Laki-Laki Bencong

LAKI-LAKI BENCONG

Oleh : Abu Fadhel Majalengka

Para salaf, mereka menjuluki laki-laki dengan julukan banci bukan hanya gaya, penampilan dan  pakaiannya yang menyerupai perempuan, tetapi kesukaannya dengan nyanyian.

Untuk itu sudah selayaknya yang mengikuti para salaf untuk menjauhi nyanyian. Apalagi menjadi penyanyi.

Berkata Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah:

كان السلف يسمون الرجل المغني مخنثا

Para salaf, mereka menamai penyanyi laki-laki dengan banci. Al Istiqomah 1/277.

Ada orang bilang, kalau nasyid boleh, padahal nyanyian dan nasyid dua-duanya tidak ada kebaikan. Kalau dia seorang penyanyi, lantas terus menerus menyanyi, akhirnya dia menjadi orang fasik.

Begitu pula penasyid, kalau dia terus menerus melakukannya, dia akan menjadi ahlul bid'ah.

Berkata Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi rahimahullah

إن الأغاني معصية والمصر عليها فاسق والأناشيد بدعة والمصر عليها مبتدع والفاسق أخف شرا من المبتدع لأن الفاسق يعلم أنه على خطأ وربما عاد يوما ما

أما المبتدع فهو يظن أنه على حق وعلى خير فلذلك تجده مستمرا على ماهو عليه حتى الموت إلا من شاء ﷲ  إنقاذه ويسر له من يُبصره وهَداهُ للتوبة والرجوع إلى ﷲ فهو يتوب

و هذا الذي قلناه هو بحكم الغالب و ﷲ من وراء القصد

Sesungguhnya, nyanyian itu adalah kemaksiatan. Orang yang terus-menerus melakukannya adalah orang fasik.

Adapun nasyid adalah kebid'ahan. Orang yang terus-menerus melakukannya adalah mubtadi' (ahli bidah).

Orang fasik lebih ringan kejelekannya daripada mubtadi'. Sebab, orang fasik itu mengetahui kalau dirinya salah. Bisa jadi, suatu hari dia akan kembali ke jalan yang benar.

Adapun ahli bid'ah, ia menyangka bahwa dirinya di atas kebenaran dan di atas kebaikan. Karena itu, engkau mendapati ia terus-menerus di atas pendapatnya sampai mati, kecuali orang yang Allah kehendaki untuk diselamatkan, dimudahkan ada orang yang memberitahukan kesalahannya dan menunjukinya untuk bertaubat dan kembali kepada Allah, sehingga ia pun bertaubat.

Yang kami katakan ini adalah hukum yang sifatnya umum. Dan Allah Mahatahu segala maksud hati. (Al-Fatawa Al-Jaliyyah juz 1)

Nyanyian apabila diiringi alat musik, ini lebih parah lagi keburukannya dan ini merupakan syiar-syiar para pemabuk, peminum khamar.

Berkata Imam An-Nawawi Asy Syafiiyyah rahimahullah  :

القسم الثاني أن يغني ببعض آلات الغناء مما هو من شعار شاربي الخمر وهو مطرب كالطنبور والعود والصنج وسائر المعازف والأوتار يحرم استعماله واستماعه ... قلت الأصح أو الصحيح تحريم اليراع وهو هذه الزمارة التي يقال لها الشبابة وقد صنف الإمام أبو القاسم الدولعي كتابا في تحريم اليراع

"Bagian kedua, yaitu bernyanyi dengan menggunakan alat-alat nyanyian, merupakan syi'ar-nya para peminum khomr, yaitu alat musik seperti kecapi (rebab), gitar, shonj (yaitu dua piringan logam yang saling dibenturkan sehingga menimbulkan suara) dan seluruh alat-alat musik, serta senar-senar, diharamkan penggunaannya dan mendengarkannya.

Dan yang benar adalah diharamkannya al-yaroo' (semacam seruling) dan inilah yang disebut dengan asy-Syabbabah. Al-Imam Abul Qoosim Ad-Daula'i telah menulis sebuah kitab tentang pengharaman al-Yaroo'"  (Roudotut Thoolibiin 11/228)

Menurut para salaf, nyanyian juga  merupakan salah satu perkataan yang tidak berguna yang banyak menyesatkan orang.

Allah Taala berfirman :

ومن الناس من يشتري لهو الحديث ليضل عن سبيل الله

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.” (QS. Luqman: 6)

Berkata Ibnu Abbas radhiallahu anhuma :

هو الغناء ، وقال مجاهد رحمه الله : اللهو الطبل ( تفسير الطبري 21/40 ).

“Ia adalah nyanyian.” Mujahid rahimahullah mengatakan, “Lahwu (yang melalaikan) adalah gendang (Tafsir Ath-Thabary, 21/40).

Berkata Hasan Basri rahimahullah berkata:

نزلت هذه الآية في الغناء والمزامير ( تفسير ابن كثير 3/451 )

“Ayat ini turun tentang nyanyian dan seruling.” (tafsir Ibnu Katsir, 3/451).

Berkata As-Sa’di rahimahullah :

فدخل في هذا كل كلام محرم ، وكل لغو وباطل ، وهذيان من الأقوال المرغبة في الكفر والعصيان ، ومن أقوال الرادين على الحق المجادلين بالباطل ليدحضوا به الحق ، ومن غيبة ونميمة وكذب وشتم وسب ، ومن غناء ومزامير شيطان ، ومن الماجريات الملهية التي لا نفع فيها في دين ولا دنيا ( تفسير السعدي 6/150 ).

“Masuk dalam hal ini adalah semua perkataan haram, semua yang menyia-nyiakan dan batil. Perkataan kacau yang mengarah kepada kekufuran dan kemaksiatan. Di antaranya juga perkataan yang menolak kebenaran, berdebat dengan kebatilan untuk mengalahkan kebenaran. Termasuk juga menggunjing, mengadu domba, bohong, menghardik, menghina. Juga nyanyian, seruling syetan. Perkataan yang melalaikan yang tidak bermanfaat untuk agama dan dunia (Tafsir As-Sa’dy, 6/150).

Berkata Ibnu Qoyyim rahimahullah :

ويكفي تفسير الصحابة والتابعين للهو الحديث بأنه الغناء فقد صح ذلك عن ابن عباس وابن مسعود ، قال أبو الصهباء : سألت ابن مسعود عن قوله تعالى : " ومن الناس من يشتري لهو الحديث " ، فقال : والله الذي لا إله غيره هو الغناء - يرددها ثلاث مرات - ، وصح عن ابن عمر رضي الله عنهما أيضا أنه الغناء ، ولا تعارض بين تفسير لهو الحديث بالغناء وتفسيره بأخبار الأعاجم وملوكهم وملوك الروم ونحو ذلك مما كان النضر بن الحارث يحدث به أهل مكة يشغلهم به عن القرآن ، وكلاهما لهو الحديث ، ولهذا قال ابن عباس : لهو الحديث الباطل والغناء ، فمن الصحابة من ذكر هذا ومنهم من ذكر الآخر ومنهم من جمعهما ، والغناء أشد لهوا وأعظم ضررا من أحاديث الملوك وأخبارهم فإنه رقية الزنا ومنبت النفاق وشرك الشيطان وخمرة العقل ، وصده عن القرآن أعظم من صد غيره من الكلام الباطل لشدة ميل النفوس إليه ورغبتها فيه ، فإن الآيات تضمنت ذم استبدال لهو الحديث بالقرآن ليضل عن سبيل الله بغير علم ويتخذها هزوا ، وإذا يتلى عليه القرآن ولى مدبرا كأن لم يسمعه كأن في أذنيه وقراً ، هو الثقل والصمم ، وإذا علم منه شيئا استهزأ به ، فمجموع هذا لا يقع إلا من أعظم الناس كفرا وإن وقع بعضه للمغنين ومستمعيهم فلهم حصة ونصيب من هذا الذم ) إغاثة اللهفان 1/258-259.

“Cukup penafsiran para shahabaat dan para tabiin, bahwa ‘lahwal hadits’ adalah nyanyian. Terdapat (atsar) shahih hal itu dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud. Abu Suhba’ mengatakan, “Saya bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang firman Allah:

ومن الناس من يشتري لهو الحديث ليضل عن سبيل الله

“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.” (QS. Luqman: 6)

Beliau mengatakan, “Demi Allah yang tiada ilah (tuhan) selain-Nya. Ia adalah nyanyian.  Beliau mengulangi tiga kali. (atsar) shahih dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma juga bahwa itu adalah nyanyian. Tidak ada kontradiksi antara penafsiran ‘lahwal hadits’ dengan nyanyian dan tafsir ‘lahwal hadits’ dengan  kisah-kisah non arab, raja-raja mereka, raja Romawi dan semisal itu. Karena Nadr bin Harits menceritakan bahwa penduduk Mekkah dibuat lalai dengannya dari Al-Qur’an. Keduanya termasuk lahwal hadits (perkataan yang tidak berguna).

Oleh karena itu Ibnu Abbas mengatakan, ‘Lahwal hadits’ adalah kebatilan dan nyanyian. Di antara para shahabat ada yang menyebutkan ini dan ada yang menyebutkan lainnya. Juga ada yang menggabungkan keduanya. Nyanyian lebih melalaikan dan lebih besar dampak negatifnya dari pada perkataan dan kisah raja-raja mereka. Nyanyian adalah karibnya zina, tempat tumbuh kenifakan, temannya syetan, menutup akal. Penutup dari Al-Qur’an lebih besar daripada penutup lainnya dari perkataan batil. Karena kecenderungan dan kesenangan jiwa sangat kuat. Ayat ini mengandung celaan terhadap tindakan mengganti Al-Quran dengan lahwal hadits untuk menyesatkan dari jalan Allah tanpa didasari keilmuan dan menjadikannya sebagai mainan. Ketika dibacakan Al-Qur’an, mereka berpaling ke belakang seakan-akan tidak mendengarkanya seakan tertutup telinganya; berat dan tuli. Ketika dia mengetahui sedikit darinya, dia mengejeknya. Kesemuanyai ini tidak terjadi kecuali kepada orang yang yang lebih besar kekufurannya. Meskipun terjadi pada sebagian penyanyi dan pendengarnya, mereka mendapatkan bagian dari celaan ini.” (Ighotsatul Lahfan, 1/258-259).

Nyanyian juga membuat hati resah gelisah, gundah gulana, dan hidup tidak tenang serta menghantarkan kepada kesesatan.

Berkata Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah :

صوت القرآن يسكن النفوس ويطمئنها ويوقرها، وصوت الغناء يستفزها ويزعجها ويهيجها.

“Suara al-Qur’an membuat jiwa menjadi tenang, tenteram, dan mulia, sedangkan suara nyanyian membuat jiwa resah, gelisah, dan tidak tenang.”  (Badai’ul Fawaid, jilid 2 hlm. 143)

Berkata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah :

فلا تجد أحداً عني بالغناء وسماع آلاته ، إلا وفيه ضلال عن طريق الهدى علماً وعملاً ، وفيه رغبة عن استماع القرآن إلى استماع الغناء ، بحيث إذا عرض له سماع الغناء وسماع القرآن عدل عن هذا إلى ذاك ، وثقل عليه سماع القرآن ، وربما حمله الحال على أن يسكت القارئ ويستطيل قراءته ، ويستزيد المغني ويستقصر نوبته " انتهى من " إغاثة اللهفان " (1/420 - 426) .

Anda tidak dapatkan seorang pun yang perhatian dengan musik dan mendengarkan alatnya kecuali dia dalam kesesatan dari jalan petunjuk baik ilmu maupun amalan. Dia tidak suka mendengarkan Al-Qur’an malah senang mendengarkan nyanyian. Kalau ditawarkan kepadanya antaar mendengarkan nyanyian dan mendengarkan Al-Qur’an, dia akan mengganti Al-Qur’an ke nyanyian. Berat baginnya mendengarkan Al-Qur’an. Bahkan dapat mencapai kondisi dia akan memerintahkan orang yang membaca Al-Quran untuk menghentikannya dan menganggapnya terlalu lama membacanya, semetara terhadap penyanyi dia  meminta ditambah nyanyian dan merasa terlalu cepat selesai.” (Ighatsatul Lahfan, 1/420-426).

Memang ada Nasyid Islami sebagai pengganti nyanyian yang diperbolehkan, namun syaratnya sungguh sangat ketat untuk boleh mendendangkannya.

Lajnah Daimah telah memberikan fatwa secara terperinci tentang hukum nasyid islami :

صدقت في حكمك بالتحريم على الأغاني بشكلها الحالي من أجل اشتمالها على كلام بذئ ساقط ، واشتمالها على ما لا خير فيه ، بل على ما فيه لهو وإثارة للهوى والغريزة الجنسية ، وعلى مجون وتكسر يغري سامعه بالشر . وفقنا الله وإياك لما فيه رضاه .

ويجوز لك أن تستعيض عن هذه الأغاني بأناشيد إسلامية فيها من الحكم والمواعظ والعبر ما يثير الحماس والغيرة على الدين ويهز العواطف الإسلامية ، وينفر من الشر ودواعيه ، لتبعث نفس من ينشدها ومن يسمعها إلى طاعة الله وتنفر من معصيته تعالى وتعدي حدوده إلى الاحتماء بحمى شرعه والجهاد في سبيله ، لكن لا يتخذ من ذلك وِرْداً لنفسه يلتزمه ، وعادة يستمر عليها ، بل يكون ذلك في الفينة بعد الفينة عند وجود مناسبات ودواعٍ تدعو إليه كالأعراس والأسفار للجهاد ونحوه ، وعند فتور الهمم لإثارة النفس والنهوض بها إلى فعل الخير ، وعند نزوع النفس إلى الشر وجموحها لردعها عنه وتنفيرها منه .

وخير من ذلك أن يتخذ لنفسه حزبا من القرآن يتلوه ، وَوِرْداً من الأذكار النبوية الثابتة فإن ذلك أزكى للنفس وأطهر وأقوى في شرح الصدر وطمأنينة القلب ، قال الله تعالى: ( اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَاباً مُتَشَابِهاً مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ) الزمر/23 ، وقال سبحانه : ( الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ ) الرعد/28، 29 .

وقد كان ديدن الصحابة وشأنهم رضي الله عنهم العناية بالكتاب والسنة حفظا ودراسة وعملاً ، ومع ذلك كانت لهم أناشيد وحداء يترنمون به في مثل حفر الخندق وبناء المساجد ، وفي سيرهم إلى الجهاد ونحو ذلك من المناسبات ، دون أن يجعلوه شعارهم ، ويعيروه جل همهم وعنايتهم ، لكنه مما يروحون به عن أنفسهم ويهيجون به مشاعرهم .

أما الطبل ونحوه من آلات الطرب فلا يجوز استعماله مع هذه الأناشيد لأن النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه رضي الله عنهم لم يفعلوا ذلك ، والله الهادي إلى سواء السبيل ، وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم ) انتهى نقلا عن فتاوى إسلامية 4/532 .

Anda benar dalam menghukumi haram terhadap nyanyian yang ada sekarang. Karena mengandung perkataan jorok dan tidak senonoh. Juga mengandung sesuatu yang tidak ada kebaikan di dalamnya. Bahkan di dalamnya melalaikan serta menumbuhkan syahwat dan nafsu seksual. Dan kegilaan serta berlenggak lenggok menjadikan pendengarnya ke arah kejelekan. Semoga Allah memberikan taufik dengan apa yang diridoi-Nya.

Anda diperbolehkan menggantikan nyanyian ini dengan nasyid islami,

- Dengan hukum, patokan  serta ungkapan yang menumbuhkan semangat dan kecemburuan terhadap agama.

- Menggerakkan perasaan islam.

- Menjauhkan dari kejelekan dan unsur pendukungnya.

- Menumbuhkan jiwa orang yang melantunkan dan orang yang mendengarkannya ke arah ketaatan kepada Allah

- Menjauhkan dari kemaksiatan kepada-Nya. Dari melampaui aturan-Nya menjadi penjaga syareat-Nya dan berjihad di jalan-Nya.

- Akan tetapi jangan menjadikan hal itu sebagai kebiasaan dirinya untuk komitmen dengannya. Dan kebiasaan yang terus menerus dilakukannya.

- Tapi hal itu dilakukan pada satu waktu ke waktu lainnya. Ketika ada acara dan kegiatan yang mengarah ke sana. Seperti pernikahan, perjalanan untuk jihad dan semisalnya. Ketika semangat menurun agar mencambuk dirinya untuk bangkit melakukan amalan kebaikan. Dan ketika jiwa mendekati dan mengarah kepada kejelekan, mengingatkan darinya serta lari darinya.

- Yang lebih baik dari itu, menjadikan dirinya satu hizb bacaan dari Al-Qur’an. Wirid dari zikir Nabawi yang telah ada ketetapannya. Karena hal itu lebih membersihkan dan mensucikan jiwa serta lebih kuat melapangkan dada dan menetramkan hari. Allah Ta’al berfirman:

( اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَاباً مُتَشَابِهاً مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَاد. (الزمر /23)”

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang , gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.” QS. Az-Zumar: 23.

Firman Allah :

( الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ طُوبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ). الرعد/ 28, 29

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” QS. Ar-Ra’du: 28-29.

Dahulu kebiasaan para shahabat radhiallahu anhum perhatian dengan Kitab dan Sunah, baik dengan hafalan, studi dan mengamalkan. Meskipun begitu mereka mempunyai nasyid yang didendengkan seperti dalam penggalian parit dan pembangunan masjid. Dan dalam perjalanan mereka berjihad dan kesempatan semisal itu. Tanpa menjadikan hal itu sebagai syiarnya. Bukan menjadi perhatian besar mereka, akan tetapi sekedar hiburan dirinya serta menyemangati perasaannya.

Sementara kalau kendang dan semisal alat musik, maka tidak diperbolehkan penggunaannya mengiringi nasyid ini, karena Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan para shahabatnya radhiallahu anhum tidak melakukan hal itu. Dan Allah sebagai penunjuk ke arah jalan yang lurus. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi, keluarga dan para shahabatnya.” Dinukil dari Fatawa Islamiyah, 4/532.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ibadah Dimalam Nisfu Sya'ban

Royalti Di Akhirat

KENAPA KAMU DIAM?