. Ini salah satu bukti mementahkan tuduhan mereka.

Bagaimana mungkin orang yang mengikuti salaf dengan baik tidak mengamalkan perintah Allah dan RasulNya tentang shalawat dan anti shalawat, ini igauan orang yang benci dengan dakwah salaf.

Dalil Perntah Bershalawat

Salafy ahlussunnah wal jamaah senantiasa bershalawat karena mentaati perintah Allah dan RasulNya.

Allah Ta’ala berfirman :

إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (الأحزاب : 56 ).

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzab : 56).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullahu dalam tafsirnya mengenai ayat ini:

قال البخاري : قال أبو العالية : صلاة الله : ثناؤه عليه عند الملائكة ، وصلاة الملائكة : الدعاء . وقال ابن عباس : يصلون : يبركون . هكذا علقه البخاري عنهما .

Berkata Imam Bukhari rahimahullah, berkata Abul Aliyah rahimahullah  bahwa yang dimaksud dengan salawat dari Allah ialah pujian-Nya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. di kalangan para malaikat, dan salawat dari para malaikat ialah doa mereka untuknya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yusalluna ialah memberikan keberkahan. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta'liq yang bersumber dari keduanya (Abul Aliyah dan Ibnu Abbas).

Berkata Abu Isa At-Turmuzi rahimahullah  dari Sufyan As-Sauri dan lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan ahlul 'ilmi; mereka mengatakan:

صلاة الرب : الرحمة ، وصلاة الملائكة : الاستغفار .

Bahwa salawat dari Allah adalah rahmat-Nya, dan salawat dari para malaikat adalah permohonan ampun.

Berkata Al-A'masy rahimahullah dari Ata ibnu Abu Rabah rahimahullah beliau berkata sehubungan dengan makna firman-Nya:

إن الله وملائكته يصلون على النبي.

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. (QS.Al-Ahzab: 56)

Dia berkata :

صلاته تبارك وتعالى : سبوح قدوس ، سبقت رحمتي غضبي . والمقصود من هذه الآية : أن الله سبحانه أخبر عباده بمنزلة عبده ونبيه عنده في الملأ الأعلى ، بأنه يثني عليه عند الملائكة المقربين ، وأن الملائكة تصلي عليه . ثم أمر تعالى أهل العالم السفلي بالصلاة والتسليم عليه ، ليجتمع الثناء عليه من أهل العالمين العلوي والسفلي جميعا .

Bahwa salawat dari Allah Tabaraka wa Ta'ala :  "Mahasuci lagi Mahakudus, rahmat-Ku mendahului azab-Ku."

Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah Allah Subhannallahu wa Ta'ala memberitahukan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di kalangan makhluk-Nya yang tertinggi (para malaikat), bahwa Dia memujinya di kalangan para malaikat yang terdekat dengan-Nya, dan bahwa para malaikat pun ikut bersalawat untuknya. Kemudian Allah Ta'ala. memerintahkan kepada penghuni alam bawah (bumi) untuk bersalawat dan bersalam untuk Nabi Saw. Dengan demikian, maka terhimpunkanlah baginya pujian dari kalangan penduduk alam atas dan alam bawah. (Tafsir Ibnu Katsir).

Inilah dalil perintah bershalawat dalam alquran dan penjelasan dari para ulama salaf

Shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga diperintahkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dibanyak sabda-sabdaNya. Dimana beliau mengabarkan berbagai keutamaan bershalawat agar umatnya bersemangat mengamalkan amalan ini. Diantaranya:

Pertama, Allah akan memberikan syafaat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صَلُّوا عَلَىَّ  فَإِنَّهُ  مَنْ  صَلَّى  عَلَىَّ  صَلاَةً   صَلَّى   اللَّهُ   عَلَيْهِ  بِهَا  عَشْرًا. (رواه مسلم)..

Bershalawat kepadaku, karena sesungguhnya barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali. (HR. Muslim dari Abdullah bim Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu).

Berkata Imam Nawawi rahimahullah:

Maknanya, Allah akan memberikan kedudukan di surga dan memberikannya syafaat (syarah imam muslim An Nawawi).

Kedua, dihapuskan kesalahan dan diangkat derajat.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ. (رواه النسائي قال الشيخ الألباني : صحيح).

Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, Allah bershalawat atasnya sepuluh kali, menghapuskan sepuluh kesalahan dan mengangkat sepuluh derajat (HR. An Nasai dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Berkata Syekh Al Albani: Hadits Shahih).

Ketiga, Doa tidak sampai kepada Allah.

Berkata Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu:

إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ لاَ يَصْعَدُ مِنْهُ شَىْءٌ   حَتَّى   تُصَلِّىَ عَلَى نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم. (رواه الترمذي قال الشيخ الألباني : حسن).

Sesungguhnya doa itu berhenti antara langit dan bumi tidak naik sampai kamu bershalawat kepada Nabi kamu shalallahu ‘alaihi wasallam.(HR. Tirmidzi. Berkata Syekh Al Albani Hadits Hasan).

Keempat, Banyak Shalawat Di Hari Jumat.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَأَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ. (رواه ابو داود قال الشيخ الألباني : صحيح).

Sesungguhnya yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari jumat maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari itu (HR. Abu Daud dari Aus bin Aus radhiyallahu anhu. Berkata Syekh Al Albani Hadits Shahih).

Kelima, Kikir Tidak Bershalawat Ketika Di Sebut Nam Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ ، ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ. (رواه أحمد وابن حبان والنسائي - قال شعيب الأرنؤوط : إسناده قوي).

Orang yang kikir itu adalah orang yang ketika disebut namuku, kemudian dia tidak bershalawat kepadaku (HR. Ahmad, Ibnu Hiban, dan An Nasai dari Ali radhiyallahu ‘anhu. Berkata Syekh Al Arnut Isnadnya Kuat).

Dan masih begitu banyak lagi keutamaan-keutamaan shalawat kepada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Yang memacu kita semua untuk mengamalkannya..

Teks Shalawat Yang Di Sunnahkan

Diantara shalawat yang diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan dipraktekkan para sahabat adalah shalawat yang ada di dalam riwayat Imam Bukhari dibawah ini.

Diceritakan, suatu ketika, Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam ditanya oleh salah seorang sahabatnya Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu mengenai bacaan shalawat.

يَا رَسُولَ اللهِ كَيْفَ الصَّلاَةُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الْبَيْتِ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ عَلَّمَنَا كَيْفَ نُسَلِّمُ قَالَ قُولُوا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد. (رواه البخاري).

Ya Rasulullah, bagaimana kami bershalawat kepadamu dan kepada keluargamu. Sesungguhnya Allah telah mengajarkan kami bagimana memberi salam kepadamu. Maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Katakanlah oleh kalian :

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد. (رواه البخاري).

Inilah shalawat yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alai wasallam kepada shahabatnya dan untuk kita semua sebagai ummatnya. Bukan shalawat-shalawat yang di buat oleh tangan-tangan manusia, walaupun dengan mengatas namakan habaib, syekh, wali, tuan guru, kyai dan lain sebagainya.

Shalawat Persi Baru

Shalawat suatu amalan ibadah yang terus berkembang teks bacaannya dan ragam nada melagukannya. Padahal shalawat ini adalah suatu ibadah yang agung, yang begitu banyak keutamaannya, yang semestinya harus berdasarkan dalil dalam pengamalannya. Tidak memerlukan tambahan-tambahan yang Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam tidak ajarkan. Jika tidak, kita akan jatuh pada perkara-perkara baru dalam agama.

Sebagian syekh dan habaib sufi, punya shalawat dan keutamaan shalawat  masing-masing, yang berbeda satu sama lainnya, yang mereka ajarkan ke jamaah pengikutnya.

Ada shalawat Al Fatih, yang keutamaannya lebih hebat dari pada membaca al-Qur’an 6 kali sampai 6000 kali hatam. Ada shalawat Sa’adah, yang pahalanya seperti 600.000 kali shalat, dan jika membacanya rutin setiap jumat 1.000 kali, dia termasuk orang yang bahagia dunia akherat. Ada shalawat Al In’am, yang pahalanya tidak terhitung. Ada Shalawat badar dan shalawat nariyah yang populer di negeri kita. Yang pahala dan keutamannnya tidak kalah dengan shalawat-shalawat di atas.

Mereka mengatakan bahwa shalawat ini shalawat persi baru yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan dalam mimpi ketika sang syekh atau sang habaib ini tidur.

Walaupun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang datang ketika tidur mengajarkan shalawat, namun apabila shalawatnya tidak sama dengan teks shalawat yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan ketika masih hidup, maka mesti ditolak. Islam ini sudah sempurna, tidak perlu lagi ada tambahan-tambahan dalam beribadah dan bersyariat. Bisa saja yang datang dalam mimpi itu nabi palsu jelmaan jin dan setan.
Apalagi orang yang di datangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam tidurnya tidak mengenal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana wajahnya, rambutnya, perawakannya, kulitnya dan lain sebagainya yang banyak diterangkan dalam kitab-kitab hadits. Bisa saja yang datang hanya ngaku-ngaku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tiba-tiba yang datang dalam mimpi itu kulitnya hitam misalkan, rambutnya seperti orang afrika dan penuh uban, klimis tidak berjenggot, pendek, pastilah ini bukan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini nabi palsu, yang mengaku-ngaku sebagai nabi. Apalagi yang diajarkan bertolak belakang dengan syariat yang sudah ada.

Untuk itu, kalau yang datang mengaku-ngaku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam perhatikan ciri-ciri fisiknya dan perhatikan apa-apa yang diajarkannya. Apabila ciri-ciri fisiknya sesuai dengan yang dikabarkan dalam kitab-kitab hadits yang shahih dan ajarannya tidak menyimpang dari ajaran yang ada, maka yakinlah itu nabi, karena syetan tidak bisa meniru wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda :

مَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَخَيَّلُ بِي. (رواه البخاري).

Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh itu aku, karena sesugguhnya syetan tidak bisa mengkhayalkan menjadi aku (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu).

Dan Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِى فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِى (رواه مسلم)

Barang siapa yang melihatku dalam mimpi, maka sungguh itu aku, karena sesugguhnya syetan tidak bisa menyerupaiku (HR. Muslim dari Abu Hurairah rahiyallahu ‘anhu).

Orang yang mengaku-ngaku Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di alam nyata saja, ditolak habis-habisan, karena ajarannya menyimpang, apalagi yang datang ketika tidur, lebih seharusnya ditolak.

Adab Bershalawat

Ahlussunnah bershalawat berbeda dengan ahlul bid'ah. Mereka tidak menambah-nambah teks shalawat kecuali yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam ajarkan, tidak berjamaah, tidak dengan suara yang keras,  tidak bergoyang-goyang dan tidak diringi alat musik. Mereka bershalawat dengan adab-adab yang sesuai dengan syariat, diantara adab tersebut:

Pertama, Membacanya Dalam Setiap Keadaan..

Bershalawat sebagaimana ibadah dzikir lainnya, boleh sambil duduk, berbaring atau berjalan.

Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ (191)

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran 190-191).

Kedua, Dengan Suara Yang Pelan

Bershalawat juga disunnahkan dengan suara yang lembut sebagaimana dzikir.

Allah Ta'ala berfirman:

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. (QS. Al Arof 205).

Ketiga, Membacanya Masing-Masing, Tidak Berjamaah.

Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu mengisahkan, ada sekelompok orang, membuat lingkaran halaqoh, ditangan mereka ada kerikil, setiap halaqoh  ada seseorang yang memimpin, lantas pemimpinnya menginstruksikan, takbir, lantas diikuti oleh anggota halaqohnya, kemudian tahlil dan tasbih.

رَأَيْتُ فِي الْمَسْجِدِ قَوْمًا حِلَقًا جُلُوسًا يَنْتَظِرُونَ الصَّلَاةَ فِي كُلِّ حَلْقَةٍ رَجُلٌ وَفِي أَيْدِيهِمْ حَصًى فَيَقُولُ كَبِّرُوا مِائَةً فَيُكَبِّرُونَ مِائَةً فَيَقُولُ هَلِّلُوا مِائَةً فَيُهَلِّلُونَ مِائَةً وَيَقُولُ سَبِّحُوا مِائَةً فَيُسَبِّحُونَ مِائَةً قَالَ فَمَاذَا قُلْتَ لَهُمْ قَالَ مَا قُلْتُ لَهُمْ شَيْئًا انْتِظَارَ رَأْيِكَ وَانْتِظَارَ أَمْرِكَ قَالَ أَفَلَا أَمَرْتَهُمْ أَنْ يَعُدُّوا سَيِّئَاتِهِمْ وَضَمِنْتَ لَهُمْ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِهِمْ ثُمَّ مَضَى وَمَضَيْنَا مَعَهُ حَتَّى أَتَى حَلْقَةً مِنْ تِلْكَ الْحِلَقِ فَوَقَفَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ مَا هَذَا الَّذِي أَرَاكُمْ تَصْنَعُونَ قَالُوا يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَصًى نَعُدُّ بِهِ التَّكْبِيرَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّسْبِيحَ قَالَ فَعُدُّوا سَيِّئَاتِكُمْ فَأَنَا ضَامِنٌ أَنْ لَا يَضِيعَ مِنْ حَسَنَاتِكُمْ شَيْءٌ وَيْحَكُمْ يَا أُمَّةَ مُحَمَّدٍ مَا أَسْرَعَ هَلَكَتَكُمْ هَؤُلَاءِ صَحَابَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَافِرُونَ وَهَذِهِ ثِيَابُهُ لَمْ تَبْلَ وَآنِيَتُهُ لَمْ تُكْسَرْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّكُمْ لَعَلَى مِلَّةٍ هِيَ أَهْدَى مِنْ مِلَّةِ مُحَمَّدٍ أَوْ مُفْتَتِحُو بَابِ ضَلَالَةٍ قَالُوا وَاللَّهِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ مَا أَرَدْنَا إِلَّا الْخَيْرَ قَالَ وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ ....ِ

Aku melihat di dalam masjid suatu kaum yang duduk-duduk membuat halaqoh melingkar dan ditangan mereka ada kerikil dan setiap halaquh dipimpin seorang laki-laki.  Mereka bertakbir, bertahlil, bertasbih dengan cara yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Ibnu Mas’ud mengingkari mereka dengan mengatakan, “Hitunglah dosa-dosa kalian. Aku adalah penjamin bahwa sedikit pun dari amalan kebaikan kalian tidak akan hilang. Celakalah kalian, wahai umat Muhammad! Begitu cepat kebinasaan kalian! Mereka sahabat nabi kalian masih ada. Pakaian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga belum rusak. Bejananya pun belum pecah. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, apakah kalian berada dalam agama yang lebih baik dari agamanya Muhammad? Ataukah kalian ingin membuka pintu kesesatan (bid’ah)?” Mereka menjawab, “Demi Allah, wahai Abu ‘Abdurrahman (Ibnu Mas’ud), kami tidaklah menginginkan selain kebaikan.”

Ibnu Mas’ud berkata, “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun tidak mendapatkannya.” (HR. Ad-Darimi. Berkata Syekh Al Albani: Isnadnya Shahih. Berkata Husain Salim Asad : sanad hadis ini jayyid).

Mudah-mudahan bermanfaat bagi orang yang mau mengambil manfaat.

------------------------------

INVESTASI AKHIRAT

UNTUK PENDIDIKAN DAN DAKWAH  DI PERBATASAN MAROS BONE YAYASAN AL-MUYASSAR BONE

Bank BRI a/n : Yayasan  Al-Muyassar Bone - No Rek  7745-01-006629-53-8

Konfirmasi transfer melalui WA atau SMS ke No 0812 4506 1401


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?